Sakit Gigi
Hallo, gue bawa satu cerpen lagi. Cerpen yang terinspirasi dari sakit gigi yang gue alami dan itu amat sangat menyiksa walaupun hanya terjadi beberapa menit saja.
Oh iya, mengenai cara nyembuhinnya yang pake kencur itu, itu merupakan cara yang gue gunain buat ngeredain sakit gigi, dan alhandulillah pake cara itu sakit gigi gue sembuh.
Sorry buat typo, EYD yang berantakan, pemilihan diksi yang nggak tepat dan segala kekurangan dalam cerita aneh ini.
Selamat membaca ya, jangan lupa vote dan komentarnya, thank you!
***
Sakit Gigi
Huhu... Hiks.. Hiks..
Ify menangis sesegukan tanpa henti, membuat Gabriel sang kakak jadi bingung sendiri. Masalahnya, penyebab Ify nangis tuh gara-gara sakit gigi. Tahu kan gimana sakit gigi? Ugh, sakit banget coy, Gabriel aja dulu pernah ngerasain sampai nangis saking nggak kuat nahan itu rasa sakit.
Ify sakit giginya ngerepotin banget. Mana orang tuanya lagi nggak ada di rumah lagi keluar kota. Haduhhh, Gabriel pusing jadinya. Di kasih obat nggak mau katanya dia nggak bisa makan obat. Terus gimana dong?
"Fy, berhenti nangis dong. Minum obat makanya biar langsung sembuh." Ucap Gabriel cemas, pemuda yang notabennya adalah kakak satu-satunya Ify itu mengelus-ngelus punggung Ify dengan sayang, menenangkan gadis yang masih saja menangis gara-gara sakit gigi tersebut.
"Hiks... nggak bisa makan obat hiks.. hiks... gue suka muntah kan elo tahu. Aduh, mana ini sakit banget lagi hiks.. hiks.." tangis Ify kini lebih kencang dari tadi.
Gabriel tambah bingung. Aduh, gimana dong ini? Siapapun tolong dong bantu Gabriel mengatasi masalah ini!
"Yel, adik loe kenapa?" Seseorang datang tiba-tiba mengagetkan Gabriel yang masih mencoba menenangkan Ify.
Rio, sahabat sejati Gabriel si orang yang datang tanpa permisi tersebut. Tadi, pemuda itu sudah memanggil Gabriel tapi tak ada yang menyahut, ya sudah, karena pintu terbuka jadinya dia masuk saja. Karena Gabriel juga gak akan marah. Selain itu, Rio juga nggak bakalan maling, akhirnya pemuda itu nyelonong aja masuk bahkan saat ini berada di ruang keluarga, menyaksikan drama keluarga -di mana sang kakak yang berusaha menenangkan sang adik yang sedang menangis entah karena apa, Rio kan baru datang jadinya dia nggak tahu apa penyebab Ify menangis sampai sesegukan seperti itu.
"Eh elo Yo, dia sakit gigi tapi nggak mau minum obat. Gue bingung jadinya dari tadi nangis terus." Cerita Gabriel. Sementara Ify masih terus menangis sesegukan tak berniat berhenti sama sekali. Ya iyalah, orang sakit gigi tuh nyakitin banget. Kalau bisa sih pengen teriak-teriak kayak orang gila saking nggak kuat nahan rasa sakitnya. Jujur ya, Ify mending patah hati diputusin pacar deh ketimbang sakit gigi.
"Gini aja, loe ambil deh kencur ke dapur sana!" Suruh Rio.
Heh? Gabriel menatap Rio heran. Lah Gabriel kan lagi bingung gimana caranya ngatasin sakit gigi Ify, kok malah di suruh ngambil kencur ke dapur? Rio, dia sehat kan?
"Buat apaan? Loe mau ngerujak? Aduh Yo, tolong deh gue lagi bingung gimana caranya ngatasin sakit gigi si Ify. Loe mah aneh." Kata Gabriel yang sudah mulai prustasi karena Ify masih saja menangis sambil memegangi pipinya.
Rio mengetuk dahi Gabriel. "Dodol. Udah deh nurut aja. Ambil sana ke dapur potong jadi kecil. Ini salah satu cara buat nyembuhin sakit gigi adek loe!" Ucap Rio kesal. Hello, masa iya sih Rio mau ngerujak, dia kan cowok ngerujak mah kebiasaan cewek. Aneh dah Gabriel.
