B O O M B A Y A H !
Ide terlintas pas baca Boombayah nya Blackpink. Yah yah yah Boombayah!
HAPPY READING^^
Seorang lelaki manis terlihat duduk dengan angkuh nya. Menatap lawan bermain dengan tatapan meremehkan. Di tangannya ada 5 lembar kartu yang di gunakan untuk bermain, lelaki babyface itu kemudian menghempaskan 5 lembar kartunya ke atas meja,
"Royal Flush"
Lawan bermain pun langsung mendesah frustasi, merelakan setumpuk uang nya untuk Hyungwon –nama lelaki manis itu-.
Dia –Hyungwon- menatap lagi ke sekelilingnya, menunggu seseorang untuk menantangnya lagi bermain judi.
Di sebuah ruangan mewah dalam bar, inilah tempat paling menyenangkan untuk menghambur-hamburkan atau mencari uang. Kau bisa menghamburkan uang mu untuk bitch dan judi tapi kau juga bisa mencari uang dengan berjudi di sini. Menguji seberapa 'lucky' dirimu, seperti Hyungwon.
Sudah ada setumpuk uang yang berhasil dia kumpulkan. Dan dia tidak pernah kalah. Berjudi adalah hobi nya dan kartu adalah candu nya. Kerlap kerlip lampu di ruangan itu tak membuat nya pusing sedikit pun, di sisi lain juga ada seorang pria yang tak kalah hebat berjudi. Lelaki tampan berambut hitam. Di dekatnya juga sudah ada setumpuk uang yang tak kalah banyak.
Lelaki tampan berambut hitam legam dengan poni sexy itu pun berjalan ke arah Hyungwon, duduk di samping lelaki langsing dan manis itu dengan santainya. "Kau sudah dapat berapa, hyung?" sapa si rambut hitam pada Hyungwon.
Hanya tersenyum sinis mendapati pertanyaan adik laki-lakinya, "Yang jelas aku tidak kalah darimu, Kwangmin", mereka berdua pun saling menyeringai. Chae Hyungwon dan Chae Kwangmin, kedua bersaudara yang terkenal pandai berjudi.
Tiba-tiba saja mata Hyungwon menuju ke arah seorang pria tampan berambut pirang dengan kemeja santai dan choker di leher nya. Pria itu baru saja datang di iringi beberapa bodyguardnya. Memang terlihat biasa tapi Hyungwon yakin pria itu bukan sembarang orang, yah paling tidak dompet nya setampan wajah nya.
"Dia Shin Wonho, pemilik bar ini. Sekaligus pemilik perusahaan elektronik branded"
Hyungwon mengulum senyum nya saat mendengar bisikan dari Kwangmin. Dia –Hyungwon- menatap pria yang katanya bernama Wonho itu dengan tatapan yang lumayan err... Mungkin Hyungwon mulai menghitung-hitung berapa uang yang bisa dia dapatkan dari pria ini.
Tak lama setelah itu Hyungwon kembali mengalihkan pandangannya, menatap ke arah depan. Sofa yang tadinya kosong kini sudah terisi. Menyeringai, Hyungwon mendapatkan 'mangsa' lagi. Di depannya, seorang pemuda tampan dengan setumpuk uang, mengangkat sekilas kepala nya pada Hyungwon dan di balas gigitan bibir bawah sexy dari lelaki manis itu.
Seorang wanita kemudian mulai mengocok kartu di tangannya. Membaginya pada Hyungwon serta lelaki tampan itu secara urut. Permainan pun di mulai, Hyungwon merasa dirinya paling beruntung di dunia saat melihat kartu yang dia dapatkan.
"Mingyu", ujar lelaki tampan dan tinggi itu di tengah permainan mereka. Hyungwon melirik sambil tersenyum. "Hyungwon", balas lelaki manis itu dengan suara nakal. Sementara Kwangmin hanya memperhatikan dua orang ini bermain. Terkadang dia berfikir, kakak nya sungguh pandai menarik mangsa pria.
"Straight Flush", Hyungwon menghempaskan kartu nya lagi. Dia tersenyum penuh arti sementara Mingyu hanya mengulum tawa nya. Dia sudah sejak awal berniat merelakan setumpuk uang nya hanya demi berbicara dan bertatap muka dengan si manis yang penjudi berat ini.
"Omong-omong, boleh aku tau nomor ponsel mu?", ujar Mingyu seraya menatap Hyungwon yang mulai mengambil uang nya. Kwangmin melirik ke arah sang kakak sekilas dengan seriangaian. Dia sudah menebak akan berakhir seperti ini. Dan dia juga sudah tau apa jawaban kakak tercinta nya.
