Math [HWH Ver]

Tolong baca pemberitahuan di bawah nanti, thanks ^^

HAPPY READING^^

        Seorang lelaki berwajah manis terlihat sesekali melirik arloji di tangannya. Wajah nya bosan sekaligus suram. Jam sudah menunjukkan pukul 18.30 tapi dia masih berdiri di dekat pintu kelas. Tak jauh darinya ada seorang gadis yang sedari tadi duduk dengan wajah ngantuknya, tak jarang dia terlelap sesaat. Mereka sedang dalam nasib yang sama.

       "Ya ampun apa yang sedang mereka lakukan di dalam?!", teriak Hyungwon –nama-lelaki-itu- frustasi sambil mengusap wajah nya kasar. Sudah hampir 2 jam dia berdiri disini, menunggu seseorang yang tak kunjung juga keluar kelas. Sekarang sekolah sudah sepi, sangat sepi. Tapi dia belum bisa pulang!

        Clek

        Pintu terbuka dan Hyungwon langsung menoleh. Muncul seorang gadis di susul gadis lainnya dan seorang lelaki. Younghye, gadis yang bernasib sama dengan Hyungwon langsung menghampiri dua gadis yang baru saja keluar itu. "Ya! Hyura eonni! Hyoeun eonni! Bagaimana bisa kalian menelantarkan ku?! Huh! Bagaimana hasilnya?"

        "Kami lulus!" teriak gadis pertama yang diketahui bernama Hyura. "Meski terpaksa karena lusa sudah ulangan lagi. Tidak mungkin kami remedial untuk ke-5 kali nya disaat kalian ulangan bab baru", sambung gadis lain yang di ketahui bernama Hyoeun.

        Hyungwon langsung mendesah geram mendengar percakapan itu. Dia lalu melirik ke arah lelaki dengan tubuh sedikit lebih pendek di sebelah nya yang tengah menggaruk-garuk kepala canggung, "Jadi hyung, bisa kau jelaskan pada ku semuanya?"

        Tertera di nametag lelaki tampan itu 'Shin Wonho'. Wonho hanya bisa membuang pandangannya ke sembarang arah, dia tidak mau melihat wajah adik sepupu nya yang sudah pasti kelewat kesal itu.

        Yah bagaimana tidak kesal, setiap kali pelajaran Matematika, Hyungwon harus menunggu Wonho selesai remedial dulu. Yang benar saja, memangnya kepala Wonho terbuat dari apa sampai-sampai melakukan remedial matematika abadi.

        Chae Hyungwon, lelaki manis yang pintar dan populer. Suaranya sexy dan bisa membuatmu horny seketika. Hahaha~ Baiklah bercanda. Tubuhnya langsing dan tinggi. Apa masih kurang perfect? Haha...

        Shin Wonho, lelaki berwajah tampan dan senyuman menawan. Tubuhnya atletis, suaranya juga bagus, dan tak kalah populer di kalangan kaum hawa. Kurang apa lagi dia? Mungkin jika itu pertanyaannya maka Hyungwon akan menjawab,

        "Kenapa nilai matematika mu tidak pernah bagus, hyung? Oh ayolah, satu kali saja buat lah otak mu bekerja untuk menghitung soal matematika pengajar Jung"

        Hyungwon menatap sebal lelaki di hadapannya yang sedari tadi sibuk membolak balik novel di tangannya. Hyungwon menghela napas berat sambil memeluk boneka kelinci, memperhatikan Wonho di depannya yang bersandar pada ujung ranjang sambil membaca novel.

        Wonho menutup novel nya, menatap Hyungwon datar. "Bisakah kau tidak membahas masalah itu? Kepala ku masih sakit gara-gara menjawab soal remedial", dengus Wonho sebal. Tapi bukan Hyungwon namanya jika diam dan menyerah, lelaki manis itu mendecih sambil membuang pandangannya sebentar.

        Perlahan, Hyungwon merangkak mendekati Wonho, meraih dagu lelaki tampan di hadapannya dengan senyuman miring, "Kau bilang kepala mu sakit padahal nilai remedial yang kau dapat hari ini adalah 23, itu kau sebut berfikir?", cibir nya pedas dengan tatapan remeh hingga membuat Wonho membelalakkan mata nya. Hyungwon masih mempertahankan senyumannya, lelaki manis itu kemudian mundur lagi dan kini duduk bersila menghadap Wonho.