"Oh, bilang dong. Ya udah gue ke dapur dulu. Nitip Ify ya," kata Gabriel sambil berlalu menuju dapur.
Sementara Gabriel pergi ke dapur, Rio menggantikkan posisi pemuda itu duduk di samping Ify.
"Ify daripada nangis terus mending tarik napas dalam-dalam deh biar agak..."
"Loe kira gue mau ngelahirin. Ini sakit banget tahu hiks... Loe gak ngerti kak gimana rasa sakit yang gue alami saat ini huhu aduh sakit banget." Kata Ify memotong ucapan Rio. Gadis itu masih sesegukan. Rio ini gimana sih, Ify kan lagi sakit gigi bukannya mau ngelahirin, eh malah di suruh tarik napas dalam-dalam. Aneh deh sobat kakaknya yang satu itu.
Lah, Rio kan cuma nasihatin malah disemprot kayak gini. Emang sih, Ify bukannya mau ngelahirin tapi daripada nangis yang malah bikin sakit giginya kerasa, mendingan tarik napas dalam-dalam aja. Rio juga tahu kok rasanya jadi Ify, dia juga pernah sakit gigi. Malahan seharian, gara-garanya sih sisa-sisa daging domba nempel di gigi Rio yang bolong, haha Rio serius gigi loe bolong? Iyeee emang kenapa toh gue tetep aja ganteng kan?
"Eh loe jangan salah ya Fy, gue tahu apa yang loe rasain saat ini. Daripada nangis makin kerasa sakitnya kan. Mending loe tenang." Nasihat Rio lagi.
"Huhu... mending diem deh dengerin ocehan loe gue jadi tambah sakit." Kata Ify yang kekeuh tak ingin mendengarkan malah terus saja menangis.
Rio kesal jadinya. 'Terserah deh Fy, loe orangnya emang keras kepala. Untung loe cantik. Kalau enggak gue mungkin nggak akan suka sama loe.' Dumel Rio dalam hatinya.
Yah, ketahuan deh kalau Rio suka sama Ify. Bener banget Rio naksir adik sahabatnya ini udah lama. Engg... dari SMP kalau gak salah. Tapi berhubung nggak berani ngungkapin jadinya hanya tertahan di hati hingga bertahun-tahun lamanya. Gabriel sahabatnya nggak tahu akan hal ini, Ify juga demikian, sahabat Rio yang lainnya pun begitu, Rio hanya memendamnya seorang diri. Tahu nggak, salah satu alasan kenapa Rio sering banget ngunjungin Gabriel ya salah satunya adalah ini, cuma ingin lihat Ify terus. Tadi juga gitu, dia pura-pura ingin bermain ke rumah Gabriel padahal nyatanya hanya ingin melihat Ify saja. Soalnya kan hari ini hari minggu dan sekolah libur, jadi dia gak bisa lihat wajah Ify di sekolah seperti biasanya.
"Yo, ini, segini cukup?" Kata Gabriel yang baru saja kembali dari dapur. Pemuda itu mengulurkan kencur yang sudah dipotong kecil ke hadapan Rio.
Rio mengambilnya. "Iya cukup kayaknya. Nih Fy, coba loe masukin kedalam gigi loe yang bolong, terus tekan biar nempel. Habis itu loe tiduran aja. Mudah-mudahan manjur. Soalnya gue juga pake cara ini waktu sakit gigi dulu." Kata Rio sambil memberikan kencur yang dibawa Gabriel tadi pada Ify.
Tanpa membantah Ify mengambilnya, lalu memasukan kencur tersebut ke dalam mulutnya untuk kemudian diposisikan ke dalam giginya yang bolong. Duh, tengsin juga ketahuan gigi bolong sama Rio. Gimana ya, hancur sudah imagenya di depan sahabat kakaknya yang satu ini.
"Tiduran Fy. Kira-kira setengah jam." Kata Rio lagi. Ify menurut, kemudian gadis itu membaringkan tubuhnya di atas sofa, sebelumnya Rio berdiri terlebih dahulu karena mengerti jika tempatnya akan dipakai Ify untuk membaringkan tubuhnya.
Gabriel bernapas lega karena Ify sudah memberhentikkan tangisnya dan mulai memejamkan matanya seperti apa yang diperintahkan Rio.
"Biarin istirahat deh adek loenya Yel. Mudah-mudahan bereaksi." Kata Rio sambil menatap Ify yang mulai tertidur kini.