"I'm sorry, handsome. I don't wanna boy, i need a man"
Mingyu pun tersenyum canggung lalu meninggalkan Hyungwon dan Kwangmin. "Kenapa kau selalu menolak? Dia tampan, kaya dan muda", cibir Kwangmin dan di balas delikan Hyungwon. "Mengurus anak kecil seperti mu saja aku terpaksa, bagaimana mungkin aku merawat satu anak kecil lagi?"
Hyungwon dan Kwangmin memang hanya hidup berdua. Mereka anak orang kaya dan terpandang sebenarnya tapi orang tua mereka hampir tidak pernah mengurusi kehidupan anak nya. Apapun yang mereka lakukan bebas. Semuanya tak ada yang melarang. Mereka berdua adalah 'anak uang', bukan anak orang tua mereka.
"Boleh aku duduk?"
Hyungwon dan Kwangmin refleks menoleh ke sumber suara. Terlihat pria tampan yang tadi sempat di bicarakan Kwangmin di depan mereka. Wonho. Dia masih berdiri sambil tersenyum atau lebih tepatnya menyeringai licik ke arah Hyungwon. Tanpa menjawab, Hyungwon mengulurkan tangannya ke arah depan seolah 'Silakan'
Wonho melirik ke arah tumpukan uang yang di hasilkan oleh Hyungwon dan Kwangmin. Dia hanya tersenyum kecil. "Mau bermain?", bahkan sebelum Hyungwon setuju Wonho sudah mengisyaratkan pada bitch di dekat situ untuk mengocok kartu nya.
"Aku yang akan bermain", sela Kwangmin. "Siapa saja lah", jawab Wonho singkat. Kartu mulai di bagikan, Hyungwon hanya sebagai penonton. "Aku tidak akan mempertaruhkan uang ku", ujar Kwangmin dan di balas wajah heran oleh Wonho.
"Aku yakin kau bermain bukan untuk mencari uang", Wonho tersenyum mendengarnya. Dia memang tak butuh uang karena dia sudah punya terlalu banyak. Yang dia inginkan hanyalah kesenangan. Itu saja.
"Jika aku menang, kau tetap memberikan uang mu. Jika aku menang---", Kwangmin menggantung kalimat nya. Wonho terlihat setuju, pria tampan itu lalu meletakkan sebuah kertas berisikan nominal uang yang dia taruhkan. "Jika aku menang?", tanya Wonho dengan seringaian.
"Kakak ku ini, akan membuka dua kancing baju nya", balas Kwangmin tak kalah menyeringai. Hyungwon hampir saja menginjak kaki Kwangmin tapi dia urungkan. Toh, lelaki di hadapannya, tampan juga.
Tertawa gelak, "Apa dua kancing baju kakak mu itu sebanding dua uang yang ku taruhkan?", tantang Wonho sinis bercampur seram. Kwangmin tak takut dan malah membalas nya dengan tatapan tak kalah sinis, "Bahkan jika kau memberikan seluruh perusahaan mu, kakak ku ini tidak akan mau membuka kancing baju nya di hadapan mu. Berbeda dengan ku yang terlalu mencintai uang, aku bahkan rela menjilat sepatu mu jika itu untuk uang. Bukankah penawaran ku menarik?"
Wonho langsung tertawa lepas sambil bertepuk tangan kecil. Benar-benar menarik, itulah yang sedang dia pikirkan setelah mendengar penuturan lelaki di hadapannya. Dia –Wonho- kemudian melirik sekilas ke arah Hyungwon yang menatap nya datar, satu kaki nya di silangkan pada kaki yang lain dan tangannya memegang secangkir vodka.
Menyeringai, "Aku setuju".
Permainan pun berlangsung. Kedua nya terlihat sangat menikmati perjudian ini, yah meskipun sebenarnya jika membicarakan soal untung-rugi maka Wonho lah yang akan di rugikan.
"Royal Flush"
Hyungwon langsung membelalakkan mata nya lebar. Sementara Kwangmin hanya tertawa kecil. Mereka bertiga kemudian saling tatap satu sama lain dengan tatapan sinis. "Baiklah, aku akan menepati janji ku. Hyung....."
Kekalahan telak pertama kali untuk Kwangmin. Beruntungnya dia sudah mengantisipasi ini terlebih dahulu. Hyungwon sudah menggeram kesal dan Wonho tersenyum puas. Dia –Wonho- tidak terlalu tertarik sebenarnya apalagi hanya untuk 'dua kancing' baju ini.
