Memories
Guys mungkin ini hanya cerita yg berisi sesuatu miniseries. Ini biasa msh tntng cinta, keluarga, dan persahabatan.
Mulmednya lagu lyla - turis
Soalnya cocok dan idenya ngalir dri sana
...........................
Ni Putu Binar Geosifa, seorang wanita berusia dua puluh empat tahun. Cantik, cerdas, dan pernah masuk dalam jejeran pengusaha cantik dan sukses di usia muda. Oh ya, dia mempunyai usaha mainan anak-anak.
Satu lagi, seminggu lagi dia akan menikah dengan kekasih yang sudah dia pacari selama dua tahun. Robby Krisna, seorang pengusaha yang pernah bekerja sama untuk event organiser.
Prosesnya?
Cinta pada pandangan, tertarik, si robby kesandung eh... Mengejar, saling pendekatan lalu menikah. Ya, seperti itulah.
Dan sekarang dia sedang merayakan bridal shower. Saat acara sudah mau dimulai, Binar menelepon sang sahabat. "Halo, Ris, kamu jadi gak ke sini?"
Di seberang, Riska sahabatnya belum menyahut. Tapi, samar-samar terdengar suara desahan pria dan sahabatnya tampak terengah.
"Akh... Ssstt.. Ma.. af ya, Nar. Aku gak bisa..."
Tut... Tut... Tut..
Telepon terputus.
Binar yang sudah berdandan ala pengantin menor dengan bandananya tampak mengernyit bingung. Hatinya tampak resah dan tak enak.
Dalam keceriaan bersama dua sahabatnya. Binar masih terus memikirkan Riska. Terlebih Robby yang daritadi susah dihubungi.
Karena khawatir kepada Riska dia pun melaju menuju apartemen sahabatnya itu.
...................................
Binar yang sore ini sudah berpenampilan rapi dengan midi skirt masuk begitu saja. Karena mereka sahabat dekat dia dengan mudah bisa masuk.
Suasana sangat sepi. Tanpa sengaja mata indahnya melihat pintu kamar yang sedikit terbuka. Entah kenapa jantungnya berdebar cepat, senyum ceria hilang begitu saja. Lalu saat membuka pintunya. Raut wajah Binar benar-benar pias dan dingin.
.................................
Tak terasa seminggu berlalu, hari pernikahan tiba. Paula, ibunya. Ah, lebih tepat ibu tirinya yang berkebangsaan Denmark. Selalu memuji dan memperhatikan tiap detail penampilannya.
"stop it, Bitch. I can stand without you," ucap Binar dengan dingin melangkah pergi begitu saja sambil memegang kedua ujung gaunnya.
Paula menatap nanar punggung telanjang Binar yang menjauh dengan I Made Cassey yang memeluk ibunya. Adik Binar berusia sembilan tahun. "Mom, calm down. Maybe, She just nervous." si cantik dengan wajah blasteran menyayangi ibu dan kakaknya walau Binar tak melihat.
.......................
Binar dan ayahnya, I Gde Sufarmi. Adalah keturunan asli Bali. Tapi, karena hari ini dia menikah dengan Robby dengan beradat lain. Dia menurut saja. Semua para tamu sudah hadir, termasuk di antara mereka ada sahabat, teman, rekan kerja, saudara dan orang tua pasangan pengantin.
Binar memasuki gereja dengan menggandeng lengan sang ayah yang terlihat gagah. Tanpa mereka tahu ada senyum licik di dalam senyum cinta Binar. Robby menatap takjub calon istrinya yang bagai mentari. Ada dua sahabat Binar yang menjadi bridesmaid, termasuk Riska yang tersenyum.
Saat sudah sampai di hadapan pendeta. Sebelum pemberkatan, Binar menepuk tangan lalu mengambil mikrofonnya.
"Terima kasih, bagi kalian yang sudah hadir di sini. Hari ini adalah hari bahagia bagiku dan sebagai rasa cinta saya kepada Robby dan sahabat-sahabat saya, kalian boleh ambil hadiah di bawah bangku masing-masing."
Binar tampak tersenyum ceria sesekali terkekeh. Para tamu langsung terkejut menemukan foto-foto itu. Orang tua masing-masing juga tampak kaget. Bahkan ayah Robby pingsan. Beberapa kerabat Robby segera membantu.
"Itu untuk kalian." Binar tampak tersenyum puas. Tentu saja khusus untuk para sahabat dan Robby pesan gambar otomatis terkirim ke ponsel mereka masing-masing.
Robby dan Riska menatap sedih pada Binar. Foto itu berisi calon suami dan sang sahabat dalam selimut tipis. Foto diambil candid. Tidak dalam keadaan mereka tertidur. Tapi, sadar saat Robby mencium bibir Riska penuh nafsu.
"Sayang..." Robby berusaha mendekat. Dan Riska juga.
Binar menjauh. "Fuck you!"
Gadis itu berlari menjauhi altar sampai melepas mahkota dan kainnya.
.......................................
Setelah berkeliling sampai ke luar negeri. Ternyata, langkah kaki membawanya kembali ke kampung halamannya di Bali. Bandara Ngurah Rai tampak ramai dengan turis juga pengunjung lain.
Binar tampak santai dengan kacamata hitam, ripped jeans dan kaos birunya. Dia berjalan anggun sampai ada seorang pria yang menutupi wajahnya dengan tulisan, Welcome to My twins
Binar memutar bola matanya malas. Dengan kesal dia menarik papan nama itu. "Siapa ya?!"
Terlihat pria tampan dengan garis wajah tegas tersenyum hangat. Kulitnya semakin eksotis. Dia menurunkan papan namanya. "Waahh, Ini beneran kamu ya, Binar? Aslinya lebih cantik daripada di foto sama majalah waktu itu," ucap pria berpenampilan casual dengan udeng Bali di kepalanya. "Masa kamu lupa? Ini aku kembaran kamu. Putu, Putu Dewa... "
"Ssstttt..... " Binar langsung menahan bibir Dewa yang akan mengoceh dengan telunjuknya. "Gue gak inget siapa loe. Oke!"
Binar berlalu pergi. Namun, Dewa tetap mengikuti dari belakang. Pria itu terlihat bahagia. Namanya Putu Dewa. Teman semasa kecil Binar di Ubud. Sering dipanggil kembaran oleh teman-teman mereka yang lain. Karena nama depan mereka sama-sama Putu.
Keluar dari bandara, Binar berhenti mendadak hingga tubuh tegap Dewa menabrak punggung Binar hampir terjatuh ke depan. Refkek Dewa memeluk pinggang gadis itu dari belakang dengan satu tangan. "Akh! Kampret lepasin!"
.................................
Mereka berdua berakhir di dalam mobil jeep Dewa. "Oh ya bukan berarti loe kasih tumpangan gratis gue inget ya sama loe." Binar melepas kacamatanya dan menaikan ke atas kepala. Sikap kesalnya mereda melihat pemandangan para wanita pengangkut yang dia rindukan, angin sejuk, suasana alam yang asri.
Dewa sekilas melirik pada wajah cantik Binar yang terpesona. "Kangen kan? Ayah kamu masih sering berkunjung. Ya, walau gak sering. Kamu sih sepuluh tahun gak pernah ke sini. Nanti kita ke tempat-tempat bagus dan banyak kenangan. Oh ya, aku tahu dari Om Gde kamu mau kesini."
Binar memutar bola matanya malas.
Sedangkan di tempat lain ada Robby yang menyesali keputusannya.
Tbc dulu ya.
Paling ntar sore lanjut
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top