Halloween Night
Oleh: Bae-nih
Suara merdu seorang penyiar radio terganggu oleh suara ponsel di atas dasbor. Amelia bisa menduga siapa yang meneleponnya. Sejak tadi dia mendiamkan pemberitahuan san panggilan yang silih berganti dari beberapa aplikasi di hapenya. Semuanya pasti dari teman-temannya yang sudah menunggu di klub malam.
Malam ini Amelia dan teman-temannya akan merayakan kelulusan mereka di sebuah klub malam terkenal di Jakarta. Hari ini adalah malam-malam terakhir di bulan Oktober. Banyak tempat di Jakarta yang mengadakan perayaan Halloween, termasuk klub malam yang mereka datangi malam ini. Mereka sengaja merayakan kelulusan di tanggal ini supaya lebih heboh dengan aneka kostum yang dikenakan. Sejak jauh hari mereka sudah memesan sofa, khusus untuk malam ini mereka tidak peduli dengan uang yang dihamburkan. Membuka sofa di malam-malam biasa saja sudah mahal apalagi saat ada acara seperti malam ini.
Bosan dengan suara dari ponselnya yang tidak berhenti, Amelia menjawabnya, "Halo."
"Udah di mana?!" Amelia menjauhkan hape dari telinganya. Karena serius mencari tempat kosong untuk mobilnya dia sampai lupa kalau si penelepon pasti bertanya dengan berteriak.
"Lagi cari tempat parkir." Amelia menjawab pelan sambil membelokkan mobilnya. "Lagi di parkiran!" teriaknya keras ketika lawan bicaranya terus berteriak 'apa'. Mencari tempat parkir ketika ada acara seperti ini adalah ujian pertama sebelum masuk ke klub malam. Setelah dua kali memutari kawasan SCBD akhirnya Amelia menemukan tempat untuk mobilnya.
Amelia keluar dari mobil tanpa memeriksa hapenya lebih dulu. "Wow," ucapnya ketika melihat antrian di pintu masuk klub malam. Karena malas mengantri Amelia masuk lewat FDC.
Sesampainya di dalam dia langsung mencari keberadaan teman-temannya. Amelia menempatkan dirinya di antaraAnita dan Lika. "Ke mana aja sih, kenapa baru datang? Gue kira lu enggak dateng?" Lika bertanya sambil mendekatkan kepalanya ke kuping Amelia.
"Biasa, akhir bulan."
Amelia menoleh ke sekeliling, dia menatap kagum kehebohan para pengunjung yang tampil all out. Dia menatap kostum yang dipakainya. Tidak ada yang istimewa dari kostum yang dipakainya malam ini. Di menit-menit terakhir dia memutuskan memakai setelan kerja seperti yang dipakain Lois Lane karena tidak memerlukan waktu lama, tidak perlu juga duduk berjam-jam di depan meja rias atau menyewa jasa MUA. Kostum dan make upPocahontas yang dipilihnya jauh-jauh hari harus direlakan begitu saja ketika Mama memintanya menghitung gajian bulan ini.
Mereka bertiga sepakat untuk tidak memakai kostum dan make up seram, peraturan nomer wahid ke klub malam harus tetap dijunjung tinggi. The dress is to see and to be seen. Kalau kostum yang dipakai memang membuat mereka terlihat tapi tidak menampilan kecantikan mereka untuk apa? Itulah peraturan tak tertulis mereka. Kostum Lois Lane memang kurang menarik perhatian malamini, tapi setidaknya tidak menutupi wajah manisnya.
"Emang Tante ke mana?!" tanya Anita sambil melemparkan kulit kacang ke arah temannya yang mulai berciuman. Tidak peduli dengan temannya yang melotot karena kegiatannya diganggu. Dia menoleh kearah Amelia menunggu jawaban.
Amelia yang takjub dengan suasana malam ini jadi lama menjawab pertanyaan teman-temannya. "Ada, tapi gue yang disuruh ngerjain. Gue enggak boleh pergi sebelum selesai."
"Turun yuk. Dj yang kita tunggu-tunggu udah main," ajak Anita, dia menarik lengan Lika yang terlihat bosan. Bagi Anita setelah dia mengetahui alasan Amelia datang terlambat sudah cukup. Dia tidak perlu lagi menanyakan hal-hal yang lebih detil. Dia kemari untuk bersenang-senang.
"Enggak ah, gue tunggu di sini aja."Lika melepaskan tangannya dari genggaman Anita. Anita kembali meneguk bir sebelum meninggalkan keduanya. Dia mulai bergabung dengan teman-temannya yang sudah lebih dulu bergoyang.
