Hanya (2)
kadang ada rasa yang susah untuk diungkap. Dan saat rasa itu sudah berhasil terungkap ada rahasia lain yang mengikuti.
........
Pria itu hanya menatap seorang wanita muda yang sedang mengobrol dengan sahabatnya dari kejauhan. Seulas senyum terukir di bibirnya. Pria itu meneguk kopinya sekali lagi.
Mall yang lumayan terkenal di Ibukota itu tampak ramai saat malam minggu. Namun, tak menutupi pandangan pria itu untuk menatap si wanita dari cafe seberang.
"Ayo, kita pulang, Bang Wishaka. Janjinya kamu hanya melihatnya dan tidak akan lama, kan?" tanya gadis muda yang selalu menemani Wishaka.
Ya, Wishaka sekarang yang masih enggan untuk pergi. Hanya menatap Olivia yang dia anggap Tiara yang sedang mengobrol bersama Gia.
Setetes air mata mengalir dari mata yang selalu tampak tajam itu. "Sebentar lagi, Eri. Sebentar lagi."
Gadis bernama Eri itu hanya mendesah lelah sambil menatap sedih.
....................
"Yeeee, bengong lagi. Tadi ketawa gede banget sekarang murung lagi. Bipolar loe ya?" tanya Gia tanpa ampun sambil melempar kerupuk ke arah Olivia. Tepat mengenai keningnya.
"Sembarangan kamu!" Olivia mendelik kesal sambil mengusap dahinya. "Ih, bau soto."
Olivia justru memakan kerupuk yang jatuh ke pering itu. Hingga diantara mereka hening beberapa saat. Dan berakhir ketika Olivia buka suara.
"Aku bengong bukan sembarang bengong tapi aku merasa ada yang memperhatikan," ucap Olivia dengan raut yang kembali serius.
Gia menghentikan kunyahannya lalu menatap sahabat cantiknya itu. "Kepikiran? Katanya sudah senang dia gak gangguin kamu belakangan ini."
Olivia tak menggubris Gia dan menatap ke arah cafe seberang yang tadi dihuni Wishaka. Entahlah, sugestinya menyuruh Olivia melihat ke tempat duduk yang sekarang kosong.
..............
"Kamu gak bisa halangin aku lagi, Er. Aku gak bisa menghilang tiba-tiba dan lama dari dia." Wishaka membentak dan menatap tajam Eri.
"Sadar, Bang dia bukan Tiara," balas Eri yang menatap sedih Wishaka. Perlahan dan dengan tangan gemetar Eri berusaha menyentuh lengan Wishaka. "Aku adik kamu, Bang. Aku mengerti. Abang jangan mengulangi kesalahan yang sama... " lirih Eri berkata sambil memohon pada abangnya.
Wishaka mendelik tak suka. Dadanya bergemuruh dengan nafas tak beraturan. "Kamu gak usah banyak bicara. Kenapa sekarang kamu jadi sok baik?! Aku sudah baik-baik saja!"
Wishaka menepis kasar tangan adiknya lalu keluar dari penthousenya meninggalkan Eri yang menangis sambil memanggil abangnya.
................
Malam minggu memang menyenangkan. Namun, tak disangka justru Olivia mendapatkan musibah.
Kejahatan selalu terjadi tak terduga. Karena menolong orang yang tiba-tiba pingsan di jalan. Olivia turun dari mobilnya. Dan tiba-tiba dari belakang sebilah senjata tajam berada di lehernya. "Cantik, serahkan yah barang berharga kamu. Atau nyawa kamu aku ambil," ucap suara dalam dan terdengar mengerikan itu. Pria yang pura-pura pingsan itu bangun dan berdiri dengan gagah lalu tersenyum bengis.
Olivia terkejut dan sesaat nafasnya tertahan. Matanya melihat pisau yang tampak berkilau diterpa sinar bulan. Olivia takut, dia seperti akan mati pasti.
"Tolong..."
Tangan besar itu merangkul pinggangnya. "Tapi aku mau menikmati tubuh kamu dulu." Keringat dingin mulai mengucur di keningnya dan juga seluruh tubuhnya
Namun tak berapa lama ada secercah harapan saat mendengar suara pistol yang ditembak. Dan dua pria jahat itu panik. "Sialan, polisi! Kabur... Gue rasa mereka masih mengejar kita. Kabur!"
Olivia didorong begitu saja sampai terjatuh ke jalan. Dan tak berapa lama Olivia melihat sepasang kaki bersepatu hitam berjalan ke arahnya. Diselingi sinar mobil dan angin malam. Olivia menyipit menatap pria yang tak asing untuknya.
Bagai gerakan film lambat, pria tinggi dan gagah itu mengangkat tubuhnya. Dan seulas senyum terukir. "Maaf aku terlambat."
Tbc
guys, bgi yg minat novelet aq udh da di PS... Wkwk promO posesif, Janji, dan Rasa
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top