R E D
"Kenapa lukisan Hyungwon selalu menggunakan warna merah?"
"Karena dia sangat mencintaiku"
Title: R E D
By: BabyWon
Cast: HyungWonho
Genre: Shounen Ai. Slice of Life. Temukan sendiri sisanya xD
Length: Oneshoot
Rating: T
HAPPY READING^^
Wonho tengah duduk di sebuah cafe bersama teman-temannya. Sesekali pemuda tampan itu tersenyum mendengar celotehan Younghye yang sedari tadi sibuk menceritakan hubungan asmaranya dengan sang kekasih Akabane Karma yang sangat menyenangkan atau mungkin agak gila?. Lalu ada juga pasangan Kwangmin dan Youngmin yang sibuk bermesraan. Wonho? Dia tanpa kekasihnya disini karena sang kekasih sedang memiliki memiliki kesibukan
"Oi~ Wonho? Apa kau mendengarkanku? Hey kalian berdua, Apa kalian mendengarkan ceritaku?" tanya Younghye seraya bangkit dan menatap intens 3 laki-laki yang bersamanya. "Ya ya ya~ Wonho mendengarkanmu" jawab Kwangmin malas seraya mengibas-ngibaskan tangannya. "huh?! Ahh ngomong-ngomong, Wonho-aa perasaanku saja atau kau memang sedikit pucat?" Younghye mengulurkan tangannya memegangi dahi Wonho dan pemuda itu hanya tersenyum kecil
Seraya menyesap cappuchino nya, "Perasaanmu saja. Aku sangat sehat" dan langsung dibalas anggukan dari satu-satunya gadis disana
"Wonho-aa, ku dengar Hyungwon akan membuka pameran lukisannya di Eropa. Benar?" Kwangmin membuka pembicaraan tentang kekasih Wonho, Hyungwon. "Ah iya, satu bulan lagi dia akan terbang ke Eropa dan aku akan sendirian. Hahaha~" Wonho tertawa renyah
"Kau akan lebih sering ditinggal Hyungwon ketika galeri nya di eropa di sahkan tahun depan" sahut Youngmin kemudian tersenyum kecil. "Yahh~ Begitulah" enteng Wonho. "Sst.... Wonho-aa, kau tidak takut dia selingkuh? Di Eropa sana banyak sekali pria-pria perkasa" bisik Younghye yang sudah siap dengan tisu di hidungnya, berhubung dia Fujoshi liar. Pertanyaan aneh itu hanya disambut tawa oleh Wonho
"Tidak mungkin. Hyungwon tidak bisa hidup tanpa ku. percayalah" jawab Wonho hingga Younghye mulai menunjukkan perempatan imajiner di kepalanya. "Huh?! Dasar tuan percaya diri" cibirnya lalu menyesap jus apel
Kemudian Youngmin menopang wajahnya dengan kedua tangan seraya menatap Wonho, "Kau tau? Lukisan Hyungwon itu sangat unik. Seperti hidup, agak aneh dan memiliki ciri khas tersendiri. Tidak heran dia sudah jadi seniman pro padahal baru 2 tahun bekerja" celoteh nya. Wonho masih mempertahankan senyuman
Masih dengan posisi seperti tadi, "semuanya warna merah. Kau tau kenapa?" sambung Youngmin dengan pertanyannya. Wonho tanpa pikir panjang langsung membuka mulut, "Karena dia sangat mencintaiku. Aku suka warna merah", Kwangmin berpura-pura hendak muntah sedangkan Youngmin berekspresi ~> -__-^ lain halnya dengan Younghye yang terlihat berbinar mendengarnya
"Aku merindukan Hyungwon. Bagaimana jika kami ke tempat kalian?" tanya Kwangmin dan Wonho menggeleng pelan. "Ku mohon jangan. Hyungwon sedang sangat sibuk" jawab nya pelan agar teman-temannya tidak tersinggung
Younghye menoleh, "Apa Hyungwon tidak mau di jenguk? Apa kami sangat merepotkan? Hyungwon tak mau bertemu dengan kami atau kalian tidak suka kami berkunjung?" tanya Younghye sekenanya mendapat anggukan dari KwangYoung
