U M B R E L L A
Ini tulisan satu tahun yang lalu. Bahasanya kelewat ancur dan alurnya gajelas. Sayang aja kumpulan story ini gak di up lama banget. Kalo masih ada yg mau komen ya alhamdulillah. Makasih.
HAPPY READING^^
.
Langit mendung disaat jam pelajaran hampir berakhir. Banyak pasang mata anak-anak yang tengah berharap merapalkan mantra yang sama 'Semoga tidak hujan' karena tentunya mereka tidak mau pulang dengan basah-basah.
"Baiklah anak-anak. Cukup untuk hari ini. Rapikan alat tulis kalian dan pulang."
Bodoh....
Kalimat batin yang terlontar setiap anak di kelas itu. Mungkin jam pelajaran memang berakhir tapi bukan berarti mereka bisa pulang karena rintik-rintik hujan mulai membasahi tanah. Setidaknya mereka harus menunggu beberapa saat sampai hujan reda.
Lain hal nya dengan anak-anak yang memiliki kegiatan klub hari ini. Mereka akan dengan santai berjalan menuju klub mereka tanpa harus memperdulikan hujan. Toh masih ada waktu mereka untuk pulang dan siapa tahu saat klub selesai hujan sudah reda.
Salah satu yang memiliki kegiatan klub adalah seorang anak berambut hitam, dengan name tag 'Shin Wonho' pada seragamnya. Dia berjalan menuju gymnasium tempat klub nya kan berlatih.
Banyak anak yang masih berteduh entah itu di parkiran atau di pos dekat gerbang sekolah. Mungkin mereka menunggu jemputan atau menunggu hujan reda agar bisa pulang. Tentu saja, bagi mereka yang berjalan kaki akan menunggu hujan reda.
Mata Wonho tertuju pada seorang anak berambut blonde yang berdiri sendirian, bukan sendirian tapi memisahkan diri dari kerumunan anak yang menunggu di depan gerbang. Wonho kenal betul dengan wajah anak yang dulu sempat menjadi teman sekelas nya 1 tahun lalu, saat kelas X.
Hanya sekedar melihat Wonho melanjutkan berjalan menuju gymnasium lalu mengganti baju nya dengan baju olahraga.
"Lari keliling lapangan 15 kali!" teriak seorang anak berambut merah menyala selaku kapten basket mereka.
"Shizuya, cari data tim yang akan kita hadapi minggu depan." sambung nya seraya melirik kearah gadis dengan rambut sama sepertinya, manajer tim basket SMA Harin. Setelah itu semua orang pun berlari mengelilingi lapangan basket tak terkecuali sang kapten yang tadi memberikan perintah.
Di luar memang hujan tapi tetap saja mereka semua sudah mandi keringat padahal baru 8 putaran tak terkecuali Wonho. Terlihat pemuda itu mulai ngos-ngosan tapi sekuat tenaga dia akan terus berlari. Kurus-kurus begitu dia adalah salah satu dari 10 pemain di golongan A dari 147 anggota klub basket.
"Jika kalian melambat akan ku lipat gandakan jadi 30 putaran!"
Semua mata refleks membelalak mendengar teriakan dari saudari kembar sang kapten, alias manager mereka. Gadis itu hanya memasang wajah polos sambil sesekali mengedipkan mata dwiwarna nya, sama seperti sang kakak kembar, mata nya berwarna merah-jingga.
"Ya! Shi-chan! Kau mau membunuh kami?" sela beberapa anak tak terima tapi mereka tak mendapat pembelaan dari kapten tercinta.
Acara lari pun berlanjut dan berakhir di 15 putaran saja. Istirahat 5 menit dan mereka akan kembali berlatih. Wonho menatap ke luar gymnasium. Hujan belum reda. "Apa dia sudah pulang?" gumam Wonho pelan sambil meneguk air minumnya.
"Siapa?"
Hampir saja Wonho tersedak air putih. Akashi Seijuurou, tiba-tiba duduk duduk di sebelah nya sambil meminum air nya juga. "Bukan siapa-siapa." jawab Wonho cepat.
"Sei-nii! Sei-nii! Seijuurou nii-sama! Ada yang pingsan!"