Gabriel mengangguk mengiyakan. "Iya deh. Untung ada loe Yo, gue bingung setengah mampus tadi. Habisnya si Ify gak mau minum obat ya mana bisa sembuh. Thanks bro." Ucap Gabriel berterimakasih. Tuhan ternyata ngabulin doanya tadi untuk mengirimkan seseorang mengatasi masalahnya, dan Rio lah orangnya.
"Yoi sama-sama." Timpal Rio.
Karena tak ingin menganggu acara tidur Ify, keduanya memutuskan untuk meninggalkan gadis itu yang mulai terlelap kini.
***
Gara-gara insiden sakit gigi dua minggu yang lalu, pandangan Ify ke Rio jadi berubah. Rio bagai super hero bagi Ify. Dan entah kenapa sekarang kalau bertemu Rio tuh jantung Ify dag-dig-dug nggak karuan. Padahal biasanya nggak loh, malahan diantara sahabat kakaknya Ify paling jutek sama Rio, nggak tahu alasannya, bawaannya pengen jutek aja kalau ketemu Rio.
Manjur loh, kencur waktu itu. Pas bangun tidur setelah setengah jam berlalu sakit gigi Ify langsung sembuh dan sekarang nggak pernah datang lagi. Ify sakit gigi gara-gara makan kripik singkong setoples waktu nonton drama korea. Mungkin otot-otot di mulut Ify pegal kali ya gara-gara ngunyah terus, di tambah lagi gigi Ify yanf bolong belum diperiksain ke dokter gigi, jadinya ya gitu sakit gigi deh waktu itu. Dalam hati Ify berterima kasih banget sama sahabat kakaknya itu. Berkat cara darinya Ify bisa bebas dari rasa sakit yang menyiksa gara-gara sakit gigi tersebut.
Ify sempat bingung apa yang terjadi padanya akhir-akhir ini. Dia jadi sering malu-malu kucing jika bertemu dengan Rio. Seperti yang terjadi sore ini, tepat ketika Ify membuka pintu dan mendapati Rio berada di baliknya Ify mati gaya, seriusan.
Rio biasa aja hanya tersenyum ketika Ify membukakan pintu untuknya. Tapi, Ify yang nggak biasa aja sekarang, gadis itu jadi luar biasa gugup ketika pandangan mereka bertemu.
"Mau.. Ketemu kak Gabriel ya?" Tanya Ify gugup. Sial. Biasa aja kalesss, tolong dong jangan jadi orang tolol begini di depan Rio, please.. Ify membatin.
"Enggak sih.. gue mau ketemu sama elo." Ucap Rio sambil menggaruk pundaknya ikutan gugup kayak Ify.
Heh? Ify langsung melongo mendengar jawaban Rio. Mau ketemu Ify kan tadi Rio bilang? Lah, emangnya mau ngapain?
"Gue kak? Loe gak salah nyebut? Mau... ngapain emang?" Tanya Ify tak percaya, kuping gue gak lagi budek kan? Sahabat kakak gue nyari gue bukannya kakak gue?
"Loe ada waktu gak? Jalan yuk!" Ucap Rio tanpa basa-basi. Pemuda itu mengatakannya dengan satu tarikan napas. Pokoknya Rio gak peduli Ify ngerasa aneh sama ajakannya, yang jelas Rio sekarang mau menyatakan perasaaannya pada gadis itu. Udah gak kuat nih hati, ya, syukur-syukur diterima kalau nggak juga nggak papa yang penting udah usaha. Sebenarnya sih Rio berpikiran kayak gini -nyatain perasaannya pada Ify, melihat respon gadis itu padanya akhir-akhir ini yang nggak sejutek dulu, bahkan Rio sering menangkap basah gadis itu tengah memperhatikannya baik ketika Rio bermain ke rumahnya atau saat sedang bermain basket di lapangan sekolah. Rio merasa Ify ada something setelah insiden sakit gigi sore itu. Ya, ya, Rio ngaku kalau Rio kegeeran sama sikap Ify, biarin ah yang penting hati Rio senang.
"Ja...lan kak? Loe gak.. salah orang lagi, ngajak gue jalan?" Tanya Ify lagi masih dengan tatapan tak percayanya. Bahkan gadis itu tadi sempat membuka mulutnya ketika Rio selesai mengatakan maksudnya.
"Gak. Mau gak?" timpal Rio yakin. Seyakin kalau rasa garam di warung itu asin.
