220 [JooKyun]
Aku mau cerita ttg ide dan sebab aku bikin ff JooKyun ini di bawah. Baca oke? Wkwkw...
HAPPY READING^^

.
Seorang lelaki tengah duduk di bawah pohon dengan sebotol air mineral di sampingnya. Bola mata itu tak henti-hentinya bergerak kesana-kemari memperhatikan lapangan yang disana terdapat banyak anak bermain futsal.
Seharusnya ini adalah jam pelajaran paling di nantikan oleh setiap siswa laki-laki, ya ini adalah jam olah raga! Dan waktunya bermain di luar. Tapi beda hal nya dengan lelaki bernama Changkyun yang lebih memilih untuk duduk berteduh di bawah pohon sambil menikmati semilir angin. Meskipun ini bukan keinginannya, sungguh dia juga ingin bermain futsal bersama teman-temannya.
Kemudian ponsel nya berbunyi. Sebuah pesan masuk dan membuat nya langsung merogoh benda persegi itu dari saku celananya. Bibir tipis itu menyunggingkan senyum dan mata yang seketika berbinar, cukup sudah untuk membuat kesimpulan bahwa Changkyun tengah berbunga-bunga hatinya.
(-) Apa yang sedang kau lakukan?
Sebuah pesan singkat dari kontak atas nama 'Jooheon hyung' itu langsung membuat mood nya naik drastis. Lelaki berwajah manis itu lalu mengetikkan beberapa kata kemudian mengirimnya.
(+) Sekarang kelas olahraga
(-) Benarkah? Kau tidak ikut?
(+) Aku ikut bermain futsal tadi. Kau tidak sekolah hyung?
(-) Pengajar Park tidak hadir hari ini jadi hanya ada tugas. Lalu sekarang kau sedang apa? Kelelahan lalu bolos? Ckckck... kasihan~
(+) Ya! Istirahat bukan berarti aku bolosㅠㅠ
(-) Hahahaha~
Kebohongan kecil dari Changkyun tersemat pada percakapan online mereka. Jelas dia tidak ikut bermain futsal sedari tadi. Tapi, yah siapa yang peduli? Tidak ada yang bisa melihat mu. Kau bahkan bisa menghibur teman mu di sosial media padahal kau sendiri juga sedang terpuruk. Kau bahkan bisa mengetik 'Hahahahaha' padahal kenyataannya saat itu kau menangis dan meraung. Miris memang.
Beruntungnya adalah Jooheon dan Changkyun tidak satu sekolah. Meskipun itu membuat mereka sangat jarang bertemu, sangat jarang waktu yang mereka habiskan bersama.
Dan bagi Changkyun, Jooheon adalah sosok orang yang memiliki tempat spesial di hatinya. Pacar? Ah tidak tidak tidak, mereka belum jadian. Membayangkannya saja sudah membuat wajah Changkyun bersemu merah.
Astaga, lihatlah sekarang Changkyun tengah menggenggam erat ponsel nya seraya tersenyum lebar, dan sesekali mencium layar ponsel tersebut. Katakan saja Changkyun sinting, but your opinion is not important.
"Changkyun! Ayo ke kelas!", suara lelaki tinggi dan kurus membuyarkan mood bagus Changkyun. Wajahnya mendadak datar seraya menatap tak kalah datar pada Hyungwon, lelaki yang berteriak tadi.
Tanpa mau balas menjawab berteriak, Changkyun berdiri pelan dan berjalan dengan pelan pula ke arah Hyungwon yang setia menunggu nya. Tinggi yang kontras tidak menjadikan penghalang untuk persahabatan mereka, Changkyun pun berjalan di samping Hyungwon menuju kelas.
"Kau tidak apa?", tanya Hyungwon seraya melirik ke arah Changkyun. "Aku tidak apa-apa", jawabnya di iringi senyuman, mengingat chat nya dengan Jooheon tadi. Apalagi mereka sudah berjanji hari ini untuk jalan-jalan, tepat di hari ulang tahun Jooheon. Ahh senangnya hati Changkyun sekarang.