Wonho mengalihkan pandangannya ke sumber suara cempreng yang meneriaki nama kecil kapten mereka. Ingin Wonho tertawa melihat seorang anak sudah tepar pingsan dan tak sedikit yang lemas di ujung lapangan tapi apalah daya keadaan Wonho juga tak jauh lebih baik dari keadaan mereka. Mungkin hanya keadaan kapten mereka yang masih sangat fit. (Note: Jangan ada yg protes karena ada chara anime (Akashi) disini)
Kegiatan klub berlangsung dengan terarah dari sang kapten yang merangkap jadi pelatih. Dalam pemain inti Wonho mendapat posisi sebagai Shooting Guard. Tentu saja tim inti yang dimaksud disini adalah tim andalan yang selalu mengikuti kejuaraan dan dipastikan membawa pulang piala. Karena motto mereka adalah '100 kali bermain 100 kali menang!' ditambah prinsip sang Kapten dan sang manajer, 'Menang adalah segala-galanya'. Gila memang.
"Hari sudah sore. Kalian bisa pulang sekarang. Jaga kesehatan dan jangan hujan-hujanan." titah sang kapten, Akashi Seijuurou dan segera di respon oleh anak-anak lainnya dengan merapikan tas mereka.
Lain hal nya pula dengan Wonho yang masih sibuk memantulkan bola basket ke arah ring untuk mencetak angka. Peluh sudah membasahi seluruh tubuhnya tapi dia masih sangat menikmati hal tersebut. Sesekali dia mendribble bola seraya membawanya seolah sedang menghadapi musuh.
Dugh
Dugh
Bola besar berwarna oranye itu memantul cepat di lantai gymnasium, Wonho pun bersiap melakukan shoot 3 poin nya. Bola di bidik tepat sasaran dalan kurang dari 1 detik setelah itu melepaskannya.
Syuuut~
Dughh!
Dugh
Sebuah tangan menghalangi bola nya dari ring hingga bola itu terjatuh ke lantai dengan tak elit. Wonho menggeram pada orang yang barusan melompat dan menghentikan shooting nya.
"Apa yang kau lakukan, Akashi Shizuya?" ujar Wonho murka melihat gadis itu hanya tertawa polos setelah merusak tembakannya.
"Kenapa? Tidak boleh?" sewot nya. "Kenapa kau tidak pulang? Nii-sama sudah memberikan perintah." ujar gadis itu. Wonho memijat keningnya, "Aku masih ingin berlatih." jawab Wonho sekenanya. "Hee~ Kau berani melawan perintah nii-sama?" tanya gadis dwiwarna itu.
"Tidak tidak. Anggap saja aku mengisi waktu menunggu jemputan." Wonho seolah setengah curhat padahal dia berbohong. Dia bahkan belum menghubungi supir nya.
Shizuya lalu berjalan mengambil bola basket dan mendribble nya seraya menatap Wonho, "Satu kali serangan. Jika berhasil menghentikanku, aku akan memintakan izin pada nii-sama agar kau bisa berlama-lama disini. Tapi jika aku berhasil mencetak angka, segera kemasi barang-barang mu dan istirahat dirumah."
Wonho lalu bersiap untuk menghadang Shizuya. Terlihat sekali anak kelas XI itu sangat bersemangat. Shizuya mulai mendribble bola nya dengan ritme teratur, Wonho sebagai center yang menjaga ring.
Kedua nya bergerak lincah, tak ada yang mau mengalah. Bola masih terus memantul, setiap Shizuya hendak melakukan shooting Wonho sudah siap menghadangnya, "Menyerah saja, kau itu perempuan." cibir Wonho tapi Shizuya hanya tersenyum.
"Shizuya, cepat lah."
Konsentrasi Wonho seketika tertuju pada suara familiar yang memanggil gadis di hadapannya.
Dugh
Dugh
Syuuut~
Bugh
Suara bola basket memantul di papan ring menyadarkan Wonho hingga berbalik detik berikutnya tapi sayang si gadis dwiwarna sudah melaukan lay-up dan bola besar oranye itu kini sudah mendarat indah di lantai setelah menghasilkan poin. Si musuh sudah membentuk 'V' pada kedua jari nya lalu mengedipkan sebelah mata. "Ha'i, Nii-sama! Dan kau, Shin Wonho, segeralah pulang." titah Shizuya lalu berlari untuk mengemasi barangnya.
"Hoi! Kau curang mengandalkan konsentrasi ku! apa-apaan itu kau membutuhkan pertolongan kakakmu?!" Wonho tak terima tapi tak dihiraukan dan berakhir dia juga dengan mengganti baju lalu berkemas keluar gymnasium mengiringi si kembar itu.