Hyungwon pun berdiri, setelah sebelumnya menendang kaki Kwangmin. Lelaki manis itu menatap Wonho tajam, membuka perlahan satu kancing pertama nya. Terlihat sedikit bagian dada nya yang putih dan mulus. Wonho mulai merasa aneh dengan mata nya yang tiba-tiba tak berkedip.
"Ugh~ Kwangie, sepertinya kancing kedua bermasalah. Mau membuka nya untuk ku hm?", Wonho benar-benar meneguk ludah nya kasar saat melihat ekspresi Hyungwon. Bahkan Kwangmin sendiri merinding melihat tingkah kakak nya ini, mungkin inilah salah satu penyebab banyak lelaki yang candu berjudi dengan Hyungwon.
Tau akan jalan pikiran kakak nya, Kwangmin pun langsung berdiri. Mendekat kan wajah nya ke antara leher dan dada Hyungwon, mulai berpura-pura membuka kancing kedua milik sang kakak.
"Nghh...."
Entah disengaja atau tidak, Hyungwon mengerang sexy dengan wajah menggoda saat jari-jari Kwangmin bersentuhan dengan kulit nya. Kwangmin melirik lewat ekor mata nya ke arah Wonho. Dia –Wonho- terlihat mengepalkan tangannya dengan ekspresi menahan sesuatu.
Setelah kancing berhasil di buka, Hyungwon dan Kwangmin pun kembali duduk.
Mungkin sekarang Wonho menarik kata-katanya tentang dia tidak terlalu tertarik atau membandingkan uangnya dengan dua kancing lelaki manis ini. Karena fakta nya Wonho merasakan suatu perasaan menggebu sekaligus penasaran, bagaimana rasanya mengusap kulit terawat itu? Bagaimana ketika bibir tebal itu menyebut nama nya dalam erangan? Bagaimana rasa nya saat manik-manik sinis bercampur nakal itu menatap nya? Apakah leher mulus itu akan membiru keunguan apabila dia hisap? Apakah bibir tebal itu akan memerah jika dia lumat?
"Mari bermain lagi", ujar Wonho seraya menatap Kwangmin. Wanita-wanita jalang di sekitar nya sudah siap mengocok kartu.
Skakmat.
Dua kakak beradik itu diam-diam menyeringai. Bahkan tak perlu usaha berarti untuk menarik seorang pria sempurna seperti Wonho ke lubang jebakan mereka. "Ah~ Besok kita harus sekolah jadi ku rasa sebaiknya kita pulang, hyung", Kwangmin melirik nakal ke arah Hyungwon dan di balas anggukan setuju pula.
Wonho langsung memanas. Seolah dia murka karena harus di tinggal saat dia benar-benar di sihir. Pria tampan itu kemudian berdiri saat melihat Hyungwon dan Kwangmin mulai membawa koper berisi uang mereka.
"Tunggu! Apa kau takut kalah lagi?", Wonho mencoba memanasi Kwangmin. Tentu saja tidak mungkin jika Wonho berkata 'Tunggu, jangan pergi, aku tertarik dengan kakak mu' Hahahaha~
Namun sayang kata-kata seperti itu sudah mereka tebak, "Jika itu membuat mu senang maka aku akan mengiyakannya". Sebenarnya siapa yang kalah disini? Kwangmin atau Wonho? Kwangmin yang kalah bermain namun sepertinya Wonho yang paling merasa di rugikan. Tentu saja, dia sudah di rugikan, saat dia mulai tertarik dengan 'barang' taruhannya Kwangmin seolah menarik kembali 'barang' itu.
Hyungwon dan Kwangmin lalu berjalan beberapa langkah menjauh. Tapi setelah itu Hyungwon berhenti, tanpa berbalik sedikit pun dia masih bisa merasakan ada sepasang mata yang sedari tadi menatap nya penuh kesal.
"Hyungwon. Chae Hyungwon"
Wonho langsung mengangkat sebelah alis nya mendengar ucapan lelaki manis itu. "Itu nama ku. Senang bisa bermain dengan mu, Tuan"
Sial! Wonho benar-benar merasa panas sekarang. Terkutuklah dua orang itu karena sudah berani mempermainkannya. Wonho meremas kartu As yang ada di tangannya hingga tak berbentuk lagi, "Pertemuan kita pasti sudah ditakdirkan, Chae Hyungwon"
***
Hyungwon berjalan dengan angkuh nya di lingkungan sekolah. Sementara itu di belakangnya mengekor Kwangmin yang tengah sibuk bermain pokemon. Semua mata tertuju ke arah mereka, dua orang siswa paling populer. Di mana pun mereka berada selalu ada pemuja nya.
