Mr. Monday
Mulmed : Tere - Pencuri Hati
....................
Berdasarkan kisah kyoko Hikawa - Mr. Friday. Namun, disini Cherry Finanda, anak Almero Finanda dan Poppy Rasmala dalam "Posesif, Janji dan Rasa"
..............
Pertemuan dengan dia seperti hujan yang jatuh tak terkira
__________
Hujan merupakan salah satu yang beberapa orang sukai. Termasuk Cherry Finanda atau yang akrab dipanggil Cherry. Dan sekarang gadis manis berkacamata besar itu sedang duduk dan tertidur dalam KRL yang akan membawanya pulang dari kampus.
Di antara keramaian di dalam transportasi umum berarak hujan di luar, dengukran halus terdengar dari bibir bak kuncup mawar itu. Sedangkan di samping kanan dan kirinya ada dua sahabat Cherry yang tertawa sedari tadi.
Pengumuman pemberhentian terdengar.
"Cher, bangun udah sampai tuh di terminal loe," ucap Tara yang menggoyangkan bahunya dengan kencang hingga membuat Cherry hampir terjatuh.
Cherry bangun dengan kaget hingga mengusap matanya di balik kacamata. "Ahh, udah sampai? Aduh, makasih ya, Tar, Na. Aku duluan nanti keburu jalan lagi mana rame. Daaahh... See you next day." Cherry segera bangun untuk mengantri keluar di antara ramainya pengunjung yang akan turun. Lupa mengecek keadaan dirinya karena harus buru-buru mampir ke Toko kacamata.
Tanpa Cherry sadari, setelah sahabatnya itu turun. Tara dan Nani tertawa dengan hebat. Tampak mereka senang dengan sesuatu.
...............
Hujan masih turun dan langit mendung masih merajai di atas sana. Cherry yang sedikit berlari sambil menutup kepala dengan tasnya tanpa sengaja menabrak seorang pria. Tepat di ujung tangga jembatan seorang pria jatuh dengan jaket tebal dan tudung yang menutupi kepala. Serta rambut yang menutupi kepalanya.
Karena kacamatanya mulai buram. Cherry tidak mampu melihat jelas si pria hanya buram yang terlihat. Pria itu mengerang. Payung yang dia bawa juga terjatuh di samping yang untungnya masih sempat dia pegang dan tak terbawa angin.
"Ya ampun, pak, mas, Bang, Dek... Maaf saya buru-buru." Cherry tampak terkejut dan panik. Dia membantu si pria itu untuk bangun.
"Gak apa-apa, saya bisa berdiri sendiri," ucapnya dengan suara yang berat dan serak. Pria itu berusaha berdiri sendiri tapi Cherry tetap berusaha membantunya.
"Sekali lagi saya minta maaf, Bang, mas, Pak... "
"Saya gak setua itu dipanggil, Pak," balasnya dengan agak tegas yang sibuk merapikan dirinya lagi dan mengusap pinggangnya.
Cherry menatap sedikit takjub pada si pria yang tinggi dan tegap. Dan pandangan mereka bertemu walau mata pria itu tertutup poni yang agak panjang. Lalu yang tiba-tiba membuat Cherry salah tingkah adalah suara tawa yang serak dari si pria.
"Itu model rambut 2020 yang baru ya?" tanyanya dengan sisa tawa yang masih ada.
Cherry mengernyit lalu meraba rambutnya dan bola matanya melebar.
Kampret mereka berdua. Umpat Cherry dalam hati.
"Mau payung bareng. Tenang saya bukan orang jahat hapalkan nomor KTP saya." Pria itu berucap diselingi hujan dan senyum yang terlihat dari bibir tebal si pria.
...................
"Terima kasih, udah mengantar saya ke toko kacamata."
"Terima kasih juga sudah menyarankan apotik yang bagus."
Mereka berdua saling senyum kembali dan berpisah jarak saling membelakangi. Si pemuda lupa menanyakan nama gadis itu. Dia sering melihat gadis itu di kampus. Tapi tak tahu siapa namanya.
Namun, semua terhalang karena mobil yang lewat dan hampir menabraknya. Dan dia memilih kembali setelah melihat sekali lagi ke arah toko kacamata.
..................
Sebenarnya Cherry tak terlalu suka menonton pertandingan karate kampus. Selain malas mendengar teriakan para gadis yang bagai kesurupan, alasan lain adalah dia lebih suka di perpustakaan. Membaca buku atau mendengarkan musik.
Pengecualian saat ini. Dia rela melihat pertandingan karate karena Aldo, kakak tingkatnya di semester tiga yang akhirnya turun dalam arena. Pada saat hampir semua mahasiswi angkatannya menggilai Prama yang sombong dan angkuh. Cherry justru menyukai Aldo.