"Hari ini aku dan Jooheon hyung akan jalan-jalan, tepat hari ini adalah ulang tahunnya, ahhh~ Aku akan memberikannya kejutan", Changkyun bercerita seraya menatap Hyungwon dengan imajiner bunga-bunga sebagai latar nya, Hyungwon hanya menatap datar.
"Dengar, jangan terlalu bersemangat, itu tidak baik untuk mu. Kau harus hati-hati", Hyungwon berubah mode menjadi serius dan Changkyun mendengus sebal. "Apa salah kebahagiaan ku? huh?!", gumam nya tidak terima.
Pelajaran kembali berlangsung di kelas seperti biasanya. Changkyun duduk paling depan, dekat dengan jendela dan juga berhadapan langsung dengan meja guru, tapi itu tidak membuat nya menyerah untuk membalas setiap chat dari Jooheon jika memang itu ada. Bagi Changkyun, Jooheon adalah yang terpenting tidak peduli dengan guru yang mengajar di depan. (Baby note: harap kelakuanku jangan ditiru)
Tidak terasa jam demi jam berlalu dan kini bel pulang sekolah sudah di kumandangkan. Setiap siswa berhamburan keluar dari pintu kelas. Semuanya tentu ingin segera pulang kerumah dan melakukan kegiatan yang sudah mereka rencanakan, begitu pula dengan Changkyun yang akan jalan-jalan dengan Jooheon hari ini.
Ponsel Changkyun berdering tanda ada panggilan masuk. Lelaki manis itu kemudian melihat nama yang tertera, seketika wajah nya berubah menjadi suram.
"Kenapa harus sekarang?"
***
"Baiklah, aku tidak apa-apa"
".........."
"Tidak perlu minta maaf. Aku bisa memakluminya"
"..........."
"Ya, sampai jumpa Changkyun-aa"
Sambungan telepon kemudian di matikan. Jooheon menatap Wonho yang juga melakukan hal sama terhadapnya. "Apa lagi sekarang?!", suara Wonho meninggi. "Dia ada urusan mendadak. Yah, aku percaya saja jika dia benar-benar sibuk", jawab Jooheon seraya duduk di sebelah Minhyuk. Mereka bertiga berada di rumah Jooheon.
"Haha... Kau pikir aku akan percaya? Oh ayolah, lagi pula siapa yang akan percaya ketika ini sudah ke-4 kalinya kalian gagal jalan-jalan hanya gara-gara urusan mendadak", cerca Wonho dengan wajah merah padam seraya menatap Jooheon marah.
"Dan lagi, apa dia lupa jika hari ini ulang tahun mu? Haha.. Sial!"
"Maafkan aku, tapi aku juga kecewa dengannya", sahut Minhyuk seraya menghela napas panjang. "Dia yang mulai memancing tapi dia juga yang bertingkah seperti ini. Fxxk!", Wonho mengeluarkan amarah nya dan hanya di sambut diam oleh Jooheon.
Jooheon tau jika dirinya menyukai Changkyun, dan ketika Changkyun sering memperhatikannya dia merasa memiliki kesempatan. Mereka memang belum memiliki hubungan tapi setidak nya perlakuan yang saling mereka dapat sudah layak dikatakan sebagai 'sepasang kekasih', yah hanya perlu kalimat 'maukah kau jadi pacar ku?' dan jawaban 'Ya' saja.
"Bagaimana bisa anak kecil sepertinya membuat teman ku seperti ini. Sudahlah, lupakan dia dan cari saja yang lain. Untuk apa bertahan menunggu dia tahu diri?"
Minhyuk masih mencoba menjadi pihak yang netral diantara teman-temannya ini tapi dia juga tidak bisa berbohong mengenai kesetujuan pendapatnya dengan Wonho tadi. Anak itu –Changkyun- benar-benar tidak tahu diri.
"Ayo kita datangi dan lihat bagaimana kelakuannya", Wonho segera keluar rumah dan diiringi oleh Jooheon serta Minhyuk.
Mereka bertiga menaiki Porsche berwarna merah menyala milik Jooheon. Wonho yang mengemudi kali ini. Tak memakan waktu sampai 1 jam untuk mereka sampai di depan sebuah rumah dengan cat biru langit.