Kwangmin terkenal cerdas dan pandai dalam olahraga, tentu saja itu juga salah satu bukti betapa 'lucky'nya Kwangmin. Hyungwon terkenal akan wajah nya rupawan, tubuh nya yang sempurna, otak nya yang juga cerdas, selain itu dia adalah seorang model majalah remaja.
"Hey hey ku dengar Shin Wonho akan melakukan kunjungan kemari. Uwaah~ Aku tidak percaya ini"
"Lelaki setampan Wonho ke sekolah ku, ku rasa aku akan mati"
Kakak beradik itu saling lirik mendengar ocehan tak berbobot beberapa orang yang mereka lewati. Mereka memang sempat mendengar tadi pagi bahwa Shin Wonho, pemilik perusahaan elektronik sekaligus model itu ke sekolah mereka untuk memperkenalkan produk terbaru perusahaan mereka. Dan juga, terlihat sudah banyak sekali papan-papan iklan besar yang menajajakan wajah Wonho sebagai brand ambassador dari produk itu. Tentu saja, tak sedikit kaum hawa yang langsung tergiur membelinya meski seharga langit.
"Kau yakin dia datang untuk menawarkan produknya saja?", ujar Kwangmin pada sang kakak. Langsung di sambut Hyungwon dengan decihan remeh. "Sudah berapa hari kita tidak ke sana?", Hyungwon balik bertanya. "Dua hari"
Meski pun penjudi berat, mereka masih punya kehidupan normal tentu nya. Mereka juga sekolah seperti anak pada umumnya, malah nilai-nilai mereka jauh lebih baik dari anak baik-baik. Dunia aneh bukan?
Kwangmin sudah sangat yakin jika si tuan besar Shin Wonho itu datang ke sekolah ini untuk mencari kakak nya. Dan entah kenapa dia merasa jengkel sekaligus gemas dengan kakaknya yang selalu acuh terhadap pria dan wanita. Yah meski Kwangmin akui tidak mungkin kakaknya dengan wanita, jelas kakak nya lebih menarik dari wanita mana pun.
Hari ini jam kosong. Sudah pasti karena siswa dan guru sibuk menyambut kedatangan Wonho dan mendengarkan promosi-promosi yang -menurut-Hyungwon- sangat tak penting itu. Lelaki manis tersebut memilih untuk tiduran di perpustakaan, menatap jengkel pada adik nya yang sedari tadi menceramahi nya terus menerus.
"Hyung, aku mulai berfikir, sebenarnya kau itu tertarik pada apa? Dengan wanita kau tidak tertarik, dengan pria kau acuh. Kau mau kawin dengan kucing? Kodok? Atau kura-kura?", ini entah sudah ke berapa kalinya Kwangmin mengomel.
"Aku mau dengan Kelinci" ujar Hyungwon asal lalu mengalihkan pandangan dari adiknya yang yang menyebalkan.
"Omong-omong soal Kelinci. Wonho sering di samakan dengan kelinci. Dan dia juga senang menggunakan emoticon kelinci. Jadi maksud mu kau mau jika dengan Wonho?" Hyungwon syok mendengar penjelasan super tak berbobot dari adiknya itu.
"Aku tidak peduli", ucap Hyungwon final.
"Ya! Hyung!!"
"Apa Kultum mu sudah selesai? Aku bosan mendengarnya", sahut Hyungwon seraya berdiri dan meregangkan otot-otot tubuh nya. "Kultum?", Kwangmin mengeryit. "Kuliah Tujuh Meter" jawab Hyungwon sarkas.
Hyungwon mendengus sebal dan berjalan meninggalkan adiknya yang mulai berteriak-teriak. "Ah mungkin aku akan ke toilet untuk ganti baju". Lelaki manis itu berjalan ke kelas nya lalu mengambil seragam yang akan dia kenakan.
Kelas maupun sekolah dan sekitar nya sepi. Bahkan jika Hyungwon ingin dia bisa ganti baju di kelas tanpa perlu ke toilet, tapi menurut nya itu tidak bagus.
"Terima kasih sudah memberikan penjelasan"
Wonho menghela nafas nya berat. Dia paling tidak suka memberikan penjelasan panjang lebar, toh kebanyakan siswa akan bosan mendengar nya. Meskipun kenyataan nya adalah siswa dan siswi sangat antusias mendengarkannya, tentu saja kaum hawa yang paling semangat.