        Mereka berdua saling melempar pandangan sinis satu sama lain sampai pada akhirnya Wonho menghela napas dan memilih mengalah dalam kontes adu tatap ini. Dia –Wonho- menghempaskan kepala nya pada sebuah bantal dan mencoba untuk terlelap.

        "Kau mengabaikan ku?", ujar Hyungwon menunjuk diri nya sendiri tapi di sambut keheningan. Wonho tak peduli dan tidak mau peduli dengan ocehan Hyungwon jika sudah soal pelajaran, tapi jika itu masalah yang lain maka lain pula ceritanya.

        "Padahal tadi aku mengajak mu bermain. Tapi ya sudahlah, selamat tidur"

        Wonho langsung membuka sebelah mata nya, Hyungwon sudah beringsut turun dari kasur nya dengan membawa boneka kelinci berwarna pink-white. "Tunggu!", Hyungwon menyeringai tanpa sepengetahuan Wonho.

        Wonho menarik tangan Hyungwon agar tidak menjauh darinya, menarik cukup keras hingga mau tak mau lelaki bertubuh kurus dan sexy itu langsung terjatuh lagi di atas ranjang, tapi bukan hanya diatas ranjang melainkan di atas tubuh Wonho.

        "Apa? Kau mau tidur kan?", tantang Hyungwon seraya menatap manik-manik lelaki di bawah nya. Terlihat lelaki itu –Wonho- tengah memegangi bahunya agar ia tidak bisa kabur.

        "Aku mendengar kau mengatakan sesuatu yang 'menyenangkan' tadi". Hyungwon langsung mendecih sambil memutar bola mata nya. Wonho memang tidak sepolos yang kalian kira. CATAT ITU!

        Lelaki manis itu kembali menatap Wonho penuh remeh, "Ya, memang rencananya aku akan memberikan sesuatu yang 'menyenangkan' untuk mu seandainya kau tidak remedial abadi atau lulus terpaksa", Hyungwon mencibir pedas dan mau tak mau membuat Wonho sedikit marah.

        "Bisa kau mengulangi nya lagi, hah?!", ujar Wonho setengah mengancam tapi hanya di sambut tawa acuh oleh Hyungwon. Beberapa saat setelah nya Hyungwon pun bangkit dan kini posisi nya duduk di atas perut Wonho.

        Hyungwon lalu sedikit menunduk, menangkup wajah lelaki di bawah nya dengan pelan dan tersenyum miring, "Seandainya kau lulus dengan kemampuan mu sendiri, aku berniat memberikan pelayanan terbaik"

        Lalu perlahan Hyungwon memejamkan mata, mendekat kan wajah nya pada wajah Wonho hingga bibir mereka saling tertaut. Dengan sendirinya, tangan Wonho melingkar di pinggang Hyungwon, sedikit mencengkram seolah menyalurkan kekesalannya saat ini.

        Lidah Hyungwon sesekali menggoda lidah Wonho yang agresif di dalam mulutnya, bermain dengan kasar dan sedikit cepat. Tak ada satu pun bagian yang tak terjamah, langit-langit mulut Hyungwon terasa geli saat lidah itu menghampiri, memberikan sensasi geli sekaligus aneh pada mulutnya.

        Kecipak saliva menghiasi cumbuan panas yang mereka lakukan, bibir Hyungwon sudah benar-benar basah tapi dia seolah enggan untuk melepaskan tautan itu. Sementara diam-diam tangan Wonho menyusup membuka baju Hyungwon dari belakang.

        Merasakan sebuah tangan mulai bergerak nakal pada tubuhnya, Hyungwon langsung mendorong tubuh Wonho dan melepas ciuman mereka. Hyungwon menatap sinis sambil membersihkan sisa saliva di bibir nya, "Sudah ku bilang aku sedang tidak mood melakukannya"

        Wonho lalu sedikit berpindah posisi, kini dia menopang tubuh nya dengan siku, menatap lekat lelaki manis yang kini masih duduk di perut nya. Siapa lagi jika bukan Hyungwon. "Apa kau bisa menolak?", tanya Wonho seraya mengangkat sebelah alisnya.

        "Kau pikir kau bisa memaksa?", ucap Hyungwon agak pelan. Wonho memutar bola mata nya bosan, dan kembali menghempaskan tubuh ke ranjang. Mengabaikan keberadaan Hyungwon yang masih di atas perut nya.

        "Hyung, apa kau tidak tau bagaimana cemasnya aku saat kau selalu remedial? Bahkan dua jam menunggu mu aku selalu gelisah. Aku mengkhawatirkan kenaikan kelas mu", Hyungwon membuka pembicaraan sambil menatap wajah lelaki yang tengah mencoba untuk tidur itu.