Mata Minhyuk memicing saat melihat Changkyun keluar dari pagar rumah nya dengan pakaian rapi seolah hendak pergi ke suatu tempat. "Itu urusan mendadaknya? Kau yakin dia tidak hendak bertemu seseorang?", tanya Minhyuk spontan tanpa sengaja membuat amarah Wonho benar-benar di puncak.
Blam!
Pintu mobil di banting kasar oleh Wonho hingga membuat Changkyun yang berada di dekat situ ikut kaget. Jooheon dan Minhyuk lalu keluar setelahnya, Changkyun semakin kaget.
"Jadi ini urusan mendadak mu? Kau mau kemana? Menemui kekasih mu?", Wonho menghujaninya dengan pertanyaan. "Wonho, hentikan", tegur Jooheon seraya memegangi bahu sahabatnya.
"Apa yang harus ku hentikan? Jelas-jelas lelaki yang kau sukai ini tidak tahu diri! Setelah dia membuat mu menyukainya, dia akan membuangmu begitu saja", suara Wonho meninggi di setiap akhir kalimat nya.
"A-aku tidak seperti itu--", ujar Changkyun mencoba membela diri nya. "--Aku... benar-benar harus pergi", sambungnya dengan ragu.
"D-dan soal ulang tahun mu. Maafkan a—"
"Wonho tidak bermaksud seperti itu. Dia hanya sedang dalam mood yang buruk", Jooheon memotong sebelum Changkyun selesai dan Wonho kembali memanas. Lelaki bermata sipit itu tersenyum meskipun agak di paksakan, "Kau bisa pergi dan lupakan ulang tahunku serta rencana kita hari ini".
Mata Changkyun membelalak saat melihat Jooheon berbalik menuju mobil. "Jangan pernah mendekati sahabat ku lagi", desis Wonho sebelum pada akhirnya lelaki itu juga masuk ke mobil.
"H-hyung!" teriak Changkyun namun tidak ada yang peduli. Porsche merah tersebut berputar siap untuk meluncur kembali meninggalkan rumah Changkyun.
"Hyung! Aku akan menjelaskan semuanya! Ku mohon dengarkan aku!", teriaknya lagi namun tidak ada yang berubah.
Mobil mulai berjalan dengan pelan. Dan saat itulah tanpa memikirkan apa-apa lagi Changkyun segera berlari. "Hyung! Tunggu dulu!!"
Lelaki manis itu terus berlari meskipun mobil yang dia kejar tentu lebih cepat, namun brengs*knya Wonho yang mengemudi sengaja membuat Changkyun terus berlari.
"Hyung!!", tak henti-hentinya Changkyun berteriak. Minhyuk yang ada di dalam mobil merasa sedikit iba, menurut nya Wonho sudah keterlaluan tapi dia juga tidak berani menyuarakan pendapatnya. Jooheon tersandar lesu sambil memegangi dahinya, Minhyuk juga tau jika temannya yang ini sedang patah hati dan frustasi.
Kaki Changkyun terus berlari, dan degup jantungnya terpacu semakin cepat setiap detiknya.
DEG!!
Tubuh mungil itu langsung terhenti, tangannya langsung memegangi dada yang terasa sangat sakit.
DEG!
Degup jantungnya benar-benar menggila dan tubuhnya melemas. Tanpa sadar, dia –Changkyun- tersungkur di tengah jalan dengan tangan yang mengepal memukul-mukul dadanya.
Bugh!
Bugh!
"Sial!" Changkyun mendesis seraya terus memukul dadanya sendiri.
Sementara itu di mobil Minhyuk juga langsung berteriak histeris. "Changkyun! Cepat hentikan mobilnya!", Wonho refleks menoleh mendengar teriakan panik Minhyuk. Jooheon juga segera menoleh ke belakang dan benar saja, jauh dari mereka seorang laki-laki sudah tak sadarkan diri di tengah jalan yang syukulah sepi kendaraan. Beberapa orang mulai berdatangan menghampir lelaki malang itu.
"C-changkyun...."
***
Jooheon duduk di ruangan serba putih itu dan menatap kosong pada seorang lelaki yang terbaring di sana. Changkyun belum sadarkan diri sampai saat ini. Di luar ruangan, Wonho, Minhyuk dan Hyungwon menunggu dengan wajah sedih.