Mata Wonho memicing tajam mencari sosok yang menjadi alasan kedatangannya ke sekolah ini. Tapi nihil, tidak ada tanda-tanda orang yang dia cari. Sudah berapa kali mata nya mengabsen setiap wajah siswa di sana tapi tetap tidak menemukan lelaki manis berwajah angkuh atau pun lelaki berambut hitam legam yang menjadi adik nya.
"Sst.. Kau yakin dia sekolah disini?", ujar Wonho setengah membentak dengan suara rendah pada lelaki di sebelah nya, lelaki itu adalah asistennya. "Kami sudah mengkonfirmasi sendiri nama dan foto nya ada di daftar siswa", sahut lelaki yang bernama Hyunseong itu.
Wonho langsung mendesah berat. Ingin rasanya dia langsung memanggil lelaki manis itu lewat pengeras suara tapi tapi tapi tapi..... ah sudahlah -,- Wonho sedang galau.
Kemudian mata nya menangkap sesuatu yang tak asing. Seorang lelaki manis berjalan cepat dengan tak peduli nya melewati ruangan tempat dia ber-sosialisasi. Wonho langsung menyeringai dalam batinnya, 'Dapat kau!'
Bergegas Wonho pun meninggalkan ruangan sosialisasi itu dan menyerahkan semuanya pada sang asisten. Dia –Wonho- menoleh kiri dan kanan namun tak ada tanda-tanda Hyungwon. Bukan Wonho nama nya jika harus menyerah hanya karena hal kecil ini.
Pria tampan itu terus berjalan dengan cepat sambil melirik kiri dan kanan hingga pada akhirnya dia sampai pada sebuah toilet. Dari luar dia bisa mendengar suara sepatu bergesekan dengan lantai. Pasti ada seseorang di dalam sana. Tangan Wonho perlahan menyentuh pintu, dan kenyataannya pintu itu tidak di kunci.
Wonho mendorong nya hingga dia melihat sebuah pemandangan yang –menurutnya- luar biasanya. Hyungwon yang sedang membelakangi nya, namun tidak dengan baju lengkap. Hanya satu tangannya yang berhasil masuk ke lengan seragam. Sedangkan tangan kanan nya mencoba menggapai sisi lain seragam dari bagian atas.
Belum lagi kini dia sedikit menoleh hingga nampaklah wajah nya yang –bagi-Wonho- sangat menggoda. Hyungwon terlihat menggigit ponsel nya, sepertinya dia kesulitan dengan hal itu.
(Hye: Kek gini nih supaya kalian ada pandangan, tapi di sesuaikan sama deskripsi ku di atas ya :3 Btw, ada yg kenal ini? Trap fav ku xD)
"E? Maaf tuan, bisakah kau keluar?", ujar Hyungwon setelah mengambil ponsel dari mulut nya, tapi posisi nya hampir sama seperti tadi. Membelakangi Wonho dengan setengah punggungnya yang terekspos. Hanya tangan kiri nya saja yang memegangi ponsel itu.
Sial! Wonho benar-benar merasa di permainkan. Ini pertama kali nya ada orang yang mengusir nya. Padahal biasa nya wanita-wanita atau pria-pria cantik akan menggoda nya terlebih dahulu dan memintanya untuk meniduri mereka. Kali ini? Sepertinya Hyungwon hanya menggoda dan tidak disertai dengan keinginan lain.
"Sepertinya kau sedang kesulitan. Bisa aku membantu mu?", ujar Wonho seraya masuk ke dalam dan menutup pintu. Hingga kini menyisakan mereka berdua dalam ruangan persegi tersebut.
Hyungwon menjerit girang dalam hatinya, jebakannya berhasil. Dia memang sengaja tidak mengunci pintu karena yakin pasti Wonho akan mengejarnya. Entah ini sudah lelaki keberapa yang jatuh dalam jeratnya.
Tersenyum tipis tapi dengan penuh penekanan pada tatapan mata nya, "Terima kasih, tuan. Aku sangat menghargai itu". Wonho menelan ludah nya kasar. Hyungwon pun secara mendadak berjalan mundur ke arah Wonho. Tanpa mau berbalik sedikit pun lelaki manis itu dapat tau raut Wonho sekarang yang benar-benar ugh~.
Hyungwon menyerahkan tangan kanannya lewat atas dan Wonho dengan cekatan mengambil sisi lain seragam itu lalu memasukkan tangan Hyungwon ke dalamnya. Sekarang baju itu sudah terpasang tapi kancing nya belum di tutup.
