Cinta? (2)
Peterpan - jauh mimpiku
.......
Hari berlalu dengan cepat sejak Kenna bertemu dengan dr. Fajri yang katanya sahabat dulu sekolah. Kenna masih duduk di taman belakang rumah sakit menatap wanita muda yang sama seperti dirinya sedang memutar kolam ikan.
"Ini sudah lebih lama dari kemarin dia memutar kolam itu. Yang ada ikan-ikan di sana yang pusing." Kenna memanyunkan bibirnya melihat wanita yang memakai baju rumah sakit yang sama dengannya. Kenna kembali tersenyum membayangkan wajah Fajri.
Kenapa dulu kita hanya sahabat bukan kekasih?
Dari arah belakang seorang gadis muda menghampiri Kenna. "Kak Iennnn ... masih betah aja di sini." Gadis dengan ripped jeans, Kaos polo dan berkuncir kuda itu mengangkat kotak kue tiramisu. "Kesukaan kakak."
Kenna membulatkan matanya seperti melihat harta karun paling berharga. "Waaaahhhh.... tiramisu, "ucap Kenna dengan rasa kagum tapi tak lama tatapannya berubah tajam. "Enakan buatan kakak atau Nuke? Awas kalau rasanya seperti terasi lagi!"
Gadis muda bernama Nuke itu tertawa dan langsung duduk menempel pada kakaknya. "Tenaangg... kan Nuke udah ditransfer energi sama Kak Ien jadi tangan dan otak ini sudah ingat paten, "balas Nuke sambil melambaikan kedua tangannya.
"Oke kakak percaya." Mereka berdua langsung menikmati kue tiramisu setelah berhitung.
"Putri Amazone mau ikut makan sama kita gak?" tanya Nuke berteriak.
Si putri Amazone langsung berhenti memutar kolam lalu berlari ke arah mereka.
.........
Nuke berjalan melewati koridor rumah sakit jiwa dengan hati lega karena kakaknya sudah bisa berinteraksi hampir setahun belakangan ini. Berbeda saat ditahun-tahun awal ketika Kenna mengalami peristiwa itu, Kenna hanya diam bagai mayat hidup. Hanya Nuke yang bisa mengurusnya saat itu.
Jalan Nuke terhenti karena ada tubuh tegap melewatinya. Gadis itu menoleh. "Kak River!" panggil Nuke menyusul langkah River. "Kakak ini ngeyel banget sih. Kak Ien nanti badmood lagi."
Pria berdarah Prancis-Tiongkok itu tak peduli dan terus berjalan santai sambil memasukkan kedua tangannya ke kantung celananya. Nuke berdecak kesal rasanya ingin memberitahu Fajri tapi dokter itu pasti sudah sibuk lagi di rumah sakit pusat. Lalu Nuke memanggil perawat yang biasa merawat Kenna untuk mengawasi River.
"Sus, tolong jaga Kak Ien. Kalau dia macam-macam injeksi aja tuh laki, "ucap Nuke dan membuat perawat itu geli.
"Oke."
...........
River ternyata untuk saat ini bisa melihat Kenna dari kejauhan. Tak terasa air matanya jatuh mengingat saat bertemu pertama kali setelah delapan tahun mereka berpisah. Kenna menatap asing padanya dan selalu bersikap dingin padanya. Padahal selama beberapa bulan ini River selalu menjenguk, memperhatikan, dan melakukan apapun yang Kenna mau.
Hasilnya Kenna merasa tak pernah mengenalinya. Selalu memanggilnya Tuan karena berpakaian rapi. Lalu dia merubah penampilannya menjadi lebih casual.
Kenna/Ien
Beberapa bulan lalu...
Flashback on
"Amnesia parcial, loe gak bisa terlalu maksain Ien. Ditambah kecelakaan yang membuat Ien dan Nuke kehilangan orang tuanya membuat... jadi terganggu psikisnya." Fajri mengatakan dengan kesabaran teratur.
"Gue mau tanggung jawab, Faj... Ien milih aborsi. Gue ngakuin anak gue di depan Asrel, " balas River dengan suara bergetar.
Ruangan restoran VVIP itu menjadi hening sesaat. Bahkan cahaya lampunya tak mampu menerangi debat mereka. Kedua pria tampan itu saling bertatapan dalam. "Bukannya dulu Asrel yang udah buat loe berpaling dari Ien? Gue kira dia sempurna buat loe."