Masih hujan. Padahal sudah sore tapi langit tak henti-hentinya menangis. Langit masih saja gelap dan tambah gelap karena banyaknya awan hitam. Wonho berencana menelpon supir nya minta jemput tapi dia urungkan saat melihat seseorang masih setia berdiri di depan gerbang.
"Siapa tau kau membutuhkannya." Akashi sulung memberikan sebuah payung merah dengan garis-garis hitam mengelilinginya pada Wonho.
Setelah itu laki-laki dwiwarna berambut merah tersebut kembali menyusul adiknya ke mobil porsche merah mereka dan melaju meninggalkan sekolah. Wonho menatap payung besar itu dengan seksama. Apa mereka berdua menyuruhnya pulang jalan kaki? Yang benar saja.
Wonho berjalan menuju gerbang dan dia masih melihat si blonde tadi berteduh di pos gerbang itu. Meski awalnya ragu tapi pada akhirnya Wonho mendekati lelaki manis itu dengan perlahan. Diurungkan niatnya untuk meminta jemputan. Dan kini dia mulai berfikir, apakah anak ini menunggu sendirian dari pulang sekolah sampai sore? Apa dia tidak bosan? Beruntungnya hari ini klub basket mereka pulang sore, biasanya sampai malam jika kapten mereka dalam mode iblis.
"Menunggu hujan reda, Hyungwon?" sapa Wonho lebih dulu hingga si pemilik nama itu kaget dan sedikit menjauh dari Wonho. "I-iya." jawab nya pelan sambil mengeratkan blazer sekolah mereka.
Rambut blonde nya terus saja menari-nari di bawa angin. Kuning. Kuning pucat yang sangat Wonho sukai warna nya. "Apa Wonho belum di jemput?" ujar Hyungwon seraya menatap Wonho dengan sedikit senyuman.
"Ahh~ sepertinya supir ku sedang berhalangan." Alasan. Bukankah kau bisa melakukan berbagai macam alasan jika dalam situasi tertentu, termasuk sekarang, modus? Sebut saja begitu karena Wonho tak akan keberatan.
Hyungwon mengangguk berulang kali lalu terdiam. Hening. Tak ada yang memulai bicara lagi. Wonho sesekali melirik kecil kearah pemuda manis di sebelahnya. Mereka tidak bisa dikatakan akrab tapi juga tidak bisa dikatakan tak dekat karena buktinya adalah sekarang Wonho bisa bercakap dengan anak yang lumayan pendiam ini.
Tangan Wonho tiba-tiba menyusuri wajah Hyungwon hingga membuat si empu kaget, "W-Wonho?" ujarnya gelagapan tapi Wonho hanya memberikan senyuman tipis. Hujan makin lebat dan tak ayal jika ada beberapa petir yang menyambar.
"Aku menyukaimu."
Bersamaan dengan bunyi petir mata Hyungwon membelalak ditambah lagi dengan sebuah benda kenyal menahan bibirnya untuk bergerak. Hyungwon ingin mendorongnya tapi tangannya seolah menikmati ciuman lembut tanpa lumatan itu. Selang beberapa detik Wonho melepasnya dan menatap kedepan tanpa peduli dengan wajah merah Hyungwon.
"Tadi Akashi memberiku payung. Mau pulang satu payung denganku?" tanya Wonho dan Hyungwon langsung mengangkat kepalanya. "Ti-tidak usah...." jawab Hyungwon seraya mengibas-ngibaskan kedua tangannya. "Kau tak mau pulang bersamaku?" Hyungwon kembali menunduk ketika Wonho melemparkan pertanyaan itu padanya.
Namun berikutnya Hyungwon segera menggeleng cepat, "Tidak, bukan itu. Rumah kita beda arah bukan?" Sangkalan tak berpengaruh pada Wonho karena nyatanya pemain basket itu hanya tersenyum kecil.
"Tidak masalah. Aku akan mengantarkan mu dulu baru pulang." Wonho membuka payungnya tapi Hyungwon menahan tangan pemuda itu.
"Ma-maksud ku.. A-aku tidak ingin merepotkanmu." ucap lelaki manis itu pelan dan Wonho terpaksa menghela nafasnya. "Kau tidak merepotkanku sama sekali. Kau akan merepotkanku jika tak mau ikut."
Harga mati. Tak bisa di bantah, sepertinya insting absolut Akashi Seijuurou tertular pada anak buahnya termasuk Wonho sendiri. Hyungwon hanya bisa menggigit kecil bibir bawahnya yang sudah hampir membiru kedinginan.
