Jangan Ucapkan Cinta (Oneshoot)

Di sebuah studio televisi swasta, beberapa penonton sudah mulai duduk memenuhi studio yang tidak terlalu besar. Sebentar lagi acara talkshow akan dimulai. Kameraman sudah siap, kru televisi memakai walkie talkie mulai sibuk. Lampu sorot, dekorasi sofa berwarna maroon, juga homeband yang mulai bersiap-siap di di pojok musik.

Dua wanita cantik dengan dress modern, riasan flawless yang bersinar dan natural juga sudah duduk sambil mendengar beberapa arahan dari kreatif dan floor director. Salah satu FD memberi aba-aba dengan papannya sambil menghitung mundur melalui monitor dari angka sepuluh.

Musik pengiring pembuka acara mengalun merdu bersama suara nyanyian merdu dua penyanyi studio. Wanita berdress ungu flora dengan bawahan melebar itu tersenyum pada penonton dan kamera.

"Happy weekend, Girlstalk... Gak terasa sudah hari sabtu aja. Ketemu lagi deh di acara yang pasti paling kalian tunggu. Dan... Sesuai dengan permintaan penonton paling banyak, kita sudah kedatangan tamu yaitu, Purie Aluna, model andalan majalah blitz." Wanita bernama Meira Santika itu bertepuk tangan riuh memancing para penonton untuk bertepuk tangan.

Senyum, tutur bahasa menyenangkan terus mengalun di wajah cantiknya. Ya, dia harus mengutamakan sikap profesional bukan? Walau sebenarnya dalam hati sangat membenci gadis berambut pirang yang duduk di depannya. Purie Aluna, selain model terkenal, fashion blogger dan youtuber. Dia juga ratu nyinyir.

Untuk hari ini Meira harus mengedepankan sikap profesionalnya. Lagipula, ada-ada saja netizen yang sengaja mempertemukan mereka tak lama mereka pernah berkonflik lewat komentar di instagram Meira yang sedang berfoto dengan salah satu aktor muda. Hal itu menyinggung privasinya... Privasi yang menghubungkan pada masa lalunya.

Kembali ke kenyataan Meira... Gumamnya dalam hati. "Hai, Purie apa kabar?"

Gadis mudah itu tersenyum. "Baik dan saya bisa ada di sini bertemu dengan kalian semua di studio dan para penonton di rumah." Gadis itu tersenyum lebar pada mereka juga ke arah kamera. Dengan gaya bak ratu kecantikan, padahal menurut informasi dia gagal di babak semifinal.

Dan setelah itu obrolan mereka bergulir tentang kegiatan sehari-hari, kesibukan, karir terkini. Hingga saat membahas pasangan. Purie justru sebagai bintang tamu menyentilnya.

"Iya... Saya dan Dion kembali bersama setelah... Yah dia menunjukkan kesungguhannya selama ini. Aku gak peduli mau dibilang bodoh kembali pada cowok yang sama. Daripada orang... Munafik yang pura-pura memiliki masa lalu bahagia." Ucap gadis cantik beranting bulat itu tersenyum jahil ke arah Meira.

Meira sedikit tertohok dengan kalimat terakhir Purie. Tapi segera mungkin mengembalikan sikap santainya. Sebagai host terkenal selama lima tahun membuatnya mampu menjaga sikap, cerdas dan bertutur kata dengan baik.

"Wahh... Semoga langgeng ya, Purie dan tidak putus nyambung lagi." Ucap Meira dengan seramah dan seakrab mungkin.

Purie ikut tersenyum lalu seolah memicingkan mata. "Mbak Meira kalau berbicara soal pria kok matanya berkaca-kaca ya? Seperti ada sesuatu yang bermakna."

Nada bicara model itu seolah memancing kembali emosinya. "Wahh... Sepertinya bintang tamunya mulai nakal sama host ya kali ini."

Para penonton di studio dan di rumah mulai merasa aneh, tertawa hambar, dan berbisik-bisik. Begitupun dengan penonton di rumah. Mereka juga mulai memainkan jempol maut mereka memberi komentar pada sosial media girlstalk juga akun media sosial Meira dan Purie. Ada yang membela, menasehati sampai nyinyir sekalipun.

Sampai komentar-komentar itu bermunculan lagi di instagram Meira Santika.

Mewcuwet : Mungkin benar apa yang dibilang Purie kalau Meira pernah punya pacar seorang mantan napi, gigolo. Idiihh...

Erinawewe : Katanya dulu juga dia orang kaya. Papanya pemilik perusahaan hasil bumi terkenal tapi bangkrut. Mungkin dulu mantannya yang gigolo itu yang nguras hartanya, ciiinnnn.....

Jempol-jempol maut mereka semakin bekerja memenuhi lahan sosial media Meira. Semakin berkembangnya zaman dan teknologi informasi bisa cepat mudah menyebar termasuk dunia entartainment. Bahkan Meira pernah jadu gosip terhangat berbulan-bulan lamanya di akun gosip.