Amelia belum bosan memperhatikan kostum di sekitarnya. Ada yang memakai kostum seksi, kostum seram lengkap dengan make up luar biasa. Perlu waktu sekitar empat jam duduk manis di salon demi mendapatkan riasan seperti itu. Dia selalu suka malam Halloween. Menurutnya malam Halloween adalah malam kebebasan untuk tampil aneh tanpa mendapatkan tatapan aneh.
Lika, temannya yang ingin segera pergi dari tempat ini memakai kostum Moana. Amelia tersenyum melihat temannya yang pemalu ini. Ada kemajuan besar dari kostum yang dipakainya malamini dibandingkan tahun-tahun sebelumya. Malamini Lika memperlihatkan perutnya yang rata, rambut lurusnya dikeriting dengan indah. Dia benar-benar terlihat berbeda, pasti Anita yang memaksanya.
Puas menatap mereka Amelia mengalihkan pandangannya ke arah Anita. "Anita keliatan happy banget. Liat deh." Amelia menunjuk Anita.
"Iya, kayak kuda baru dilepas. Kalo jadi Anita juga gue begitu. Akhirnya bebas dari dosen pembimbing yang susahnya minta ampun."
Amelia mengangguk setuju. Di antara mereka bertiga memang Anita yang kurang beruntung. Dia mendapatkan dosen pembimbing yang paling ajaib, bisa dibilang ajaib karena susah ditemui, tapi demanding banget. Bukan hal yang aneh kalo Anita dan beberapa temannya yang mendapatkan bimbingan dosen yang sama sering menghabiskan hari di kampus. Menunggu kedatangan dosen.
Anita selalu tampil cantik dan menarik perhatian, seperti malam ini. Dia memakai kostum cheerleader Taylor Swift di video musik Shake it Off. Kostum itu benar-benar pas di tubuhnya yang tinggi dan putih. Jangan lupakan pom-pom yang selalu melekat ditangannya, jika sedang usil dia akan memukulkan benda itu ke pantat teman-teman di sekitarnya. Mereka yang kenapom-pom Anita bukannya marah malah semakin menggila, seperti kuda yang baru saja dipecut. Melihat sahabatnya yang menari dengan bebas Amelia menarik tangan Lika kemudian mulai menari di dekat Anita.
Lika yang awalnya terlihat ogah-ogahan ketika ditarik tangannya oleh Amelia mulai menggoyangkan tangannya. Tidak lama kemudian dia tidak lagi terlihat malu-malu. Mereka terus menari menikmati kelulusan mereka di bawah lampu warna-warni geometris yang mampu menghipnotis siapa pun untuk menari. Musik R & B, Hip Hop, tata cahaya dan interior yang hi-tech selalu membuat anak muda party gowersdatang ke tempat ini. Semakin malam suasana semakin panas. Para Dj yang mengisi acara malam ini tidak perlu lagi diragukan kemampuannya. Mereka mampu membuat pengunjung heboh. Amelia dan Anita bahkan sudah melepaskan ikatan rambutnya.
"AWW!" pekik Amelia ketika seseorang menorongnya dari belakang. Tubuhnya yang terdorong ke depan ditahan oleh salah seorang teman pria sehingga tidak jatuh. Beberapa dari mereka mengentikan tariannya untuk melihat kondisi Amelia. Amelia didorong oleh pria mabuk yang menumpahkan minuman di pakaiannya.
"Lu gapapa, Mel."
Amelia menggeleng. "Cuma baju gue aja basah," balasnya. "Kalian terusin aja, gue ke toilet bentar."
"Kita anter." Anita dan Lika menawarkan diri, tapi ditolak Amelia. Dia tidak ingin mengganggu kesenagan tema-temannya karena hal yang sepele.Tanpa Amelia sadari seorang pria selalu memerhatikannya sejak ia duduk bersama teman-temannya. Pria itu beranjak dari kursinya ketika melihat Amelia menuju kearah yang lebih sepi.
Pria itu menunggu tidak jauh dari toilet. Memasukkan kedua telapak tangannya ke dalam saku celana, tidak mengacuhkan setiap wanita yang berusaha menggodanya sejak dia duduk di sofa. Dia menghempaskan tangan si wanita penggoda ketika melihat seseorang keluar dari kamar mandi dengan panik dan menubruk beberapa orang.
***
Amelia meletakkan vest yang dipakainya di meja wastafel dan berdiri di depan cermin besar di dalam toilet. Badan atasnya diputar sedikit ke belakang demi membersihkan wine yang membasahi punggungnya.Kemudian dia membelakangi cermin untuk melihat pantulan punggungnya.
Norak banget deh itu orang, sok-sok annge-dance sambil bawa wine dan gue yang kena sial. Bra gue juga sampe basah. Sebanyak apa coba wine yang dia tumpahin?