"E?! Hahaha~ Yang benar saja. Tidak tidak~ Aku hanya tidak ingin Hyungwon terganggu, lagi pula aku juga sedang sibuk. Dan tentu saja apartemen kami sangat berantakan. Kalian tau kan bagaimana seniman itu bekerja?" jelas Wonho panjang lebar dan pernyataan nya bisa di terima dengan baik oleh ketiga temannya
"Hemh.. Padahal aku rindu dengan Kopi buatan Hyungwon" Younghye mulai menangis buaya dan dihadiahi jitakan cantik dari Youngmin. "Kami akan jalan-jalan ke apatemen mu nanti dan kau akan mendapatkan kopi spesial buatan Hyungwon" kekeh Wonho gemas seraya mengacak rambut merah gadis yang lebih muda 1 tahun dari nya itu
"Jangan lupa jalan-jalan ke apartemen kami juga" sela Kwangmin dan Wonho mengangguk paham
Guuzen demo nariyuki demo shinjitai deai ni kawatte ku
Kokoro no ondo ga sukoshi zutsu agaru ne
Misekake janai kakehiki mo nai hontō no jibun no mama de
Eranda basho ni tatteru koto kimi ni tsutaetai yo
Ponsel Younghye berdering. Bergegas gadis berambut merah panjang dan mata merah-azure keturunan Jepang itu merogoh tas mini nya. Kedua orang tuanya asli jepang tapi nama nya memiliki unsur korea karena dia dibesarkan disini oleh bibi nya sampai orang tua nya pindah ke korea di umurnya 12 tahun. Sebenarnya nama kecilnya adalah Shizuya tapi di ubah bibinya saat dia masuk TK
"Moshi moshi?"
"............"
"Eh? Sekarang? Huh?! Jangan membuat jadwal kencan mendadak, bodoh"
"............"
"Apa?! Awas kau sialan saat kita kencan nanti akan ku masukkan kepala mu ke kotak pasir"
"............"
"Aku tidak takut rumah hantu. aku hanya takut menonton anime Straight"
"............"
"Ya ya ya~ Aku akan sampai 20 menit. Tunggu dan jangan kemana-mana atau aku akan melemparmu dengan gunting ayah ku"
Tuut~
Itu hal biasa. Hal biasa yang terjadi pada pasangan kepala merah itu adalah saling bertengkar dan berbuat segila mungkin namun bagi mereka itu adalah ungkapan cinta dan kasih sayang. Gila? Tidak juga. Ada yang lebih gila
"Dari Karma?" sela Youngmin dan disambut anggukan Younghye yang sedang menghabiskan jus apel nya. "Kalau begitu kami juga akan pulang. Kau juga kan, Wonho?" tanya Kwangmin pada Wonho dan lihatlah pemuda itu juga sudah siap berdiri untuk bayar. Younghye sudah berlarian untuk bayar dan kembali lagi ke meja mereka
"Aku yang traktir. Silakan pulang" ujar nya kemudian berlarian kecil lagi keluar cafe. "Thank You. O-oi! Jangan berlarian! Hoi~ Akashi Younghye!" tegur Kwangmin nyaring tapi terlambat karena gadis itu sudah keluar cafe sambil sesekali merapikan rambut dan memperbaiki high heels nya
"Ck... dasar" Youngmin menggelengkan kepalanya lalu melenggang menggandeng tangan Kwangmin dan berjalan dengan Wonho mengekor dibelakang. "Oh iya Wonho-aa, katakan pada Hyungwon jika aku ingin melihat lukisannya yang berwarna hitam. Atau biru? Jangan merah terus" ujar Youngmin
Wonho mengangguk kecil meski tak dilihat oleh sepasang kekasih itu, "Kenapa dia hanya menggunakan warna merah?" gumam Kwangmin kemudian, "Karena dia mencintaku" sahut Wonho. "Tidak masuk akal" cibir Youngmin dan mendapat wajah cemberut Wonho, "Kau bisa menanyakan langsung padanya nanti saat bertemu dan dia akan menjawab dengan hal sama" enteng Wonho kemudian sampailah mereka di luar. Karena apartemen mereka berlainan arah jadi mereka saling melambaikan tangan
