Cinta? (3)

Tiga belas tahun yang lalu...

Di ruang kelas sebuah SMA, seorang gadis sedang membaca buku dengan tenang. Dia tak mempedulikan beberapa murid yang sedang melakukan aktivitas masing-masing. Padahal suasana kelas sangat ribut.

"Pantatnya pake lem alteco ya?" tanya seorang lelaki remaja yang sedang duduk di atas meja.

"Pake lem gajah duduk lebih tepatnya, Ramon, "jawab seorang lelaki yang sedang mengikat poninya.

Seorang lelaki yang duduk di sebelah mereka menurunkan buku yang dia baca. "Kayaknya sehari aja gak ngomongin Kienna itu susah ya buat kalian."

"Memang, "jawab dua lelaki itu serempak.

"Ingat, Fajri sampai kapanpun gak akan gue lupain waktu dia bikin gue malu di study tour kemaren, " balas seorang pemuda yang langsung duduk di sebelah Fajri.

"Riv, mending loe beli deh sosis bakar sendiri daripada nyomot punya gue mulu. " Fajri memandang malas pada temannya yang tengil itu.

"Gue masih dihukum Papa nih. Uang jajan masih dipotong untuk sebulan ke depan, hehehe." Si pemuda itu terseyum tanpa rasa bersalah sambil mengambil satu sosis bakar milik Fajri lagi.

"River... River...Lagian kucing kesayangan Papa loe dibikin nyemplung ke got sampai mandi lumpur, " sahut Fajri lagi.

Pemuda bernama River itu nyengir lagi. "Ramon, diam aja loe. Saat River dan Fajri melihat ke belakang ternyata sahabat mereka itu tidak ada.

Lalu mereka mendengar kalau suara Ramon sangat keras di depan pintu kelas. " Alen, nanti sore main lagi yukkk." Pemuda kocak itu terus mencari perhatian pada teman baru Kienna

"Usaha terus... " sindir River tapi pandangannya beralih pada seorang gadis manis yang hanya terseyum kecil sambil membaca bukunya.

River masih mengingat saat sesi permainan. Dia dan Kienna satu tim. Sampai Kienna menarik celana trainingnya sampai celana dalam Calvin klein nya terlihat di depan Teman-temannya yang lain.

Suara tawa, siulan menggoda, dan mengejek ramai terdengar. Kienna saat itu langsung kaget dan merasa tak enak. Sedangkan River menatap datar padanya. River jadi benci permainan tarik tambang.

.
.
.
.
.
.
.

Masa sekarang

River melepaskan jasnya dan menggantungnya di tiang tempat baju-baju milinya juga ada di sana. "Sayang... Chiki... "

River mengizinkan perempuan berseragam pelayanan itu pergi dengan memberi kode. Lalu dibalas anggukan kepala.

"Sayaanggg... " River memanggil dengan nada menggoda dan seolah ingin mencari. Tak berapa lama dia mendengar bunyi tirai kamar. River tak bisa menahan senyummya.

Langkah kakinya berjalan perlahan di lantai marmer penthouse miliknya. Lalu masuk ke dalam sebuah kamar bernuansa pastel dan feminim. Mata tajam River langsung melihat sebelah sayap peri yang terlihat di balik ranjang berkanopi.

"Ini perinya ketangkap!" Seru River melompat dan meraih tubuh mungil gadis kecil.

gadis kecil lucu dan cantik itu berteriak girang. "Papaaaa... "

River berputar sambil mencium pipi gembul gadis bernama Chiki dan mereka menjatuhkan diri di kasur setelah berputar. Chiki mencium wajah Papanya.

Raut riang Chiki tak bertahan lama. "Chiki kangen Mama." Tubuh kecil itu turun dari kasurnya lalu berlari ke meja bonekanya dan meraih pigura foto.

__________

Seminggu yang lalu...

Di taman bermain dekat sebuah mall. River tak sengaja bertemu dengan Aeril, mantan kekasihnya saat kuliah. Mereka tampak canggung dan berusaha berdamai dengan masa lalu. "Hai, River."

River mengangguk dan memberi senyum sopan. Tak lama Chiki menghampiri mereka dengan rok berenda yang ikut bergoyang saat dia berlari. "Papa, ada anak nakal lempar-lempar bola ke Chiki. "

Aeril terperangah melihat gadis kecil cantik berambut panjang itu. Lalu matanya berubah sedih. "Kamu memang benar cinta sama dia."

"Kienna versi kecil." Perkataan Aeril membuat River tersenyum.

__________

Di kamar rumah sakit yang terkesan nyaman. Kienna menatap langit dari jendela kamarnya yang terbuka. "Nak, maafin Mama yang sudah menitipkan kamu pada Ibu panti."

Ternyata Kienna dulu mengubah keputusannya untuk tak menggugurkan kandungannya. Walau dia hamil karena perkosaan tapi hatinya tersentuh saat melihat ada anak-anak berlari di koridor rumah sakit. Mereka tak sengaja menabrak Kienna yang ingin menggugurkan kandungannya.

Kepolosan anak-anak itu meminta maaf padanya menyentuh sisi lembut hati Kienna. Setelah itu Kienna bersama adik dan orang tuanya pindah keluar kota. Membuka lembaran baru walau kuliahnya tak selesai yang penting menjauh dari River dan semuanya.

Selama menjalani kehamilannya saat beraktivitas, Kienna selalu mendapatkan hadiah-hadiah tak terduga. Bahkan saat ngidam kue mochi tiba-tiba di depan kontrakan saat itu ada pengantar kue mochi.

Kienna makin merasa aneh . Sampai dia tahu ternyata River yang melakukan semua itu. Dengan berbagai cara River mencari Kienna.

"Ienn, maafin aku... Izinkan aku jadi Papanya Baby Chiki." River memohon sambil bersujud memeluk pinggang dan perut buncit Kienna.

Kienna menggeram dan berusaha melepaskan pelukan River. "Udah gila kamu! Aku gak butuh belas kasihan kamu. Aku pernah tanya. kamu masih cinta sama aku atau gak waktu itu tapi kamu diam."

Kienna menangis. "Kamu sampai tau panggilan kesayangan anakku."

Saat Kienna dan Nuke berada di sebuah cafe. River mendengar adiknya Kienna memberikan nama itu sambil menaruh kepalanya di perut Kienna.

River menatap nanar pada Kienna yang berhasil mendorongnya. "Aku cinta kamu, Kienna. Selalu... "

Kienna tersenyum mengejek. "Pergi... "

Beberapa bulan setelah melahirkan mental Kienna terpukul saat melihat bayinya karena bayangan perkosaan dan Kienna diberikan obat itu selalu terbayang. Hingga keputusannya memberikan bayinya pada seorang Ibu panti.

Kienna menangis lagi mengingat semuanya.

Yang tak Kienna tahu River dan Mamanya mengadopsi bayi Kienna. Sedangkan si brengsek yang melecehkan Kienna meninggal karena obat terlarang.

Saat Kienna dan keluarganya pergi lagi terjadi kecelakaan yang menewaskan kedua orangtuanya. Kecelakaan itu membuat kienna mengalami amnesia parcial.

__________

Di hari Kienna mulai sadar dan sembuh dia berjanji untuk menata hidupnya sambil mencoba mencari anaknya lagi. Sedangkan River ternyata masih mengikuti Kienna yang tidak ingat dengannya

.
.
.
.
.

_______




Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top