Jooheon menggenggam tangan mungil yang dingin itu erat. Batinnya merutuki diri sendiri, betapa bodohnya dia membuat Changkyun seperti ini.
Kelopak mata itu kemudian terbuka membuat Jooheon benar-benar gembira. Dia semakin mendekat ke arah Changkyun. Lelaki manis itu terlihat tidak kaget dengan keadaannya sekarang.
"Changkyun-aa, maafkan aku. Aku tidak ta—", Changkyun langsung menyentuh bibir Jooheon dengan jari-jarinya yang lemah. Lelaki tampan itu pun menghentikan kalimatnya.
Lalu Changkyun melepaskan oksigen yang terpasang, juga melepas infus di tangannya. Jooheon ingin menghalangi namun di tahan oleh isyarat lelaki manisnya.
"Ahhh.... begini lebih baik", ucap Changkyun pelan dengan senyuman mengembang ke arah Jooheon.
"Kau tidak jadi jalan-jalan hyung?", tanya nya kemudian masih dengan suara pelan. Ekspresinya menunjukkan seolah tidak terjadi apa-apa tapi bagi Jooheon yang melihat, itu sangat miris.
"Untuk apa aku jalan-jalan tanpamu", balas Jooheon seraya mengusap punggung tangan Changkyun. Lelaki manis itu langsung memutar bola mata, bibir pucat nya terlihat berkomat-kamit kecil mungkin menggumam.
"Kau harus merayakan ulang tahunmu", ucap nya yang terdengar di telinga Jooheon. "Aku sudah mendapatkan hadiah ku hari ini, dan ini adalah hadiah terburuk seumur hidupku", sahut Jooheon dengan senyuman menyimpan makna.
Changkyun tersenyum lebar berikutnya, "Jangan begitu, aku yakin ini adalah hadiah terindah"
Hanya helaan napas yang bisa Jooheon keluarkan. Apa pun yang dia katakan, Changkyun selalu menjawab dan tak mau patuh dengannya. Lelaki ini kadang membuatnya kesal sekaligus gemas di saat yang sama.
"Changkyun-aa"
"Hm?"
Bola mata Jooheon tak bisa diam, bergerak kesana kemari seolah mencari topik pembicaraan yang bagus dengan Changkyun.
"Apa kau sudah punya pacar?", lirih nya sangat pelan seraya mendekatkan wajah pada Changkyun agar lelaki manis itu masih bisa mendengarnya.
"Ya, aku bersedia", Jooheon mengerjapkan mata sipitnya berkali-kali mendengar jawaban Changkyun. Tapi detik berikutnya dia langsung salah tingkah, masih sambil memegangi tangan Changkyun. Changkyun sendiri juga tak kalah bersemu merah meskipun di wajah pucatnya.
"B_bukan maksud ku--"
"Aku juga menyukaimu"
Sial! Jooheon makin salah tingkah dan Changkyun tak mau menatap lelaki itu lebih lama, tidak baik untuk kesehatannya. Wajah nya merah seperti kepiting rebus, Sungguh!
"Hyung, maafkan aku karena tidak jujur", Changkyun membuka suara sebelum keadaan makin canggung diantara mereka berdua. Jooheon menatap netra itu tajam, "Jika kau jujur dari awal, ini tidak akan terjadi"
"Yah makanya aku meminta maaf padamu. Maaf aku berkata ini urusan mendadak padahal aku pergi ke rumah sakit". Jooheon terdiam mendengarnya. Seandainya dia tau ini lebih awal, tentunya dia dan Wonho tidak akan bertindak sejauh ini. Lihatlah sekarang siapa yang rugi?
Kedua lelaki muda itu pun hanyut dalam diam-diaman. Tak ada yang mau membuka pembicaraan lagi, hanya detak jarum jam yang ada di ruangan itu.
Jooheon lalu berdiri, mata Changkyun mengikuti nya. Lelaki sipit itu mendekat ke arah Changkyun, sedikit menunduk, meraih kepala lelaki manis yang tengah terbaring itu seraya makin mendekat.