"Maaf kalau gue bawa-bawa Asrel lagi sekarang gak usah dibahas tentang dia. Karena ternyata cinta gue masih untuk Ien, "jawab River dengan iba.
"Delapan tahun yang lalu sebelum dia masuk ruang aborsi harusnya itu jawaban loe waktu Ien tanya, tolol." Fajri berusaha mengatur nafasnya. "Sekarang dan selanjutnya terserah loe gimana dan apa yang loe lakuin nanti sama Ien."
"Berarti loe gak akan larang gue buat ketemu Ien." River seolah mendapatkan secercah harapan.
Fajri hanya mengangguk. "Kita sahabat"
........ Flashback off
.
.
"Putri Amazone mau ke mana?!"
Kenna berlari mengejar wanita yang membawa sekotak kue tiramisu. Namun, tubuh ramping Kenna langsung ditahan oleh River.
Maaf, Ien ... aku gak bisa nahan dengan cuma liat kamu dari jauh.
Kenna terdiam dan membulatkan matanya melihat ke belakang. "Tuan mata biru, mengagetkan saja."
River tersenyum. "Iya, lihat jalannya licin nanti kamu jatuh dan kepala kamu patah. Harusnya berterima kasih padaku. Ini sudah dua kalo setelah ibu gurita itu mendorongmu."
Kenna mengerjapkan matanya. Menatap tanah taman yang licin setelah hujan semalam lalu ke arah tangan kuat dengan urat menonjol di tangannya. Kenna mengerjapkan matanya berusaha melepaskan dekapan tangan River. "Tuan aku bisa jalan sendiri."
"Leher patah atau aku tuntun?" tanya River dengan lembut.
Kenna tak biasa berbuat apapun dan lebih memilih menurut saja.
River
.........
Kenna berjalan dengan sambil mendekat beberapa novel dan membawa keranjang hasil kerajinan tangannya. Gadis itu mengenakan seragam SMA dan rambutnya masih pendek. Dia berada di sebuah koridor kelas yang berdekatan dengan lapangan basket.
Dari lapangan basket ada seorang lelaki berseragam yang sama dengannya melihat pada Kenna dengan pesona.
Lalu berganti dimana lelaki itu melamarnya dengan cicin emas plastik hadiah dari snack. "Ien, maukah kamu menikah denganku?"
Kenna tersenyum dengan bahagia dan mengangguk cepat. Namun, dia menjadi sedih karena tidak bisa melihat wajah lelaki itu. Kenna bahkan bingung dengan situasi ini.
Lalu berlanjut saat Kenna menjadi lebih dewasa. Lelaki yang tak terlihat wajahnya itu hampir menidurinya. "Aku belum siap."
"Ien, kita udah pacaran lama. Kenapa lagi?" tanya lelaki itu dengan frustasi sambil mengacak rambut gondrongnya. Bahkan dia sudah bertelanjang dada.
"Maaf ya... " kenna merapikan kancing bajunya sambil meredakan kekacauan hatinya.
"Kalau gitu liburan bareng sama teman-teman kampus aku."
"Maaf aku besok mau ke rumah Ayah."
Terjadi perbedaan
Lalu lelaki yang rupanya masih tertutup itu mengenggam tangannya erat. "Kamu suka sama si brengsek itu hah?! Aku akan habisi dia. Kamu suka disentuh dia?!"
Kenna menangis. "Kamu gila.... aku dideketin dia. Aku udah nolak tapi dia maksa!"
"Kenapa gak lawan lagi?!"
"Terus kenapa? Kamu bisa tinggal bareng Asrel, tidur bareng sama dia. Jadi aku juga kalau tidur bareng yang lain gak masalah, kan?!"
"Kita tinggal bareng dan melakukan apapun karena saling cinta..."balas lelaki itu tadi memelan di akhir kalimat.
Kenna terdiam menahan sesak. "Jadi selama ini aku cinta sama kamu juga gak ada apa-apanya?! Aku bego tetap cinta sama kamu sampai sekarang!"
.
.
.
.
Kenna membuka matanya dengan debu nafas cepat dan keringat di wajah dan tubuhnya. "Ahhh..." kenna menghidupkan lampu di atas meja kamarnya. "Mimpi yang seperti nyata."
"Hikssss... hikss aghhh... " air mata Kenna keluar dan justru menangis kencang. "Aaghhh... aku kenapa? Kenapa nangis?"
____________
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top