Mendengar jawaban Rio yang mantap dan kelihatan banget kalau pemuda itu gak salah ngomong tadi, Ify jadi diam, masalahnya gadis itu masih syok atas ajakan yang kalau dipikir-pikir nggak masuk akal ini. Ini tiba-tiba bagi Ify, nggak ada angin, begitupun hujan apalagi petir Rio sahabat kakaknya ngajak dia jalan.
Rio jadi harap-harap cemas karena Ify mendadak terdiam sambil terus menatapnya tak percaya. Duh, jantung nggak bisa diem saking cemasnya nunggu keputusan Ify. Takut nolak masalahnya, kan tengsin. Oke, tadi Rio bilang kalau gak diterima cintanya nggak papa, itu cintanya, yang namanya hati kan nggak bisa dipaksain. Lah kalau sampai Ify nolak di ajak jalan juga itu harga dirinya hancur sudah. Secara ditolak jalan sama cewek.
"Gimana Fy?" Tanya Rio tak sabar, karena Ify tak kunjung bersuara.
Hadeuhh si Ify ngapain mendadak jadi patung kayak gitu. Bikin hati Rio gak tenang aja. kagak bisa apa cepet jawabnya?
"Hah? Eh, jalan ya? Kemana?" Tanya Ify nggak karuan. Serius, Ify jadi mulai linglung sekarang.
"Kemana aja yang penting jalan. Mau gak nih?" Lagi. Rio bertanya dengan tak sabar, kesal juga sih. Si Ify ini ya untung Rio suka, serius bikin hati Rio resah karena nunggu jawaban atas ajakannya itu.
"Lah, harus ada tujuan dong. Kemana dulu baru gue jawab." Kata Ify lagi menyebalkan karena masih tak kunjung memberikan jawaban yang pasti.
Rio mulai prustasi karena Ify jawabnya muter-muter. Tapi iya juga sih mana ada orang yang mau di ajak ke tempat yang nggak jelas.
"Ke taman. Gue pengen bicara sama elo. Mau gak?" Kata Rio kesal. Hilang sudah rasa gugupnya kini karena tingkah Ify.
Ify berpikir sejenak. Terima nggak ya ajakan sahabat kakaknya ini? Tadi, katanya dia mau berbicara sama Ify. Bicara apa, memangnya diantara mereka berdua yang notabennya tak kenal dekat sama sekali ada yang perlu dibicarakan?
"Boleh deh. Gue ganti baju dulu bentar. Loe masuk aja kak." Kata Ify akhirnya. Gadis itu membuka pintu mempersilahkan Rio masuk terlebih dahulu. Setelahnya ia meninggalkan pemuda itu sendirian di ruang tengah, sementara dirinya menaiki tangga menuju kamarnya untuk bersiap-siap.
Diam-diam Rio menghela napas lega. Ify setuju akan ajakannya. Tinggal nanti siapin mental buat nyatain perasaannya. Oke Rio, loe pasti bisa. Di tolak nggak papa namanya juga hidup, harus siap yang namanya kekecewaan.
***
"Loe.. mau ngomong apa kak sama gue?" Kata Ify memulai percakapan, masalahnya gadis itu bosan dari tadi jalan beriringan tanpa mengobrol sepatah katapun. Di samping itu, Ify juga ngerasain keadaan yang canggung banget maka dari itu gadis itu mencoba mencairkan suasana. Dan lagipula, kan tujuan Rio ngajak dia ke sini untuk berbicara, lah kenapa sampai taman malah diem aja?
Mereka berdua -Rio dan Ify kini sudah berada di sebuah taman yang cukup ramai, karena ya hari ini hari libur jadinya orang-orang pada nggak kerja, ah pokoknya gitu deh, taman ramai dan hari ini adalah hari libur.
Rio bungkam. Cowok itu mendadak gugup lagi. Mulai ngomong nya gimana ya? Apa langsung saja bilang kalau Rio cinta sama Ify?
'Ah, nggak, Ify pasti syok mendengarnya. Tapi, males juga basa-basi' Rio membatin. Dan cowok itu jadinya melamun. Ify yang berjalan di sampingnya jadi aneh sendiri melihat tingkah Rio.
"Kak, loe mau ngomong apa?" Tanya Ify lagi sambil melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Rio yang malah melamun.
Rio tersadar. Cowok itu berdehem pelan karena malu ketahuan sedang melamun oleh Ify.
