The Sweet Change (5)

Author Pov

Semua sangat berlangsung nikmat. Percintaan dan segalanya. Kebiasaan itu berlangsung manis hingga tak tahu bagaimana akhirnya. Yang ada hanyalah kebahagiaan walau semu. Tak ada yang peduli.

Beberapa bulan kemudian...

"Sayang, aku pergi sebentar ya." Haris mengatakan pada Andrea dengan terburu-buru. Haris memakan roti dan minum susu dengan cepat.

"Hati-hati, mas," ucap Andrea yang terlihat khawatir lalu mengusap punggung lebar suaminya. Dia jdi sedikit malu karena punggung itu yang selalu dia peluk tiap malam.

"Iya, maaf. Benar aku cuma sebentar. Kamu gak apa-apakan aku tinggal?" tanya Haris berusaha meyakinkan.

"Iya, mas. Memang kamu mau ketemu siapa?" Andrea tersenyum. Namun, rautnya tampak penasaran.

"Teman kerja mau membicarakan proyek baru." Haris mengusap lembut rambut hitam panjang Andrea.

Mereka berdua berjalan sampai de depan beranda. Haris mengecup kening Andrea lembut. Mereka masih bertunangan dan rencananya minggu depan Haris akan menikahinya.

Haris seolah lupa tentang amnesia Andrea.

"Jangan lama-lama ya?" Andrea memeluk sesaat tubuh Haris. Pria itu tersenyum.

...................

Apalah daya jika rasa penasaran melambung tinggi. Justru yang ada Andrea seakan tertampar dengan kejadian yang dia lihat. Dan ingatannya kembali saat melihat Regan yang berciuman dengan Haris di taman yang agak sepi.

"Sayang.. "

"Brengsek! Jangan panggil aku dengan sebutan itu!" Andrea menatap tajam Haris dengan air mata. Dia sangat kacau.

Regan juga tampak marah dan menampar Andrea yang hendak menendang Haris yang memeluk lututnya. Suasana villa yang dulu tenang dan asri menjadi suram karena sebuah luka kembali tergores. Hingga pertengkaran terjadi.

Puncaknya saat Andrea ingin melempar vas bunga ke arah Regan. Haris menghalangi dan mengenai punggungnya. Dan beberapa tetes darah segar membasahi karpet beludru coklat itu.

Mata bulat Andrea melebar dan shock. "Haris... "

Andrea juga meremas kepalanya yang terasa sakit. Semua kenangan yang ada dalam kepala Andrea berputar bagai bianglala. Pelan dan lalu menjadi cepat. Setelah itu semua gelap.

.....................

Setelah itu, Andrea memilih keputusan untuk membiarkan Haris pergi bersama Regan. Kembali ke Indonesia. Dan sebelum mereka pergi Regan menghampiri Andrea yang ternyata sudah kembali ke apartemennya.

"Aku hanya ingin minta maaf. Maaf jika karena aku kami hampir terjebak lagi. Namun, percayalah kalau Haris benar-benar mencintaimu. Walau berawal dari kecelakaan itu." Regan tampak sedih dan berkata lirih. Sedangkan Andrea hanya meremas tangannya menahan sedih, emosi, kecewa dan marah. Tatapannya memandang kosong pada pemandangan pagi yang agak mendung.

"Aku juga harusnya lebih menerima Tania. Dulu aku sudah mendapat balasan karena Tania meninggalkan aku. Sekarang seperti itu lagi. Sekali lagi, aku harap kamu tahu jika Haris mencintaimu. Tak usah pedulikan kisahku. Cukup perasaan Haris kamu tahu. Selamat tinggal."

Andrea tetap diam. Sampai Regan benar-benar pergi. Andrea berteriak dan menangis sampai dia memuntahkan isi perutnya dan hanya mengeluarkan cairan bening.

Di dalam ruang shower, Andrea memeluk dirinya sendiri. Mencoba menerima semuanya. Membiarkan Haris pergi. "Pembohong, berengsek, sampah, pergi saja!"

Kata-kata itu terus berulang sampai lelah dia mengucapkannya.

..................

Andrea mengelus perutnya yang mulai membuncit. Dan malam itu sambil memandangi kerlap kerlip kota metropolitan di Emerald Hill, Singapore. Dia akhirnya mau mengangkat telepone dari Haris yang entah keberapa dia tolak sebelumnya.

"Reyaa... Sayang... Aku mencintaimu. Jika kamu mengangkat panggilanku. Maka aku akan kembali. Terserah kamu mau apakan aku. Yang pasti aku akan tetap ingin bersamamu." Haris berkata lembut dan lirih dari seberang sana.

Andrea memejamkan matanya dengan sebulir air mata yang menetes. Menekan jendela kaca yang membayangi pemandangan indah kota. Dan Andrea mematikan ponselnya. Menjatuhkan dirinya perlahan di lantai.

Kembali terngiang perkataan Regan.

"Semua kebutuhanmu ditangani Haris. Terserah dengan perasaanmu. Tapi dia juga tetap akan membantumu. Dia berjuang, aku juga akan berjuang untuk kebahagiaanku. Dan akan lebih bahagia melihat Haris bahagia ini bentuk pertobatan."

Dalam temaram lampu ruang tengah, Andrea menyandarkan sisi kepala pada kaca menatap lirih kumpulan foto-foto dirinya dan Haris dulu saat dulu dan juga saat mereka di villa. Semua foto itu berhamburan di lantai keramik dari kotak bertuliskan sweet change.

"Aku harus kuat demi anakku"

.
.
.
.
.
.
.
.

Tamat

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top