        "Matematika itu pelajaran yang penting kau tau kan? Apa kau bisa berjanji pada ku saat ulangan nanti kau tidak remedial?". Hyungwon memainkan jari-jarinya pada dada Wonho, perlahan tangannya bergerak ke arah leher dan kini mulai jahil bermain dengan jakun Wonho.

        "Ya! Hyung, kau mendengarku tidak?", Hyungwon setengah membentak tapi hanya di sambut decihan dari Wonho. Lelaki manis itu terlihat memasang wajah sedih, dia langsung menunduk pasrah. Memang susah menyuruh seseorang untuk melakukan sesuatu yang mustahil, tidak remedial misalnya.

        "Teman-teman membicarakan kita berdua, mereka bilang aku--", ujar Hyungwon sangat lirih, tenggorokannya seakan tercekat saat menyambung kalimat berikutnya, "—Tidak pantas bersama mu..."

        Yah, desas desus tak jelas lah yang membuat Hyungwon sebenarnya gusar. Banyak orang yang mulai prihatin dengan mereka berdua. Melihat Hyungwon yang selalu rela menunggu Wonho sampai malam demi menyelesaikan remedial nya, sementara Hyungwon sendiri selalu mendapat Top Score di tiap mata pelajarannya. Sangat berbeda bukan?

         Mereka yang menganut asas 'Si pintar dengan si pintar dan si bodoh tinggalkan' tentu nya lah yang sangat gemas dengan pasangan ini. Hyungwon sendiri sering memikirkan kata-kata mereka yang terdengar sangat menyakitkan, ugh~

        Melihat pasangan lainnya, sama-sama perfect, sama-sama kaya, sama-sama berwajah rupawan, dan sama-sama berprestasi tentunya, membuat Hyungwon agak prihatin dengan keadaan sang 'pacar'.

        "Hyung, kau mendengarkan ku kan? Apa kau bisa mengubah pandangan mereka? Aku mohon, belajarlah untuk ulangan lusa", sambung Hyungwon lagi pasrah. Dia sudah terlalu lelah memberikan segala macam ocehan untuk Wonho tapi hanya di tanggapi acuh.

        Tiba-tiba Hyungwon merasakan seseorang memeluknya. Mengusap kepala nya penuh sayang dan merengkuh tubuh nya penuh kehangatan. Wonho memeluk kekasih manis nya itu seraya tersenyum tipis, jarang-jarang dia melihat Hyungwon bersedih,

        "Apa kau mencintai ku?"

        "Lebih dari yang kau kira"

        "Kau percaya pada ku?"

        "Lebih dari yang kau harapkan"

        Wonho terkekeh mendengar setiap jawaban yang keluar dari bibir lelaki manis nya. Perlahan dia melepas Hyungwon dari pelukannya, menangkup wajah lelaki itu gemas. "Lalu apa yang kau khawatirkan?". Hyungwon membuang pandangannya pelan, tak mau menatap wajah Wonho yang sekarang menurutnya menyebalkan.

        "Aku mengkhawatirkan mu", bisiknya lirih. Yah Wonho sangat tau jika anak –yang-menurutnya- manis di hadapannya ini tengah menghkawatirkan masa depan nilai matematika nya yang sangat suram.

        "Iya iya aku tau itu. Tapi aku sedang tidak mau membahasnya", balas Wonho seraya menghela napas berat.

        M-A-T-E-M-A-T-I-K-A.

        Satu kata keramat yang paling dia benci.

        "Memangnya kapan kau pernah mau membahas Matematika bersama ku?"

        Wonho terkekeh kecil. "Baiklah, aku mengalah", ujar nya lalu menyatukan dahi mereka berdua. Hyungwon masih sesekali memonyong-monyongkan bibirnya akibat kesal tapi sebenarnya dia sangat nyaman dengan suasana sekarang.

        "Aku sedang tidak ingin membahas matematika, tapi aku sedang ingin membahas hal lain. Kau mau tau?", diam-diam Wonho menyeringai saat menghadapi wajah polos Hyungwon yang mengeryit. "Apa?"

        Wonho berbisik, "Membahas atau mungkin melakukan sesuatu yang panas dan menyenangkan"

        Seketika tubuh Hyungwon seperti di sengat listrik kecil. Wonho menggigit cuping nya nakal dan menjilat nya penuh nafsu. "Nghhh~", tanpa sadar Hyungwon melenguh dan membuat Wonho berapi-api seketika.