Memakan waktu 10 menit berjalan kaki agar sampai di apartemen yang Wonho tempati bersama Hyungwon. Pintu apartemen di buka dan sudah dipastikan jika apartemen mereka dipenuhi lukisan-lukisan karya Hyungwon
Terlihat seorang pemuda imut tersentak kaget saat Wonho membuka pintu. Dia sedang duduk didepan lukisannya dan saat melihat kedatangan Wonho bergeas pemuda imut itu menghampiri Wonho dengan senyum sumringah
"Selamat Datang, Wonho hyung" bisiknya seraya memeluk Wonho dengan erat
"Aku pulang, Sayang" balas Wonho lalu mengusap surai blonde milik kekasihnya. Hyungwon kemudian melepaskan pelukannya dan mencium sekilas bibir Wonho sebagai tanda selamat datang
"Mau ku buatkan susu? Atau kopi? Atau apa yang kau mau?" tanya Hyungwon sambil mengusap pipi Wonho pelan. Wonho menggenggam tangan Hyungwon yang mengusap pipinya dengan lembut, "Apapun yang kau buatkan" jawab nya pelan
Kemudian Hyungwon berjalan menuju daput mereka dan terdengar suara cangkir dan sendok beradu. Wonho duduk di sofa dan melihat lukisan Hyungwon yang belum jadi, yang tadi dia kerjakan. Sebuah matahari terbenam. Namun merah, seperti nyata dan dengan itu tak hayal uang mengalir lancar ke rekening Hyungwon
Tak lama kemudian datang Hyungwon membawa segelas susu untuk Wonho, "Aku membuatkan mu susu. Minum sampai habis" titah Hyungwon dan disambut senyuman hangat dari Wonho
Wonho meneguk susu buatan Hyungwon sampai habis dan kekasih imut nya masih setia menatap dengan senang. Tangan Hyungwon bergerak untuk menelusuri rambut lembut Wonho, "Hyung, sudah ku bilang kau untuk mewarnai rambut mu dengan warna merah" ujar Hyungwon. "Nanti dikira Younghye aku menirunya" cibir Wonho dan Hyungwon terkekeh
"Milik Younghye itu merah asli dari ayahnya. Milikmu dari pewarna, beda kan? Ngomong-ngomong, merah campur biru seharusnya ungu kenapa Younghye malah merah?" Hyungwon bergumam ria dengan wajah polosnya hingga membuat Wonho gemas mencubit kedua pipinya
"Kenapa tidak kau tanyakan pada nya?" gemas Wonho dan Hyungwon mulai mengaduh kesakitan. "Awwhh~ Hyung, sakit" rintih Hyungwon dan malah semakin imut. "Tapi aku suka melihat matanya, Merah dan Azure. Unik sekali, seperti ayahnya, hanya saja ayahnya merah dan jingga sedangkan ibunya azure. Wonho hyung, apa anak kita nanti matanya tidak bisa berwarna karena mata kita sama-sama hitam?" celoteh Hyungwon tanpa henti nya membicarakan gadis jepang sahabatnya itu
Wonho menggeleng, "Ku rasa anak kita akan memiliki mata sama-sama hitam. Tapi aku juga tidak tau" ucap Wonho hingga Hyungwon mengangguk kecil. "Aku ingin warna mata anak kita merah darah hyungie~" rengeknya dan disambut helaan nafas sang seme
"Jangan berbuat macam-macam. Awas saja jika anak kita nanti menjadi korban" ancam Wonho lalu menyentil pelan dahi Hyungwon. "Huh?! Aku berencana untuk melakukan operasi pada mata anak kita nanti saat dia sudah besar. Tentu saja tidak mungkin aku menyuruhnya menggunakan softlens setiap saat" cicit sang uke seraya menerawang ke depan
Jangan kan anak. Hamil saja dia belum tapi seperti nya Hyungwon sudah merancang sedemikian rupa masa depan mereka. Dia memang tak pernah tanggung-tanggung