Rasa itu semakin berkembang saat dia melihat Aldo beberapa hari yang lalu setelah pertemuan dirinya dengan seorang pria. Model rambut Aldo sudah mulai panjang dan mirip dengan pria yang dia temui.
Berbagai cara dia lakukan untuk dekat dengan Aldo. Namun, semua berujung sia-sia. Tak pernah ada waktu untuk dia dan Aldo berdua. Seolah pria itu sulit dijangkau.
Sampai harus seperti seorang penguntit untuk melihat Aldo yang kembali berlatih. Dan saat dia mengintip dari jendela ruang latihan karena lebih jelas. Tiba-tiba jendela terbuka menampakkan Prama dengan wajah sangarnya. Dengan rambut agak gondrong yang tertata rapi ke belakang. Memang tampan khas indonesia tapi Cherry lebih takut. Walau banyak yang mengidolakannya.
"Ngapain loe disitu!"
Cherry terkejut pucat pasi. Dia menutup wajahnya dengan daun lebar dan menggeleng. Sontak bentakan Prama mengundang semua pemuda ikut melihat ke arah jendela.
Tawa dan riuh memenuhi ruangan itu. Cherry langsung kabur terbirit-birit masih dengan daun yang menutupi wajahnya. Prama hanya menatap dalam pada Cherry yang semakin menjauh. Mendesah lelah dan menggeleng pelan. "Aldo ya?"
...............
Beberapa hari kemudian...
Sore sudah bergelayut di langit senja dan Cherry baru selesai belajar kelompok di perpustakaan kampus. "Untung saja aku ingat kalau selain Jumat perpustakaan buka sampai sore," ucap Cherry pada dirinya sendiri saat berjalan di koridor kampus.
Hingga langkahnya terhenti saat beberapa pemuda dan dua orang gadis menghalangi langkahnya. Cherry sedikit terkejut. Menghentikan langkah hingga menatap mereka yang dia tahu adalah para kakak tingkatnya.
"Maaf kak, saya permisi." Cherry merasa tak enak dan ingin cepat melarikan diri.
"Ohh, jadi dia anak pungut Almaro Finanda pengusaha tajir itu," ucap si pemuda kurus bertampang sangar itu seolah menatap Cherry rendah.
"Satu lagi... yang ibu kandungnya pe...la...curr."
"Berani banget pernah mengintip Pramana latihan. Sadar diri dong," sahut gadis yang lain.
Cherry menatap tajam mereka, namun justru hal itu dianggap lelucon oleh mereka hingga yang terdengar hanya tawa berderai.
Cherry memegang erat bukunya dan mengeraskan tangannya. Dia benci ketika hinaan itu datang bayang-bayang kelam masa lalunya datang. Cherry bersiap akan membalas dengan kata-kata kasar, tapi kedatangan Prama dengan tubuh tinggi dan aura menakutkan membubarkan mereka.
"Woi, udah sore berisik! Bentar lagi setan keluar kalian jangan menambah jadi setan." Suara Prama tambah menggelegar.
Dua orang gadis yang tidak mau malu di hadapan Prama ikut pergi. Menyisakan Cherry yang menangis. Prama mendekati Cherry dengan rasa peduli. "Hei, are you okay?"
"Terima kasih." Cherry menghapus air matanya lalu tersenyum pada Prama. Lebih memilih beranjak pergi dari lelaki yang hendak ingin memberinya minum itu. Dan Prama hanya melihat punggung Cherry yang menjauh dengan rasa galau.
Ternyata, Cherry sudah tahu jika Prama, lelaki yang bertemu dengannya di kala hujan senin sore sebulan yang lalu. Namun, rasa itu tak bisa dia kembangkan lagi. Karena Tara, sahabatnya juga menyukainya.
Cherry masih ingat ketika Prama yang anti perpustakaan menemaninya. Saat lelaki itu tidur. Cherry tampak intens melihatnya lalu mengacak rambutnya karena penasaran hingga dia tahu tentang lelaki berambut poni.
Di tempat lain, Aldo memikirkan Tara. Teman kecil yang disukainya tapi menyukai Prama.
Hanya semudah itu rasa menghampiri entah untuk singgah atau berbuah menjadi rasa yang candu.
.......
"Almero, aku khawatir sama Cherry." Poppy sudah bergelayut manja pada suaminya.
"Sudah, jangan terlalu kamu paksa dia. Tunggu dia bercerita dengan kita. Percayalah kisahnya takkan lebih rumit daripada kisah kita," balas Almero mengedipkan sebelah matanya pada Poppy dan menuntunnya ke kamar.
____________
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top