        Kemudian Wonho mendorong tubuh Hyungwon ke belakang hingga kini posisi mereka sudah benar, Wonho sebagai Top dan Hyungwon sebagai Bottom tentunya. "Kapan terakhir kali kau mau melakukannya?", ujar Wonho lalu mulai memberikan kecupan-kecupan ringan pada leher Hyungwon, sesekali menjilat dan menggigit kulit putih itu dengan nakal.

        "H-hyung.. ja-ngan nhh ahh", Hyungwon mencoba mendorong tubuh Wonho tapi kesadarannya mulai memudar dan tenaga nya saja tidak cukup untuk menghentikan perlakuan lelaki penuh nafsu di atasnya itu.

        Hyungwon merasakan kaki satu kaki nya di angkat ke atas dan di buka lebar. Sial! Ini namanya bahaya!. Sebuah tangan menyusup untuk menarik celana nya, sensasi geli mulai merayapi bagian bawah tubuh Hyungwon.

        "Satu minggu yang lalu, benar?", ucap Wonho lagi seraya menyeringai. Hyungwon merutuki kenapa dirinya sampai lengah tadi, seharusnya dia langsung meninggalkan Wonho saat lelaki itu mengabaikannya. Inilah hal yang paling Hyungwon benci,

        "Ayo bermain lagi"

        Bukan benci, hanya saja Hyungwon paling tidak suka jika saat dia tidak mood langsung diserang. Ah dunia tidak adil pada uke manis dan lugu(?) sepertinya.

"Akh!", Hyungwon meringisi saat sesuatu memasuki lubang nya. Tiga buah jari sekaligus dalam satu tusukan. Kemudian Wonho mencium bibir yang menahan ringisan itu, memagutnya mesra penuh nafsu dan sedikit gemas, bibir tebal berwarna pink itu pun sukses memerah dan berlumuran saliva lagi.

         Tiga buah jari itu bergerak nakal dengan tak beraturan di dalam Hyungwon, ingin rasanya Hyungwon mendesah dan mengerang sekarang tapi bibir nya sudah di kuasai oleh Wonho. Kesadarannya benar-benar sudah dikuasai nafsu, dia bahkan sudah lupa jika dia disini untuk menceramahi Wonho.

        Tangan Hyungwon dengan sendirinya melingkar di leher Wonho, mendorong tengkuk lelaki itu agar menciumnya lebih dalam, dan lebih panas tentunya.

        Tak lama setelah itu Wonho melepaskan ciumannya, perlahan turun ke area leher Hyungwon, memperjelas kissmark dan bitemark disana. "Nhh...ahh", desahan mulai terdengar dari bibir manis itu. Seolah kata-kata erotis yang keluar itu adalah mantra yang mampu menyihir Wonho menjadi makin liar.

        Pikirannya benar-benar kosong dan hanya ada Hyungwon di kepalanya, membayangkan desahan lelaki manis itu setiap kali dia menggerakkan jarinya sebagai pemanasan sebelum permainan inti.

        Hyungwon mencengkram bahu Wonho kuat saat lelaki itu dengan jahil menggigit keras lehernya. Rasanya perih sekaligus nikmat. "Hyunghh...nhhh", lirih nya setengah meringis.

        Wonho merasakan sesuatu sudah sesak di dalam celana nya. Lelaki tampan itu pun menarik jari-jarinya dari lubang Hyungwon dan bangkit. Kini dia lah yang duduk di atas perut Hyungwon. Membuka rasleting nya dan mengeluarkan sesuatu yang sudah benar-benar sesak disana.

        "Kau siap?", ujar Wonho pada Hyungwon yang sedari tadi menatapnya sambil menggigit bibir bawah. "Lakukan, aku tidak tahan lagi", Hyungwon dengan nada menahan desahannya membuat Wonho menyeringai.

        Lelaki itu mengocok penis nya agar lebih keras dan cukup untuk memuaskan adik kesayangannya. Wonho lalu menuntun miliknya itu ke lubang Hyungwon yang sudah siap untuk diisi,

        "Aku mulai"

        "Ahhh!!"

        Dan malam itu pun mereka habiskan dengan saling mendesah satu sama lain.

***

        Hyungwon berjalan menuju kelas nya yang masih terlihat sepi. Lelaki itu menggeser pintu kelas dengan kaki nya, tangan kanannya dia gunakan untuk mengangkat tas dan tangan lainnya di masukkan ke dalam saku celana.