Ketika sedang asik mengeringkan punggungnya dengan tisu sebuah jepitan jatuh di dekat kakinya. Amelia bermaksud mengambil jepitan itu dan meletakkannya di dekat wastafel. Tangannya hampir meraih benda itu ketika tangan lain juga melakukan hal yang sama.Sepersekian detik tangan keduanya menggantung di udara, lalu si pemilik tangan memperlihatkan wajahnya ke Amelia.
"AKKH!" Amelia memekik kaget. Yang ada di pikirannya saat itu adalah lari secepatnya. Bahkan dirinya menubruk beberapa orang di depan kamar mandi karena panik. Tiba-tiba saja tubuhnya ditarik ke sebelah kiri. Amelia menoleh, penasaran siapa yang berani menarik lengannya, tapi dia tidak bisa melihat wajahnya karena pria itu berjalan membelakanginya sambil menarik lengannya.Yang ada dipikirannya saat itu adalah dia siapa? Teman-teman prianya tidak ada yang kostum setelan jas lengkap.
Pria itu menarik Amelia ke arah sofa yang dipesan teman-temannya. Setelah mengambil dompet Amelia dari sofa pria itu menuju pintu keluar. "Lepasin! Lepas!"teriak Amelia sambil berusaha melepaskan tangannya. Genggaman pria itu megerat ketika melewati dancefloor membuat Amelia semakin panik.
Kesal dengan wanita yang memukul-mukul tangannya pria itu menoleh. Amelia terkesiap menatap pria di depannya, binar bahagia terpancar jelas dari kedua bola matanya. "Kakak ...."
Pantas saja Amelia tidak mengenali pria di depannya dari belakang. Dia mengubah potongan rambutnya. Kemarin potongan rambut pria itu masih sama.
Sedangkan si pria menatap Amelia dengan sinis sehingga kebahagiaan yang Amelia rasakan menguap begitu saja. Amelia tidak lagi meronta setelah mengetahui siapa yang menariknya. Tiba-tiba saja dia jadi gadis penurut.
Dari jam berapa Kak Armand di dalam? Dia sampe tau dompet yang aku pake.Jangan sampe dia kesel apalagi marah karena liat aku nari tadi. Mana tadi naribareng si Arya lagi.
Karena sibuk dengan pikirannya Amelia tidak memperhatikan jalan, dia tersandung beberapa kali. "Ka Armand, pelan-pelan dong," pinta Amelia. Dia kesulitan menyamakan langkah kakinya dengan Armand. "Susah tau, Ka, lari pake stiletto sama rok pensil."
Armand menghembuskan napas lelah mendengar permintaan Amelia. "Ayo." Kali ini Armand merangkul punggung Amelia dan memperlambat langkahnya.
"Masuk, ganti baju kamu." Armand mendorong Amelia ke dalam mobil. Armand melepaskan jas dan kemeja yang dipakainya. Dia menutup pintu mobil dan berjaga supaya tidak ada yang mendekati mobil Amelia ketika dia sedang ganti pakaian.
Amelia membuka kaca jendela lalu berkata, "Udah selesai, Ka."
Armand menstater mobil dan keluar dari kawasan SCBD. Amelia tersenyum melihat kaos warna biru dengan huruf 'S' besar merah di dada Armand. Rupanya Armand sedang menjadi Clark Kent. Senyumnya semakin lebar saat menyadari kalau kostum mereka berpasangan.
"Sekarang kita ke mana?" tanya Amelia.
"Pulang."
"Enggak, aku enggak mau pulang," Amelia langsung memeluk lengan kiri Armand, "baru juga ketemu masa udah ditinggal lagi. Suami enggak tanggung jawab nih," ucapnya manja.
"Kakak bukan suami kamu, Mel."
"Aku ralat, calon suami." Amelia mengeratkan pelukannya. "Please Ka ... jangan pulang sekarang. Aku tau ini udah malem, tapi malam ini aku udah dapet ijin dari Mama buat pulang subuh. Kalo Kakak datang cuma buat ninggalin aku mendingan berhenti di sini. Aku mau balik ke tempat temen-temen."
Armand menuruti keinginan Amelia, mobilnya di arahkan ke utara Jakarta. Sebelum masuk ke kawasan Ancol Armand membeli makanan cepat saji yang buka dua puluh empat jam di daerah Sarinah. Armand membawa Amelia ke pantai Ancol karena yang terlintas di kepalanya tentang tempat yang buka dua puluh empat jam cuma Ancol.
Sesampainya di pinggir pantai Amelia melepaskan pelukannya. Dia membiarkan Armand menikmati Cheese Burger yang dibelinya. Amelia menggeleng ketika Armand menawarinya. Dia tidak pernah makan malam-malam. Amelia tersenyum melihat Armand menghabiskan makan malamnya yang terlambat atau sarapan yang terlalu cepat.
"Kakak tau dari mana kalau mau ke Blowfish?"