"Mau ku kancing kan hm?", seringai Wonho dan langsung di sambut seringaian Hyungwon juga. "Jika Tuan tidak keberatan. Cukup dari belakang", dalam hatinya Hyungwon bersorak ria. Tidak perlu pelet atau dukun untuk menarik pria sesempurna Wonho, cukup godaan dan sedikit tatapan nakal.
Perlahan tangan Wonho bergerak dari belakang ke arah depan melewati tangan Hyungwon, benar-benar posisi memeluk seluruh tubuh lelaki manis itu dari belakang. Wonho juga menempatkan wajah nya diantara ceruk leher Hyungwon yang lembut dan mulai meraih kancing teratas, sungguh dia tidak bisa melihat bagaimana bagian depan tubuh Hyungwon tapi dia sangat yakin jika bagian itu sangat sempurna.
Dengan nakal Hyungwon menempatkan tangannya di atas tangan Wonho, seolah menuntun tangan kekar pria itu menuju setiap kancing baju nya.
"Nhh... Tu-anhh", Hyungwon mendesah kala tangan Wonho tanpa sengaja bergesekan dengan putingnya yang tertutup kain seragam.
Shit!
Wonho mengutuk bibir tebal yang mendesah di saat yang tidak tepat itu. Sementara Hyungwon sangat menikmati permainannya kali ini, dia sangat menyukai suasana dimana setiap pria akan menjadikannya sebagai aphrodite mereka.
Kalimat kutukan tak henti-henti Wonho teriakkan dalam hati nya, dia benar-benar mengutuk Hyungwon yang membuat nya gila! Belum pernah ada pria atau wanita yang membuat Wonho bekerja keras hanya untuk menemuinya. Dan saat di temukan, justru Wonho lah yang jatuh dalam godaan nakal nya. Sial! Bahkan sampai pada kancing terakhir paling bawah Hyungwon mulai menggeliat erotis.
"Sudah selesai"
Wonho enggan untuk melepas pelukannya dari Hyungwon tapi lelaki manis itu dengan santai dan tak pedulinya melepaskan diri. Terkutuklah kau Chae Hyungwon!!
Hyungwon berbalik cepat dan memberikan seriangaian terbaiknya untuk Wonho, mendekat kan dirinya pada pria tampan itu bahkan sampai perut mereka bergesekan. Wonho langsung dengan cekatan mencengkram pinggang ramping Hyungwon.
Lelaki manis itu menatap manik-manik biru yang sangat pas dengan rambut pirang pria di hadapannya. Satu tangannya berpegangan pada bahu Wonho dan satu tangannya lagi dia biarkan begitu saja. Tangan Wonho yang tadinya di pinggang juga kini perlahan berjalan ke arah punggung, melingkar kuat agar tubuh lelaki manis itu tidak menjauh darinya.
"Tuan, bisa kau jelaskan apa maksud nya ini?", ujar Hyungwon licik seraya melirik ke arah bawah.
Wonho benar-benar mengutuk Hyungwon dengan segala kelaknatannya! Bahkan penis Wonho sudah bereaksi sedari tadi. Dan di tambah sekarang Hyungwon menyadari 'barang' itu terasa keras di bagian paha nya. Dengan sedikit kejahilan Hyungwon mulai mendorong kecil paha nya, menekan penis Wonho hingga pria itu mau tak mau menahan desahannya.
"Bagaimana rasanya, Tuan?", bisik Hyungwon tepat di dekat telinga Wonho. Lidah nya nakal menggigit dan melumat kecil cuping Wonho hingga pria itu benar-benar jatuh dalam permainannya.
"Sial!", Wonho mendesis tapi hanya di balas senyuman licik dari Hyungwon. Paha nya masih berada pada posisi, bergerak sedikit demi sedikit untuk mempermainkan penis Wonho yang makin mengeras.
"Apa yang kau inginkan?", sambung Wonho lagi dengan sebelah mata memicing dan menggigit sebagian bibir bawah nya untuk menahan desahan.
"Aku penasaran. Apakah penis ini muat masuk ke dalam lubang ku? Milik ku masih sempit dan belum pernah di rasuki apapun"
Fuck!
Wonho sudah tak kuasa menahan amarah dan nafsu nya yang semakin menguasai. Kata-kata tak senonoh dari bibir manis itu mampu membuat nya berfikiran kotor dalam sekejap. Apakah Wonho bisa mendengar desahan puas dari bibir nya? Apakah lubang itu akan menghisap penis penis nya saat dirasuki? Seberapa ketat milik nya? Pertanyaan-pertanyaan jorok mulai menghantui kepala Wonho.