        Hal pertama yang Hyungwon lihat adalah hal yang paling dia ingin hindari sebenarnya. Melihat teman sekelasnya, Kwangmin dan Youngmin yang tengah bercumbu mesra di pagi hari, bahkan saat di sekolah! Youngmin duduk di atas meja sedangkan Kwangmin berdiri di depannya dengan tangan yang berpegangan pada sisi kiri dan kanan meja tersebut. Mencium lelaki berwajah cantik dan tubuh langsing itu dengan agresif dan tangan Youngmin melingkar indah di leher Kwangmin.

        "Ehem..", Hyungwon berdehem karena merasa tidak nyaman memasuki ruang kelas. Youngmin langsung mendorong tubuh Kwangmin dan menoleh ke arah Hyungwon dengan kaget. Tapi setelahnya dia bernapas lega, yah karena Hyungwon sudah tau hubungan mereka.

        "Ck.. Kau mengganggu saja", dengus Kwangmin dan di sambut gidikan bahu oleh Hyungwon. Lelaki itu lalu menghempaskan tas nya ke atas meja. Melirik kalender yang ada di dinding. Besok ulangan Matematika diadakan berarti kesempatan Wonho untuk belajar hanya hari ini saja.

        "Ada apa dengan plester-plester itu?", sapa Youngmin seraya terkekeh sambil duduk di sebelah Hyungwon. Dengan cepat Hyungwon memegangi leher nya dan menatap agak nyalang ke arah Youngmin yang menegur. Terdapat beberapa plester bergambar kelinci pink di sana yang sangat lucu.

        "Hahaha... Santai saja", tawa Youngmin lalu menepuk pundak Hyungwon berkali-kali. Hanya mereka yang tau rahasia satu sama lain. Tapi tetap saja bagi Hyungwon ini masih terasa aneh, berbeda dengan Youngmin yang hampir setiap hari memiliki tanda dalam tanda kutip.

        Youngmin lalu menopang wajah nya dengan kedua tangan, "Jadi kenapa wajah mu kusut?", tanya Youngmin membuka pembicaraan. Sementara itu Kwangmin mulai mengambil sapu dan mulai mengerjakan tugas piketnya hari ini.

***

        Perlahan, Hyungwon membuka pintu kamar Wonho. Seperti biasa dia mendapati lelaki itu diatas ranjang sambil membaca novel nya. Kali ini dia harus berhasil membuat Wonho terhindar dari, "MATEMATIKA: REMEDIAL ABADI PENGAJAR JUNG"

        Tentu saja setelah mendapatkan pengarahan, nasehat dan tentu saja tips-tips dari Youngmin tentang bagaimana cara menjinakkan seme yang susah diatur. Hyungwon sudah siap dengan segala konsekuensi nya nanti.

        "Hyungwon?", Wonho menatap ke arah lelaki manis yang kini berjalan ke arah nya itu. Hyungwon lalu naik ke atas ranjang dan kini duduk menghadap Wonho. "Hyung, besok ulangan Matematika", Hyungwon to the point dan langsung membuat wajah Wonho kusut.

        "Sudah ku katakan aku tidak mau belajar. Melihat angka-angka bercampur huruf lalu tanda-tanda kurung dan minus itu membuat ku pening", ujar Wonho mengeluh seraya menggelengkan kepala nya ribut.

        "Bagaimana jika kita bertaruh?"

Wonho mengeryit. Jarang-jarang dia mendapati wajah serius Hyungwon. Lelaki manis itu menatap nya tajam dan seperti minta kepastian. Agak lucu juga sebenarnya.

        "Tidak mau"

        Hyungwon langsung mendecih. Membuang muka nya ke samping lalu melirik dengan tatapan jengkel sekaligus remeh pada Wonho. "Haha.. Sudah ku duga. Kau memang mental pengecut makanya tidak berani"

        Mendengar ucapan pedas itu sontak Wonho mengepalkan tangannya. Hampir saja dia menerjang tubuh itu tapi sayang justru dia yang lebih dulu di serang.

        "Hyungwon?! Apa yang kau lakukan?!!", Wonho meronta saat Hyungwon mengikat tangannya menggunakan dasi yang tadi ada di atas meja. Kedua tangan Wonho terikat satu dengan ujung ranjang. Sekarang Wonho terlihat seperti seorang korban pemerkosaan/?