Tau dengan apa yang akan terjadi berikutnya, Changkyun langsung menutup mata, dalam hati nya dia bimbang harus bersorak atau bagaimana. Sebentar lagi dia akan merasakan yang namanya 'first kiss' apalagi bersama orang yang dia sukai. Tuhan, sepertinya jantung Changkyun akan berhenti berdetak.
Wajah mereka semakin dekat, bahkan deru napas mereka saling kontra satu sama lain. Tinggal 1 senti lagi bibir mereka akan tertaut,
"Permisi, pasien atas nama Im Changkyun, ruangannya sudah siap"
Jooheon mengumpat tertahan ketika seorang suster membuka pintu kamar seenak jidat dan dengan tak tau dirinya membuat 'nyaris ciuman' mereka gagal di tempat. Changkyun langsung bersemu merah, dia mati-matian menahan senyum apalagi melihat wajah super kesal milik Jooheon yang tak jadi mendapat hadiah ulang tahunnya. Ayolah, dia sudah SMA dan mendapatkan ciuman saat ulang tahun dari orang tercinta itu tidak salah kan?
"Nanti kita sambung hyung", bisik lelaki bertubuh mungil itu saat dirinya mulai di pindahkan ke luar dari ruangan, meninggalkan Jooheon yang masih duduk menatap frustasi sekaligus sebal.
***
Jooheon duduk di sebuah kursi panjang berwarna abu-abu sendirian, matanya menatap kosong kedepan seolah terfokus pada earphone yang melantunkan musik lembut di telinganya.
"Sarangi wanneunde geudaen tteonandae...", bibir itu berkomat kamit pelan melafalkan setiap lirik yang berdentum di telinganya. Angin mulai berhembus lembut di sore hari yang indah.
Tiba-tiba sepasang tangan menutup matanya, lelaki itu langsung tersenyum dan meraba telapak tangan mungil yang sudah jahil menggelapkan dunianya.
"gidaryeonneunde deo bol suga eopdae ", suara itu melanjutkan nyanyian Jooheon kemudian melepaskan tangannya dari wajah sang pria. Jooheon mendongak miring seraya tersenyum pada sosok –yang-dimatanya- kekanakan dan tengah memberikan cengiran padanya.
"Sudah lama menunggu ku?", tanya nya dan di sambut gelengan kepala oleh Jooheon. "Tidak juga".
Changkyun lalu segera duduk di sebelah Jooheon. Menyandarkan kepala pada orang yang kini sudah resmi menjadi kekasihnya.
"Dengan siapa kau kemari?", Changkyun membuka pembicaraan sambil melirik ke arah Jooheon yang juga tengah melakukan hal serupa. Lelaki bermata sipit itu membalas dengan senyuman, menyibak poni Changkyun yang agak berantakan.
"Sendirian. Kau pikir aku anak kecil pergi ke taman harus di sertai orang lain?", lelaki mungil itu terkekeh berikutnya mendengar jawaban yang lebih tua. Dia lalu melingkarkan tangannya pada lengan Jooheon, menyamankan tubuh nya memeluk lengan pria itu.
"Padahal kau itu penakut hyung, sangat penakut", Jooheon lalu memeluk tubuh mungil yang mulai mengoceh tentang dirinya. "Aku tidak penakut", bela Jooheon lalu mengacak rambut Changkyun.
"Hyung, selamat ulang tahun", ujar Changkyun dengan senyuman lebar.
"Aku mencintaimu, dulu, sekarang dan selamanya", sambungnya.
"Aku sudah tau itu", gemas Jooheon pada sosok di sampingnya ini. Changkyun lalu melepaskan pelukannya dan sekarang dia terlihat menatap Jooheon serius. Yang di tatap langsung salah tingkah, jantung Jooheon berpacu cepat. Sial!
"Aku mencintaimu, dari segala keterbatasanku"
Raut muka Jooheon langsung berubah, lelaki itu tersenyum hambar ke arah Changkyun. "Aku mencintaimu, dengan segala keterbatasanmu".
"Hei, jangan memasang wajah seperti itu. Ini hari ulang tahun mu, ayo kita rayakan!", tegur yang lebih muda.
