Hanya (1)
Namanya cerpen... Jdi singkat2 wkwkwk
...................
Gadis bernama Olivia itu bernafas terengap sehabis memukul bantal besar berbentuk Anpaman puas. Dia mengurungkan niatnya untuk merusak kamar kost Gia, temannya. Takut bangkrut disuruh ganti perabotan kamar Gia yang selalu dia rusak.
Gia datang dari dapur belakang sambil membawa segelas air putih untuk Olivia. "Oke, terus atur nafas sampai loe merasa tenang. Cerita yang selengkapnya sama gue. Karena cerita loe itu gak jelas dari kemaren. Kayak... Sebuah film tapi ada plot holenya gitu."
Oliv akhirnya bisa mengatur nafasnya dengan tenang. Senyum lega sebagai penanda di wajahnya. Oliv mengambil minum yang sudah disediakan oleh Gia dan meminumnya hingga tandas. "oke."
**
Sebulan yang lalu.....
Olivia tiap pagi saat weekend akan melakukan jogging di taman dekat perumahannya. Gadis cantik berkulit kuning langsat itu menguncir rambutnya. Sesekali mengusap keringat di daerah leher dan dahinya.
Tiba-tiba ada tangan pria yang terjulur ke depannya. Pria itu memberikan sebotol air minum pada Olivia yang mengernyit heran. Mata cantiknya mengintai hingga menatap wajah seorang pria yang terlihat ramah. "Ini aku bawa minuman untuk kamu... Tiara."
Olivia melongo, sinar mentari bahkan mampu menampilkan raut wajahnya yang terlihat heran dan kaget. "Maaf, mas, bang, pak atau apalah, anda salah orang. Saya bukan Tiara. Permisi."
Rasanya Olivia ingin cepat-cepat pergi karena merasa pria itu semakin menakutkan. Semuanya seolah membuat Olivia takut. Apapun itu seperti Senyumnya, tatapan matanya yang seakan ingin menelan Olivia habis, dan sikapnya yang sok akrab.
Berjalan mundur ke belakang hingga berbalik, berjalan cepat lalu segera berlari. Olivia terus berlari. Dan saat melihat ke belakang, pria itu masih bergeming di tempatnya menatap tersenyum. Suasana pagi yang sedikit mendung itu seolah sesuai dengan peristiwa.
Semenjak itu dia tidak mau jogging lagi di taman itu. Ternyata semua tak berhenti disana.
Dua hari setelah kejadian itu. Dia kembali. Saat itu sore yang lumayan cerah. Olivia sedang menikmati secangkir minuman coklat hangat sambil menonton acara TV kesukaannya.
Ting tong...
Olivia memejamkan mata dengan geraman. "Sales kampret sudah dikasih tahu aku gak mau masih ngotot. Ini pasti kayak sales kemaren yang ngotot itu. Liat aja ya... Aku lagi santai dia ganggu."
Olivia berjalan dengan langkah cepat sambil menyiapkan amunisi dalam hati untuk melontarkan kata-kata pedas. Dia membuka kunci dan menarik pintu itu hingga terbuka. "Mo.... nyong," ucap Olive dengan nada melemah di akhir karena terperangah melihat sesuatu di depannya.
"Maaf, Mbak Oliv, kami ganggu. Ini tunangan Mbak Oliv habis kecelakaan kecil. Tadi kami lagi jalan-jalan di sekitar dan luar komplek... "
Olivia segera menyadarkan diri untuk pembelaan. "Pak, Maaf. Saya gak kenal sama orang ini. Asal bapak tahu ya dia ini kemaren mengancam keselamatan saya."
"Loh, Mbak. Kok begitu sih. Ini katanya tunangannya kok. Sambil mohon-mohon lagi ngomongnya sama saya," ucap Pak RT yang mulai pusing sambil membuka peci dan mengacak rambutnya.
"Saya bilang dia bukan siapa-siapa saya, Pak!"
"Terus ini gimana?"
"Bawa ke rumah sakit. Rumah saya bukan klinik dua puluh empat jam."
"Tapi katanya obat terbaik mas ini melihat wajah mbak Tiara... Eh Mbak Olive. Eh... Aduh... Ini gimana sih. Nama Mbak ada Tiara-tiaranya gak?" tanya Pak RT dengan wajah kelingnya frustasi.
Penjelasan panjang lebar dari pak RT tak mampu lagi dia dengar dan hanya dianggap angin ribut. Olivia hanya membulatkan mata tak percaya. Pria aneh ini terlihat terluka dalam rangkulan dua pemuda yang kewalahan.
"Hmm, Mbak... Pak... Sudah belum curhat sama bengongnya? Kita juga sudah mau sekarat ini." Salah satu pemuda berkata dengan raut minta tolong.
.....................
Olivia benar-benar kesal. Apanya yang sekarat dan kecelakaan? Liat aja nih malah asyik ikut nonton sambil minum kopi samping aku! Bentaknya dalam hati.
Olivia mengeratkan sweeter panjang ditubuhnya. Memicingkan mata pada pria aneh yang dia akui lumayan tampan juga kalau dilihat sekali lagi. Pundak lebar bisa untuk bersandar dan dada bidang juga untuk bersandar. Tangannya kokoh, mata bagai elang, dan bibir yang tebal...
"Sudah menatap joroknya?" tanya pria itu dengan suara beratnya.
Olivia melotot. Memang benar harusnya dia mengusirnya. "Hei, pria gila maaf ya kalau mimik wajah aku ini kayak mupeng liat kamu. Padahal aku sedang mengawasi kamu. Penguntit! Pergi saja kamu dari sini. Makan tempat. Aku gak takut kamu aduin ke Pak RT. Pergi!" Olivia berdiri sambil berkacak pinggang.
Namun, pria berkulit coklat itu tersenyum. Tampak santai tak tersinggung. "Tiara... Nama aku Wishaka. Ingat ya, mysun."
"Aku Olivia. Bukan Tiara harus berapa kali aku bilang... "
Wishaka berdiri, mendekat cepat langsung mencium bibirnya lembut. Olivia langsung ketar ketir setelah terkejut. Dengan cepat Olivia mendorongnya. Menatap tajam pada Wishaka yang tetap tenang.
"Mesum!"
Setelah itu pertengkaran kembali terjadi tapi hanya dari pihak Olivia. Dan Wishaka tetap menganggunya. Namun, dibalik gangguan itu ada sedikit perhatian kecil. Tentang makanan kesukaan Olivia yang selalu dikirim ke kantornya.
**
"Kenapa loe gak cerita sama gue sejelas ini dari kemarin, Liv?" tanya Gia kesal.
Olivia berdecak kesal sambil memeluk bantal di sofa kamarnya. Kalau menurut Olivia kamar kost Gia termasuk bagus tapi bagi Gia biasa saja.
"Kita beda kantor dan kamu juga ada tugas ke luar negeri. Terus aku juga gak suka membicarakan hal gak penting."
"Gak penting?! Sekarang liat dia jadi neror loe." Gia menatap tajam dan menunjuk handphone Olivia dengan kesal.
"Iya, Maaf deh."
.......................
"Bang, mau sampai kapan kamu seperti ini?" tanya seorang gadis yang selalu setia menemaninya.
Pria bernama Wishaka itu menatap foto Tiara. Mengusap lembut. Menahan perih.
Sekilas bayangan itu kembali muncul. Bayangan Tiara yang tewas tertabrak mobil demi melindunginya yang saat itu bersama wanita lain.
Tbc
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top