        "Mau bertaruh dengan ku atau kau ku jadikan uke malam ini?", ancam Hyungwon horror seraya menarik perlahan rasleting celana Wonho. Yang ada di bawah langsung panik, Wonho mencoba berontak tapi kaki nya juga entah bagaimana sudah diikat Hyungwon dengan tali.

        "Hah?! Kau bercanda?! Hey cepat lepaskan!", Wonho panik apalagi melihat wajah super judes milik Hyungwon sekarang. Hilanglah sudah imej uke imut dan lugu milik nya.

        Hyungwon menarik sudut bibirnya, "Kau harus mau membuat perjanjian dulu dengan ku. Anggap saja kita berjudi untuk ulangan besok. Bagaimana?", lelaki manis itu melipat tangan di dada dan menatap angkuh pada sang seme.

        "Tentu saja aku akan kalah dan akan di rugikan"

        Plak!

        Hyungwon menampar pipi Wonho lumayan keras. Wajahnya berubah menjadi datar begitu pula dengan Wonho yang langsung menatap nyalang pada Hyungwon. "Brengsek kau", ucap nya tertahan sebelum pada akhirnya terdiam karena Hyungwon mencium bibirnya lembut.

        "Aku sudah mempertimbangkan keuntungan dan kerugiannya. Kau harus mau, jika tidak—"

        Lelaki manis itu tersenyum penuh makna pada Wonho. Lalu mulai membuka rasleting nya sendiri hingga Wonho benar-benar tersudutkan. "BAIKLAH!! Tapi hentikan ancaman konyol ini!"

        Kemenangan telak untuk Hyungwon. Lelaki manis itu lalu sedikit menunduk dan kini tubuhnya benar-benar menempel dengan Wonho. Tangannya bergerak mengusap pipi lelaki itu, "Anak yang baik. Tak salah aku mencintai mu, hyung"

        "Langsung katakan saja poinnya", dengus Wonho sebal. Hyungwon tersenyum miring, "Kau yakin siap?"

        "Ck.. Apapun itu"

        "Yang kau dan aku taruhkan sama-sama besar konsekuensinya"

        Wonho meneguk ludah nya kasar. Dia tak tau apa yang ada di kepala Hyungwon saat ini. Tapi hanya satu hal yang dia pikirkan saat ini, dia tidak boleh sampai dijadikan Hyungwon uke. TIDAK BOLEH!

        "Aku siap menerima nya"

        Hyungwon menyeringai mendapati hal itu. Rencananya akan berjalan dengan lancar.

***

         Hari ini adalah ulangan matematika, tepat di jam terakhir. Saat dimana semua siswa sudah kelaparan dan kepanasan. Pengajar Jung sudah membagikan kertas soal di meja masing-masing. Wonho mengambil kertas itu dengan hati-hati.

        Yah, dia sudah belajar semalaman suntuk dan menghasilkan mata panda lalu belajar saat jam istirahat pada Youngmin dan Kwangmin yang notabene nya adalah siswa-siswa cerdas seperti Hyungwon juga.

        Sementara itu Hyungwon juga sudah menggigit ujung pensilnya melihat soal ulangan kali ini.

        Kelas menjadi hening dan setiap siswa berkutat dengan pikiran masing-masing. Kertas coretan mulai kotor dan lembar jawaban mulai diisi.

        Tapi ada dua orang siswa di kelas yang tengah berjuang mati-matian demi nilai kali ini. Karena mereka berdua sangat tau konsekuensi yang akan mereka terima jika kalah dalam taruhan yang mereka buat sendiri.

        Hyungwon dan Wonho tanpa sengaja saling lirik. Bukannya tersenyum layaknya pasangan yang lain, mereka malah saling melempar tatapan sinis. Satu kalimat yang mereka yakini hari ini,

"Aku tidak boleh kalah!"

.

END

.

Halo semua! Jadi gini, ini ff awalnya aku bikin JooKyun, nah terus bingung mau post dimana karena ini akun khusus Haweha. Eh tiba2 aku ketemu temen sehidup semati/?, /Hug Aim/, jadi dia post versi Original alias JooKyun dan aku post versi HyungWonho nya.

Jadi mari di Follow ~> monstresx <~ Buat baca 'Math: Original Ver' nya. Di akun itu juga ada ff lain lhoo~ Mulai dari JooKyun, ShowKi sampe pair crack/?, HyungHyuk pun juga ada :"D Cuss Follow oke? Kali aja kan nyari JooKyun, apalagi kemaren ada yg sempet req ff JooKyun ke aku xD

Inget ya, Follow!! monstresx

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top