Changkyun segera membawa Jooheon ke pelukannya, meletakkan kepala pria itu di bawah leher nya, meletakkan dagu nya di kepala Jooheon sambil mengusap rambutnya penuh sayang seraya tersenyum. "Sekarang sudah tidak seperti itu lagi"
Jooheon terdiam sebelum pada akhirnya membuka suara, "Detak jantungmu?", lirihnya pelan. Changkyun tertawa lagi, "Detak jantung mu, adalah detak jantungku"
Tanpa sadar air mata Jooheon mengucur sendirinya. Di cengkramnya kuat lengan Changkyun, "Bagaimana bisa kau terlihat begitu nyata?"
"Sekarang sudah tidak ada lagi 220 juta detak jantung. Aku sudah bebas bergerak tanpa perlu kuatir habis detakan. Now, for you, i'm unlimited"
"Terima kasih untuk hadiah terburuknya"
"Hahaha... Bukan masalah, hyung"
Senyuman getir terukir di bibir Jooheon. Lelaki itu kembali duduk pada posisi normalnya dan kini tak ada lagi sosok tadi, seolah sedari tadi dia hanya bersama angin yang terus sepoi-sepoi dan daun-daun yang menari.
"Seharusnya dulu kau mengatakan jika kau memiliki batasan", lirih Jooheon pelan dengan senyuman miris. Mengingat Changkyun yang telah pergi 5 tahun lalu, tepat 5 jam setelah dia –Changkyun- dibawa keluar ruangan meninggalkan Jooheon. Detak jantungnya yang terbatas sudah habis. Hadiah ulang tahun terburuk, iya kan?
Changkyun menyimpan sendiri rahasia tentang kelainan jantungnya. 13 tahun lalu dia memeriksakan jantungnya dan kenyataan pahit harus di telannya bulat-bulat, dia hanya memiliki 220 juta detak jantung lagi dan itu akan habis beberapa tahun kedepan. Itulah alasan kenapa Changkyun tidak pernah bisa melakukan pekerjaan berat, tapi di saat terakhirnya dia tidak menyesal, dia berlari untuk mengejar orang yang dia cintai.
Detak jantung nya, tidak sia-sia.
Meskipun kematiannya di percepat karena itu.
"Jika aku mengatakannya, aku tak menjamin perpisahan kita akan semanis kemarin", sebuah tangan mengalung mesra di leher Jooheon, sosok itu datang lagi dan kini memeluknya dari belakang, menyusupkan kepala nya di ceruk leher Jooheon seraya tersenyum lucu.
"Manis? Aku bahkan belum sempat mencium mu", Jooheon berusaha tertawa lagi meskipun suaranya terdengar serak. Hal itu langsung di sambut pelukan erat oleh Changkyun. "Kau bisa mencium ku sekarang sebagai hadiah hari ini"
"Tidak. Jika aku mencium mu, kau akan pergi", Jooheon menggelengkan kepala nya seraya mengepalkan tangan. Sosok Changkyun langsung duduk lagi di sebelahnya, "Aku sudah mengatakan jika aku tidak memiliki batas lagi. Aku akan selalu disini--", Changkyun menunjuk dada Jooheon dengan telunjuknya, tersenyum lebar untuk lelaki di hadapannya yang menahan air mata.
"--Di hati mu....."
"Selalu ada ruang untuk ku kan?"
Air mata langsung mengucur deras dari mata sipit itu. Jooheon sendiri juga tidak tau pasti kenapa air matanya meluncur begitu saja membuat pilu siapa pun yang melihat. Air mata nya mengucur miris namun bibirnya tersenyum pahit.
"Jooheon! Apa yang kau lakukan di sana?!"
Sebuah suara berteriak ke arahnya dan Jooheon langsung menoleh, di sana dia mendapati Wonho yang keluar dari mobil dan langsung terdiam menatapnya.
"J-jooheon... kau---"
"---Menangis?"
Jooheon ingin mengatakan 'Tidak' pada Wonho namun air matanya terus mengucur deras. "Sial! Ini tidak bisa berhenti", gumam nya miris sambil menatap Wonho dengan senyuman getir.