Yang lebih gila ketika sang admin akun gosip menyebut hengpon jadul menangkap pria dari masa lalunya yang masih suka mengikutinya, menemuinya terang-terangan ketika dia berjalan di mall bersama asistennya. Gila!

...................................

Tersedia di dreame

.
.
.
.


Setelah acara itu berakhir Meira juga dikomplain oleh produser acara karena tidak profesional, dan sepanjang acara berlangsung dia dianggap seolah terkait saling sindir dengan Purie.

Purie kembali ke rumah minimalisnya yang elegan dan nyaman bernuansa kaca dan kayu coklat. Wanita cantik itu menggerakan tubuhnya setelah mengusir asistennya. Dia menjatuhkan tubuhnya ke kasur begitu saja sambil menghembuskan nafas kasar.

Lelaki itu....

Lelaki yang tidak ingin dia sebut namanya....

Belakangan ini dia kembali mencoba memasuki kembali hidup. Tentu saja Meira menghindar, mengusir jika dia mendatangi studio dan tempat kerjanya. Keadaan lelaki itu berbeda. Terlihat sederhana dan ada bekas luka bakar di sisi wajah tampannya.

Aah... Gila masih saja dia memuji pria itu. Dulu, dengan kejam lelaki itu menipunya, saat mereka sekolah lelaki itu termasuk populer dan atlet basket terbaik.

Dulu dengan polosnya Meira terjebak pesona, sikap baik palsunya, juga cinta picisan yang lelaki itu berikan. Hingga melawan dan berbohong pada orang

tuanya, kakak lelakinya.

Lebih bodohnya saat terbuai oleh rayuan manis tapi beracum miliknya. Meira... Melakukan kesalahan fatal... Yaitu tidur bersamanya.

Dulu, dia mengakui dirinya adalah remaja bodoh. Hingga keluarganya mengetahui segalanya. Melabrak lelaki itu yang memutuskan hubungan dengan dirinya begitu saja.

Dia masih ingat, sore itu dia, ketika dia masih SMA. Meira menangis keras di kamarnya. Sang ayah yang hobi membersihkan tongkat golf kesayangannya. Mendengar tangisannya, lalu ibunya, menyusul, kakak lelakinya. Akhirnya dia mengakui semuanya.

Mereka semua marah besar, dan yang masih dia ingat adalah. Malam itu, sang ayah mencoba menyadarkannya. "Kamu tahu, Mei. Dia bilang sama papa untuk memberinya lima puluh juta, maka dia akan meninggalkan kamu!"

Meira yang saat itu frustasi, sampai pernah mencoba bunuh diri, sekarat akibat overdosis menatap tak percaya pada ayahnya. Wajah pucatnya bersedih mengeluarkan air mata, "Gak... Dia gak seperti itu, pa!"

Di kamarnya yang temaram, wajah tua ayahnya mengetat masih jelas terlihat. Pria itu menatap tajam padanya sambil memegang pundaknya. "Sadar! Kamu hampir depresi karena dia, hampir mati, tidak masuk sekolah berhari-hari. Cuma memikirkan pemuda sampah seperti dia.... Pemuda yang juga menyambi sebagai pemuda panggilan. Sebentar lagi dia akan di DO dari sekolah!"

Hanya menangis, itulah yang Meira lakukan hingga saat dia mulai bangkit. Meira mencoba membuntuti lelaki itu. Ternyata semua memang jelas. Dia bertemu dengan seorang wanita dewasa atau tante-tante di sebuah hotel. Dan mereka berciuman tanpa malu di cafe hotel itu.

Lalu semua berkabut....

Meira menyadarkan dirinya pada keadaan sekarang. "Infotaiment sialan, akun gosip sialan, dan kekacauan sialan karena kembalinya lelaki menjijikan itu." Ucapnya menatap nyalang langit-langit kamarnya.

.......................................

Seminggu berlalu, Meira menetapkan bahwa dia harus menyelesaikan semua ini. Berkat adik perempuan si lelaki itu yang memohon-mohon untuk dia menemuinya di apartemen murahan. Meira akhirnya setuju bahkan dia sudah membawa makanan mewah juga bunga yang indah.

Dengan pakaian modis jumpsuite merah dan kaca mata hitam membuat penampilannya kontras dengan keadaan apartemen ini. Setelah mengetuk pintu beberapa kali, Lelaki itu muncul. Wajah dengan luka bakar di sisi wajahnya itu tersenyum hangat.

"Meira... Kamu datang juga. Ayo masuk." Ucap lelaki itu penuh haru dan bahagia.

Masih memakai kacamata hitamnya, Meira melihat mencemooh penampilan Lelaki itu. Hanya gerakan bahu jawabannya lalu mengikuti pria itu masuk. Tapi pandangannya terpaku pada jalan pincang lelaki itu.