"Ngomong-ngomong, Hyung~ Lukisan ku hampir jadi tapi warna merahnya habis" bisik Hyungwon seraya mengusap pipi Wonho lalu mendekatkan wajahnya. Sebuah benda kenyal menyapa bibir Wonho. Pastilah ini ulah Hyungwon yang menciumnya tanpa minta izin. Wonho tak mau kalah mendorong Hyungwon perlahan hingga kini posisi Hyungwon adalah telentang di sofa dengan Wonho yang mendominasi ciuman mereka
Isi mulut Hyungwon sudah habis di jelajahi Wonho perlahan sampai saliva mereka meleleh di sudut pipi sang uke. Hyungwon melingkarkan tangannya di leher Wonho sambil sesekali meremas lembut kepala sang seme
Tak lama kemudian Wonho melepaskan ciuman mereka lalu tersenyum lembut. "Ini masih panas hyung-ku sayang, bagaimana jika malam saja? Aku harus menyelesaikan lukisanku dulu" ujar Hyungwon lembut seraya mencubit hidung Wonho. "Setelah lukisanku selesai kita akan liburan. Mau ke hawaii? Anggap saja bulan madu untuk seme ku tercinta" sambungnya dan masih saja menelusuri wajah tampan Wonho
"Aku menuruti kemauanmu saja" jawab Wonho kemudian pemuda tampan itu duduk diikuti oleh Hyungwon juga. "Kalau begitu kita perlu pewarna merah untuk lukisan ku, ini yang terakhir. Aku masih punya banyak persediaan lukisan untuk di pamerkan" Hyungwon terlihat bersemangat dan hanya disambut anggukan dari Wonho
Pemuda imut itu makin kegirangan lalu segera berlari kecil mengambil pallet dan membawanya ke pada Wonho. Sementara Wonho sudah melipat lengan baju nya sampai diatas siku. Terlihat bekas luka goresan disana, ada yang sudah sembuh dan ada yang masih menganga lebar
Hyungwon berapi-api mengambil silet dan menorehkan silet tersebut pada kulit Wonho lumayan dalam sampai darah pun berucucuran. "Youngmin ingin kau sesekali melukis dengan warna hitam atau biru" ujar Wonho disela rasa perihnya. Hyungwon menatap heran kemudian memanyunkan bibirnya lalu mendekatkan wajah ke telinga Wonho. "Hanya warna merah yang bisa ku dapat dari Wonho hyung~ tidak ada warna lain" bisiknya pelan dan Wonho terkekeh kecil
Tangan Hyungwon masih saja sibuk menoreh serta menampung darah Wonhoin yang sedari tadi merembes dari kulitnya. Apabila luka itu dirasa kurang maka Hyungwon akan memperbesar lukanya tanpa ragu. Wajah Wonho sudah pucat lagi sedangkan pallet Hyungwon juga suda terisi kembali dengan cairan merah pekat itu
"Selesai" ujar nya senang lalu mulai mengambil alkohol untuk luka Wonho
Wonho hanya terkulai lemas sementara Hyungwon mulai meletakkan pallet tersebut pada tempatnya. "Sayang, bagaimana jika nanti pengambilannya pakai Taking Set saja?" ujar Wonho lemah. "Hemh.. Akan ku pertimbangkan untuk itu. Mungkin aku akan membeli taking set nya nanti coba-coba" Hyungwon yang tengah berfikir menjawab
Tak lama setelah itu Wonho merasa jika kesadarannya akan hilang. Pemuda itu menyamankan duduk bersandar pada sofa sebelum pada akhirnya kesadarannya benar-benar hilang. Hyungwon yang melihat hal itu pun menghampiri Wonho seraya tersenyum atau menyeringai?
"Warna merah adalah bukti cinta ku. Jadi apa aku bisa melukis wajah mu, sayangku?"
END
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top