"Kau mau mencoba nya?", ucap Wonho menatap tajam manik angkuh di hadapannya. Hyungwon balas menatap dengan tatapan remeh, tangannya lalu bergerak mengusap pipi Wonho. Dalam hatinya mengagumi ukiran sempurna 'tangan tuhan' ini.
"Tidak. Terima kasih"
Wonho langsung membelalakkan mata nya kala wajah manis itu mengucapkan kata-kata yang seharusnya tidak keluar. Oh ayolah! Seorang Shin Wonho di tolak? Apa dunia sudah mau kiamat?
Hyungwon lalu menghentikan aktivitas nya menjahili Wonho, lelaki manis itu mundur menjauh dan melepaskan cengkraman Wonho dari pinggangnya. Menatap licik pada pria di hadapannya. "Bukankah adikku sudah mengatakan bahwa meski kau memberiku seluruh kekayaan mu aku bahkan tidak mau membuka dua kancing baju ku. Tapi jika untuk taruhan, itu lain ceritanya"
Kemudian Hyungwon berjalan begitu saja melewati Wonho menuju pintu. Mencoba keluar dan mengacuhkan keberadaan pria tampan yang tengah murka itu.
Clek!
Pintu terbuka dan Hyungwon langsung melangkah untuk keluar tapi tangan Wonho menahannya. "Kau yang memulai", ujar Wonho horror tapi Hyungwon juga tak kalah memasang wajah horror. "Kau yang lebih dulu mengintip ku ganti baju", Wonho menggigit bibir bawahnya.
"Lepaskan tangan ku atau aku akan berteriak", Hyungwon lalu menghempaskan kasar tangan Wonho ke dinding. "Argh!", Wonho memegangi tangannya seraya menatap marah pada Hyungwon.
Tak peduli dengan keadaan Wonho, Hyungwon pun tertawa sinis lalu melangkah keluar, "Tubuh ku...... sempurna bukan?". Wonho menggertakkan gigi nya saat mendengar kalimat itu dari bibir Hyungwon sedetik sebelum lelaki manis tersebut meninggalkannya.
"Brengsek kau Chae Hyungwon!!"
***
"Hyung, aku yakin dia akan menyiksamu. Kau sangat keterlaluan kemarin", ujar Kwangmin seraya terus berjalan menuju tempat biasa mereka berjudi. Mereka sampai di depan sebuah pintu besar dan mewah, seseorang lalu membuka kan pintu itu kemudian mereka berdua pun masuk ke dalam. Sudah banyak orang yang bermain di dalam, entah bermain judi atau bermain dengan bitch.
"Aku tidak peduli. Omong-omong, ku rasa aku menyukai nya", sahut Hyungwon dan diam-diam tersenyum sendiri. Kwangmin yang menyadari perubahan tingkah kakak nya pun langsung menghela napas.
"Menyukai siapa?"
Baik Hyungwon mau pun Kwangmin, kedua-dua nya langsung kaget saat sebuah suara menyahut pembicaraan mereka. Benar saja, Hyungwon langsung mendesis pelan saat Wonho kini berada di depan mereka berdua. Menyunggingkan senyuman terbaik nya untuk kakak beradik itu.
"Bukan urusan mu, Tuan", balas Hyungwon dengan senyuman seadanya kemudian hendak berlalu melewati Wonho. Tapi sayang kini sebuah tangan memegangi bahu nya. "Aku membawa banyak uang untuk bermain dengan kalian", ujar Wonho dengan seriangaian.
Kwangmin mendecak. Ini semua gara-gara kakak nya dan taruhan bodoh nya kemarin. Tapi lumayan juga, ini menarik. "Sudah sudah. Jangan bawa masalah pribadi kalian, jika mau bermain cepat duduk"
Kwangmin dengan seenak jidat pun langsung menghempaskan tubuh nya pada sofa terdekat. Hyungwon mendengus lalu kemudian duduk di sebelah Kwangmin. Wonho duduk di hadapan mereka lalu memberikan isyarat pada gadis-gadis di sekitar nya untuk mengocok kartu.
"Aku yang akan bermain, hyung", Kwangmin menghalangi Hyungwon yang hendak mengambil kartu. Lelaki manis itu mendengus sebal. Lalu Wonho meletakkan kertas berisi nominal uang yang waw di atas meja. Mata Kwangmin bahkan tak berkedip melihat banyaknya angka Nol disana.