"Kamu yang cerita, di Ig kamu juga ada."
"Oh ... kenapa enggak bilang kalau Kakak mau datang? Kalau tau datang aku lebih milih berduaan sama Kakak. Kakak sengaja datang ke Jakarta karena kelulusan aku?"
"Enggak. Kakak udah satu minggu di Bali. Ada kerjaan."
"Kenapa enggak bilang? Kalo bilang aku pasti susul Kakak ke Bali."
"Karena itu Kakak enggak bilang."
"Jahat. Tega ngomong gitu ke calon istri." Amelia cemberut. "Terus kenapa datang dan tarik tangan aku?"
"Mau ajak kamu pulang. Tadi Kakak pikir ada yang ganggu kamu, makanya Kakak tarik kamu keluar. Kenapa keluar dari toilet lari-lari?"
"Tadi aku kaget. Pas lagi nunduk mau ambil jepitan tiba-tiba aja ada yang mau ambil jepitan itu juga. Orang itu posisinya lebih rendah dari aku terus dia dongak. Make up pucat, soft lanse merah. Pake airmata darah segala. Riasan mukanya itu serem banget peris hantu di The Ring. Serem banget deh. Makanya aku panik."
"Kamu apain hantu itu?"
"Aku dorong terus aku lari, sekarang aku baru inget vest aku ketinggalan di sana." Armand tersenyum lebar mendengar curhatan Amelia yang panik liat orang pakai kostum hantu The Ring. "Nah! Gitu dong Ka. Kalo ketawa tuh senyum yang lebar. Keliatan gigi."
"Jelek tau, Mel."
"Bagus, kok. Tetep ganteng. Daripada senyum cuma narik sudut bibir kanan ke atas sedikit. Kayak orang enggak rela banget buat ketawa."
Karena gemas Amelia mengkup kedua pipi Armand, lalu berkata, "Baru juga dipuji udah pelit lagi." Amelia mencubit kedua pipi Armand dan menahannya. "I love your ugly smile."
Armand terpana mendengar rangkaian kata Amelia. Gadis ini selalu mampu membuatnya terpana dengan segala tingkah dan ucapannya. Mendengar ucapan Amelia Armand tidak lagi bisa menahan senyumnya. Dia merasa malu, tapi senang lalu memalingkan wajahnya ke luar jendela.
Menurut Amelia, pada umumnya di dunia ini wajah mausia terbagi menjadi tiga. Pertama seseorang akan lebih cantik atau tampan dengan senyum lebar yang memperlihatkan giginya. Kedua, orang tersebut lebih menarik dengan senyum simpulnya. Tipe yang ketiga adalah yang cocok dengan kedua tipe senyum itu. Dan Armand adalah tipe yang kedua, dia lebih tampan dengan senyum simpulnya. Lebih misterius, terkesan jutek, tapi itulah daya tariknya. Armand juga mengakui pendapat sotoy Amelia, karena itu juga dia lebih sering pelit senyum. Sedangkan menurut Amelia sendiri, Armand adalah pengecualian. Dia sama-sama tampan dengan keduanya.
"Kak, aku mau minta hadiah kelulusan."
Setelah bisa menghentikan senyumnya Armand kembali menatap Amelia. "Apa."
Amelia mengulurkan tangannya dan berkata, "May I."
"Jangan aneh-aneh, Mel. Kita bisa masuk angin."
"Please."
Tanpa banyak kata lagi Armand membuka pintu mobil. Amelia melihat Armand menunggu di depan mobil dan mengulurkan tangan ke arahnya yang berada di dalam mobil. Amelia langsung keluar dan menyambut uluran tangan itu. Sebelum meletakkan tangannya di pinggang Amelia, Armand merapatkan jas di tubuh Amelia lalu keduanya mulai berdansa di bawah cahaya bulan.
"Aku seneng banget Kakak di sini. Terakhir kali kita ketemu dua tahun lalu, udah lama banget. Sekarang kita seperti Clark Kent dan Lois Lane. Kakak inget, kan, scene di mana Superman ngajak terbang Lois Lane. Sekarang kurang lebih kita kayak gitu."
"Tapi Kakak enggak pake jubah dan celana dalam merah."
Amelia tergelak mendengar ucapan Armand. "Aku juga masih pake sepatu enggak nyeker. Emang enggak mirip banget, aku kasih nilai delapan untuk penampilan kita malam ini." Amelia semakin merapatkan tubuhnya kedalam pelukan Armand.
Dalam hati dia mengucapkan beberapa permohonan. Berharap malam ini tidak segera berakhir. Semoga kebodohan mereka berdansa di tengah angin malam tidak membuat tubuh mereka tumbang besok. Harapan terakhirnya adalah semoga Armand akan selalu mengingat dirinya dan malam ini.
TAMAT
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top