Yang di tatap balas menatap iba. Tidak pernah terbayang olehnya bahwa sahabatnya itu akan menangis sendirian....
Di depan sebuah MAKAM.
Wonho berjalan mendekat ke arah Changkyun, jarak mereka tinggal 2 meter dan saat itulah Wonho benar-benar melihat jelas air mata Jooheon yang terus mengalir.
"Hei... Kenapa aku menangis?", ucap Jooheon pelan sambil tersenyum pilu dan Wonho hanya terdiam.
Jooheon kembali menatap ke sekitarnya. Dia tidak sedang duduk di sebuah kursi, dia tidak sedang menikmati hembusan angin sejuk dan daun-daun yang menari di taman kecil. Dia sedang berdiri menghadap sebuah makam, di temani senja dan kicauan burung yang memekakkan pendengaran.
Miris.
Semuanya hanya ilusi, ketika dia menutup mata sosok itu akan datang lagi dan terlihat semakin nyata. Memeluknya dari belakang sambil bergelayut manja, berbisik dengan suara nya yang khas sambil meniup telinganya jahil.
"Jangan menangis", bisik suara itu tapi air mata Jooheon terus mengucur.
"Aku mencintaimu", bisik sosok itu lagi dan sekarang Jooheon tau mengapa dia menangis.
Bodohnya dia memaksa seseorang untuk berlaku di luar batas nya. Bodohnya dia yang tidak tahu menahu tentang 'orang itu' tapi sudah mengambil tindakan tak wajar, bodohnya dia..... karena sampai sekarang masih mencintai orang itu.
Jooheon mengulum senyum nya, mendongakkan kepala ke langit. Sosok itu sudah tak lagi memeluknya, namun suara nya masih terdengar menggema di telinganya.
"I love you from my limits"
Jooheon langsung tertunduk sambil mengepalkan tangannya. Sebuah tangan kembali meraih tangannya, Jooheon melirik ke samping, sosok itu terlihat sangat nyata tersenyum untuknya. Bibir tipis itu berbisik, 'Jangan menangis'
Akhirnya Jooheon balas tersenyum, semua nya memang ilusi, semuanya memang hanyalah imajinasi semata, tapi satu yang Jooheon tau tentang perasaannya.
"Wonho-aa"
"Hm?", Wonho yang merasa terpanggil langsung menyahut dan mendekat canggung pada temannya.
"I love him, with his limits"
Dan sore itu, senja di ufuk dan kicauan burung menemani mereka. Dedaunan berjatuhan dengan indahnya. Jooheon tersenyum pada sosok yang tengah bergelayut manja memegangi tangannya sambil bersandar pada bahu nya, sosok yang dia ciptakan dan hanya bisa dilihat olehnya. Di sebelah kiri berjarak 1 meter ada Wonho yang tersenyum getir menatap kedepan, sebuah nisan yang disana terukir indah sebuah nama,
'Im Changkyun'
'26 Jan 1996 – 6 Oct 2015'
.
END
.
Lagi demam JooKyun, seriusan. Gak tau kenapa itu kapel unyu2 banget sumpah, rada gak rela sebenernya kalo mereka jatuh ke tanganku, karena yah tau kan kalo jenis2 gajelas ff ku itu kebanyakan rate M, nyari ide buat JooKyun ini syusyah, serius.
Dan ini terinspirasi dri curhatan si 'Adek' ttg kapelnya, babyjoohoney1006 (instagram) kalo gak salah ya? . Huahaha.. Terlahirlah ide nista ini. Diangkat dri kisah nyata per-rp-an anak orang ini, suer :'v Bhaks.. Yahh 60% lah, prolog sama penyakitnya kagak yeu, tapi kalimat2 yg di lontarin Wonho sama Minhyuk itu beneran :' Intinya si temen ku ini gak bisa sering on dan berujung berantem mulu sama kapelnya, ckckck... salah lu juga sih dek--" Kayak gua dong, sexy free and single/? *eh
Udah ah ceritanya, kebanyakan xD Tunggu apdetan FV sama FVCk oke?***
Mau nagih? Chat, Line : shzy.chan BBM: D31E57D0
***Kalo ada yg nunggu
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top