"Apa yang kau taruhkan?", ujar Wonho pada Kwangmin, pria tampan itu terlihat melirik ke arah Hyungwon yang ada di sebelah Kwangmin. "Hemh... Jika kau menang. Kakak ku yang imut dan manis bebas kau suruh melakukan apapun. Dengan catatan, masih dalam batas wajar tentu saja"
Kwangmin menatap Wonho yang tengah mendengus. Tentu saja, Wonho megharapkan sesuatu yang lebih tapi sepertinya Kwangmin masih bermain aman, Kwangmin juga tidak ingin keesokan harinya ada berita 'Telah ditemukan mayat seorang pelajar tewas di dalam mobil. Di duga, di bunuh oleh kakaknya'
"Baiklah. Aku terima"
Mereka berdua pun larut dalam permainan. Hyungwon mulai bosan, dia melirik ke arah kartu di tangan sang adik dan sesekali mendecih. Baginya, Kwangmin masih belum pandai berjudi kartu. Ingat, hanya bagi Hyungwon.
"Straight Flush"
Kwangmin langsung mempersilakan Wonho untuk melakukan sesuatu pada kakak nya. Hyungwon menatp tajam ke arah Wonho. "Aku hanya ingin berbicara dengannya"
Kwangmin langsung mendesah kesal. Padahal dia berharap sesuatu yang luar biasa, misal nya Wonho ingin Hyungwon menjadi pelayannya, atau Hyungwon duduk di pangkuan Wonho. Oh tidak, membayangkan kakak nya yang agak galak itu duduk di pangkuan Wonho dengan wajah menggoda dan tatapan nakal, tangan manja nya yang menarik-narik kerah baju Wonho. Tunggu, sepertinya Kwangmin seorang fudanshi -,-
Hyungwon berdiri. Sang adik langsung kaget tapi detik berikutnya Kwangmin terdiam, Hyungwon berjalan ke arah Wonho lalu dengan seenaknya duduk di paha pria itu membelakangi Kwangmin. "Jadi tuan, apa yang ingin kau bicarakan dengan ku?"
Wonho menarik sudut bibirnya kala wajah Hyungwon mendekat, tangan kurus itu mencengkram kuat dasi yang dia kenakan seolah mengancam. Sepertinya Wonho menyukai sikap yang seperti ini.
"Aku hanya ingin tau alasan mu menolakku kemarin", Hyungwon langsung tertawa gelak setelah nya. Wonho masih saja mengingat insiden di sekolah nya kemarin. "Kau tau, permintaan mu adalah bicara dengan ku. Jika untuk menjawab pertanyaan mu itu tidak termasuk", sahut nya angkuh.
Terkadang salah satu kata saja bisa beda artinya, dan inilah yang Wonho rutuki. Seharusnya dia mengatakan 'Ingin bertanya'.
"Kau mau menaruhkannya dengan kartu? Jika aku menang kau harus menjawab semua pertanyaanku"
Hyungwon mendecih sinis lalu bangkit dari pangkuan Wonho, lelaki manis itu melipat kedua tangannya di dada sambil tersenyum sini. "Aku setuju"
Kemudian dia –Hyungwon- pun kembali duduk pada tempat nya. "Berikan aku kertas dan pulpen". Wonho mengeryit heran, seorang gadis langsung menyerahkan secarik kertas dan sebuah pulpen pada Hyungwon.
"Untuk apa?", tanya Wonho heran. Hyungwon hanya mengulum senyuman.
"Aku menulis keinginan ku di kertas ini jika aku menang. Tapi tidak ada yang boleh melihat nya kecuali salah satu di antara kita sudah menang"
Hanya tertawa kecil, Wonho menatap sinis pada Hyungwon. Keinginan rahasia? Apakah keinginannya terlalu mustahil sampai-sampai tidak di ucap langsung?
"Terserah kau saja"
Kartu di bagikan. Hyungwon dan Wonho mengambil kartu masing-masing lalu mulai bermain.
Tidak ada kata yang terucap selama permainan berlangsung tapi masing-masing pihak memasang wajah bersaing yang sangat kuat. Dan yakin lah kedua nya memiliki satu kalimat yang sama-sama mereka rapalkan saat ini,
'Kemenangan mutlak milikku !'
.
END or TBC?
.
Mau nya End apa Tbc? Hahaha... Kalo End, kalian bisa mikir dan berkreasi sesuka hati siapa yg akan menang atau apa isi kertas Hyungwon, atau apa jawaban Hyungwon dari pertanyaan Wonho. Wkwkwk...
Kalo Tbc mungkin bakal jadi twoshoot ato threeshoot. Gak panjang2 amat kok. Hahaha... Terserah kalian aja lah mau Lanjut apa Udahan :*
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top