"Kau tidak keberatan satu payung denganku kan?" tanya Wonho lagi. Hyungwon menggeleng cepat, "Tidak. Aku sama sekali tidak keberatan akan hal itu." Jawab nya.
Kemudian Wonho membuka payung scarlet itu dan merapatkan tubuhnya pada Hyungwon. Mereka berdua mulai menerobos hujan. Wonho mengambil kesempatan dalam kesempitan dengan memegang gagang payung diatas tangan lembut Hyungwon. Modus!!!
"Kau pasti menunggu lama sekali di depan gerbang tadi, iya kan?" Wonho membuka pembicaraan seraya menatap wajah Hyungwon.
Pemuda pirang itu menggeleng hingga membuat Wonho mengeryit.
"Enghh... S-sebenarnya.. tadi aku mengintip klub basket berlatih." jawabanya dengan semburat merah di wajah. Tak hanya Hyungwon, Wonho bahkan kaget.
"K-kau? Mengintip klub kami?!" Histeris. Tapi cepat-cepat Hyungwon meletakkan jari di bibirnya sendiri mengisyaratkan Wonho untuk tidak berteriak keras-keras.
~Flashback~
Hyungwon masih saja mengintip lewat celah-celah gymnasium. Memperhatikan pemuda berambut hitam yang sedari tadi masih saja memantulkan bola basket ke lantai padahal yang lain sudah pulang. Sesekali dia tersenyum kecil melihatnya, beruntungnya gymnasium ini memiliki atap yang cukup jadi dia tidak akan kebasahan meski mengintip dari luar. Stalker? Terserah sajalah.
"Sedari klub mulai aku sudah melihat mu mengintip, Chae Hyungwon."
Sebuah suara membuat Hyungwon gelabakan dan ingin dia pergi tapi seolah tubuhnya kaku ketika sepasang mata dwiwarna dengan seringaian khas menatapnya.
"Wonho juga bergumam sendiri tentang seseorang. Aku yakin kau orangnya." sambung orang yang tak lain tak bukan adalah kapten basket, Akashi Seijuurou.
"Ma-maafkan aku." Hyungwon berulang kali membungkuk didepan pemuda scarlet itu tapi hanya dibalas tatapan datar. "Kembali lah menunggu hujan reda. Wonho akan memberikan sesuatu yang spesial untukmu." ucap Akashi hingga Hyungwon membelalak.
"A-apa maksudnya?" lirih Hyungwon pelan seraya mendongak dan menatap minta penjelasan
"Perintahku adalah mutlak. Aku bisa melihat masa depan. Dan apapun yang ku katakan itu selalu benar."
Hyungwon tak mampu membantah dan tubuhnya dengan sendiri menuruti kemauan pria scarlet itu. Lelaki manis tersebut berbalik dan kembali berjalan menuju gerbang tempat dia menunggu tadi.
"Shizuya, cepat lah."
~Flashback Off~
"Hah?! Tak kusangka Akashi ikut mengambil andil dalam urusan pribadi ku." cibir Wonho dan Hyungwon hanya menundukkan kepala.
"T-tapi... Akashi-sama ternyata benar." Lirih Hyungwon sangat pelan dengan wajah memerah. Tentu saja, sesuatu yang spesial yang di maksud Akashi sudah terbukti.
Tiba-tiba Hyungwon menghentikan langkahnya membuat Wonho ikut berhenti. Hyungwon menatap dalam wajah Wonho lalu menarik pelan wajah pemuda tampan itu ke arahnya. Jarak sudah di eliminasi dan ciuman pun terjadi.
Tak mau berlama-lama karena pemenangnya pasti sudah Wonho, Hyungwon pun melepaskan ciumannya dengan wajah bersemu dan membuang muka dari Wonho.
Melihat reaksi HYungwon itu Wonho terkekeh kecil.
"Tentu, Aku juga mencintaimu." kekeh Wonho dan secepat kilat mengecup kening Hyungwon.
"H-huh?! K-kau terlalu percaya diri."
Perjalan pun berlanjut dan kini sudah naik pangkat. Dari sepayung berdua menjadi sepayung dengan kekasih. Ketika sebuah payung dan hujan menyatukan dua insan. Sederhana? Hal yang sederhana justru terlihat sangat istimewa.
Mungkin keistimewaan itu terjadi karena 'kau' lah orangnya.
.
END
.
Kalo ada yg mau komen, Alhamdulillah >\\\\\\< Kalian luar biasa :')
Senin [19:59]
Kalsel, 13 Februari 2017
Love,
B A B Y W O N
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top