Meira melihat ruangan sederhana apartemen kecil itu. Tiba-tiba lelaki itu datang tergopoh-gopoh sambil membawa kursi yang paling bagus untuk diduduki. "Maaf ya, kalau kamu gak nyaman. Kamu mau minum apa? Oh... Kamu suka jus jeruk kan? Nanti aku buatin. Aku sudah bisa kok. Aku...

Meira bersikap angkuh sambil mengangkat sebelah tangannya menghentikan segala omong kosong itu. Dia masih enggan melepas kacamata hitamnya."Hmmm.... Gak usah basa basi... Aku ke sini cuma mau kasih tahu untuk berhenti ganggu hidup aku lagi. Jangan merusak karir yang sudah aku bangun dari nol setelah masalah yang menimpa keluargaku. Jadi... Selesaikan sampai di sini." Dari balik kacamatanya Meira menatap tajam lelaki itu.

Lelaki itu terlihat layu menatap sedih pada Meira. Tapi dia pasrah. Dulu dia memang sangat brengsek. Bahkan gadis yang dulu dia cintai itu dan mungkin sampai sekarang hanya berdiri enggan duduk di kursi bagus yang dia bawa.

Lelaki itu teringat saat dulu dia bahkan kembali bercinta dengan salah satu pelanggan setelah rivalnya yang juga menyukai Meira menghajar habis dirinya. Dia lebih memilih bergulat panas dengan para wanita saat Meira kesakitan, stress, dan hampir mati. Memori itu menghantamnya. Terjebak dalam bisnis narkotika juga pernah dilakoni membawanya pada jeruji besi. Menyia-nyiakan gadis yang dulu baik kepadanya, berkorban untuknya, dan semua sudah terlambat. Meira menganggapnya sebagai benalu dulu, maupun sekarang.

Meira berdecih sambil mengeluarkan segepok uang dari tas bermreknya. "Masih kurang? Aku rasa segini cukup. Dulu waktu minta sama papa aku lebih banyak juga kan? Sekarang aku pergi, aku harap ini pertemuan kita yang terakhir. Kalau kamu tahu diri. Jangan merusak karirku!"

"Jangan ucapkan cinta, Fikar." Setelah ini dia akan bertobat karena kembali menyebut namanya.

Meira melangkahkan kakinya sampai ke depan pintu. Fikar terlihat panik segera kembali ke dalam kamarnya yang sederhana mencari sesuatu. Sesuatu yang dahulu diinginkan Meira saat SMA. Tapi tak mampu membelinya karena dulu kartu kredit wanita itu diblokir ayah Meira.

Terseok-seok mengejar langkah cepat Meira. Fikar terus berteriak memanggil Meira. Kakinya yang pincang tidak menjadi alasan untuk terus melaju mengejar Meira. "Meiraaa!"

"Meiraaa!!"

"Tunggu!"

Tubuh indah itu terus berjalan tak peduli. Lalu berhenti ketika mendengar suara dari kotak musik yang sangat dia inginkan dulu. Bahkan merajuk pada Fikar dulu juga tak mempan.

Musik itu mengalun lembut di koridor apartemen yang sedang sepi. Wanita itu melembut, memejamkan mata pedih. Dia enggan menoleh.

"Kotak musik pinguin idaman kamu. Aku belikan untuk kamu. Ambilah sebagai kenangan. Aku janji tak akan mengusik hidup kamu. Tapi terimalah ini." Ucap Fikar lirih. Dia terguguh sedih melihat sikap dingin Meira yang bahkan tak mau melihatnya.

Fikar tersenyum lirih lalu menaruh kotak musik itu di dekat kaki Meira yang memakai high heels ungu bermanik itu. Setelahnya Fikar pergi membalik punggungnya menjauh.

Meira berbalik melepas kacamatanya memandang punggung tegap Fikar yang berjalan terseok-seok menjauh. Air mata sudah menggenang di pelupuk matanya. "Aku tetap tidak bisa bersama kamu. Kamu bukan untukku. Aku ingin tenang." Meira melihat ke bawah mengambil kotak musik yang dulu dia idamkan saat bersama Fikar berjalan di mall.

Di pikiran Fikar dia harus bahagia dengan hanya melihat Meira dari televisi atau majalah. Lalu bermimpi indah tentang hidup bahagia dengannya di malam-malam yang dingin.

..........................................

Mobil sedan hitam yang dikendarai Meira melaju di jembatan. Lalu dia mengambil kotak musik biru berbentuk keping salju itu dan membuangnya ke sungai. Kotak musik itu jatuh bersama angin yang berhembus.

"Persetan dengan cinta. Dulu memang kamu cintaku sekarang tak berarti lagi." Meira menggeram

Dia mengambil handphone dan menyambungkan dengan headset. Raut dingin yang tak menghilangkan kecantikan itu tetap tenang. "Terima kasih telah membuat dia cacat, Nes. Juga untuk tante girang itu yang sudah kamu tipu habis-habisan."

Setelah itu Meira tertawa keras dan menyetel musik jazz dengan keras.

Tamat

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top