Pecinta Kunang-kunang

Aku adalah seorang pecinta kunang-kunang. Tanpa kunang-kunang, hidupku seakan mati. Dan aku benci itu. Ternyata, tak hanya aku yang mencintai kunang-kunang, begitu banyak di luar sana yang sama denganku. Kumanfaatkan itu untuk menyambung hidup. Sudah begitu banyak orang yang datang ke sini demi kunang-kunang. Tak terkecuali Gita, gadis pecinta kunang-kunang yang baru kukenal lewat dunia maya. Ketertarikan kami pada kunang-kunang membuat dia seolah jatuh cinta padaku. Kami memang cocok. Dan dia ingin ke sini. Gita datang selepas senja, dan langsung kuajak ke halaman belakang rumah.

“Selamat datang di istana kunang-kunang.”

“Senangnya aku bisa berjumpa lelaki pecinta kunang-kunang sepertimu. Ini sangat romantis.”

“Akan kutunjukkan padamu, seindah apa kunang-kunang milikku. Semoga kita bisa menikmati malam ini bersama.”

“Aku menyukai hutan kecil ini.”

Memang, halaman belakang rumahku sengaja kusulap serupa hutan. Hutan mini, mungkin begitu, karena memang tidak begitu luas. Pohon-pohon tinggi menjulang mengelilingi rumah, sekilas tampak misterius. Kubawa Gita ke sini sesuai keinginan yang ia sampaikan kemarin malam padaku melalui email. Aku memang memiliki blog yang bercerita tentang hutan miniku ini.

“Mana kunang-kunangnya?” Gita mengawasi setiap sudut hutanku dengan penuh harap.

“Bersiaplah, mereka segera datang!” Aku mematikan lampu taman yang tak jauh dari pintu belakang rumah.

“Hei, gelap. Tolong hidupkan kembali lampu tamanmu!”

Aku tersenyum dalam gelap. Saat itulah segerombolan kunang-kunang tampak mengangkasa. Semakin lama semakin banyak. Aku menghampiri Gita yang kurasa sedang tertegun memandangi kunang-kunang indah itu.

“Kamu tau, aku akan segera menambah jumlah mereka?” bisikku. Sejenak kuhirup aroma tubuh gadis itu.

“Wah, benarkah?”

“Tentu saja benar.”

“Akh!” pekikan kecil terdengar saat sebuah belati di tanganku menembus jantungnya.
“Kunang-kunangku akan semakin banyak sekarang, terima kasih gadis pecinta kunang-kunang!” seringaiku sambil membawa tubuh gadis itu ke lubang galian yang sudah kusiapkan sebelumnya. Berderet dengan gundukan tanpa nisan yang jumlahnya kini sudah tak terhitung. Dan akan terus bertambah seumur hidupku.

Tangerang Selatan, 16-8-2017

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top