"Kalau... gue... suka sama elo gimana ya Fy?" Ungkap Rio pada akhirnya memilih langsung ke topik utama yang sukses membuat Ify menghentikkan langkahnya.
"Loe.. bilang apa tadi? Kalau loe suka sama gue kan?" Tanya Ify memastikan. Dirinya nggak salah dengar lagi kan? Rio, sahabat kakaknya tadi bilang suka sama dia? Memang sih masih ada kata kalau di depannya tapu tetap aja ada kata suka yang patut dipertanyakan.
Rio mengangguk yakin, pemuda itu ikut menghentikkan langkahnya, lalu memutar tubuhnya ke samping menghadap ke arah gadis itu. "Iya. Apa loe bakal ngizinin?" jawab dan tanya Rio penuh harap pada Ify yang kini tengah menganga karena ucapannya barusan.
Ify mengerjap beberapa kali, "Ngizinin? Loe.. Loe serius kak suka sama gue?" Tanya Ify dengan tatapan tak percayanya pada Rio. Sumpah ya, Ify tuh masih nggak percaya sama ajakan jalan Rio, ditambah lagi sama ungkapan pemuda itu yang menyatakan jika ia menyukai Ify.
"Iya Fy. Loe gak salah denger dan gue gak salah ngomong ini." Jawab Rio dengan tegas. Lagi. Ify membuatnya kesal dengan jawaban yang selalu muter-muter. Serius ya, bikin orang bete nih si Ify.
"Ta... tapi sejak kapan? Gue... syok ngedengernya. Kita kan selama ini gak dekat." Kata Ify lagi masih dengan tatapan tak percayanya.
"Iya sih emang, tapi gue sukanya diam-diam Fy, walaupun loe suka jutek sama gue selama ini, tapi gue tetep berusaha mertahanin rasa suka gue sama loe. Udah dari SMP malahan. Dan ya nggak ada yang tahu." Ungkap Rio jujur. Rio lega akhirnya. Karena dia bisa mengungkapkan apa yang selama ini dipendamnya pada gadis di depannya itu.
Ify yang masih syok jadi terdiam sambil terus menatap Rio, mencari kebohongan dari raut wajah pemuda itu, ya siapa tahu sahabat kakaknya ini lagi mengerjainya kan?
Tapi, serius setelah Ify amati cowok di depannya ini sepertinya tidak ada niatan sedang bercanda. Tatapannya yang kini mengunci pandangan Ify membuat hati Ify yakin kalau apa yang ia dengar tadi tentang fakta bahwa sahabat kakaknya yang tak ia kenal dekat sama sekali ini menyukainya.
Lalu, bagaimana Ify harus merespon pernyataan yang mengejutkan ini?
Ify suka aneh sama hatinya kalau ketemu Rio, dia suka senang kalau pemuda itu bermain ke rumahnya, ya, walaupun untuk menemui kakaknya sih tapi tetep aja Ify senang karena bisa melihatnya hehe.
Apa ini artinya Ify juga memiliki rasa yang sama untuk pemuda itu?
Suka kah Ify pada sahabat kakaknya yang sering sekali berkunjung ke rumahnya ini?
***
Ify haus, pingin minum dan tentu saja tempat yang harus di tujunya adalah dapur. Sore hari begini biasanya suka ada bi Ima yang sedang memasak di dapur.
Ify berjalan memasuki area dapur, dilihatnya bi ima yang sedang memotong.. kencur.
Ah kencur, bumbu masak yang satu itu membuat Ify menghentikkan langkahnya. Pemandangan di depan matanya kini membuat alam bawah sadar Ify terlempar pada dua hari yang lalu. Di mana seseorang menyatakan perasaan padanya yang jauh sekali dari kata romantis. Dan sumpah demi apapun Ify tak akan pernah melupakannya.
Ify merasa aneh kenapa sore hari begini Rio mengajaknya jalan. Padahal kemarin mereka sudah jalan berdua di taman, ituloh yang bilang kalau Rio suka sama Ify.
Ify belum menerimanya. Ya, karena pemuda itu cuma menyatakan perasaannya pada Ify dan meminta izin untuk menyukai gadis itu, Rio tidak meminta Ify jadi pacarnya kemarin, pemuda itu hanya meminta izin dan Ify yang memang kasihan juga secara nggak sadar memiliki perasaan yang sama dengan pemuda itu memberikan izin tersebut. Sehingga terhitung semenjak kemarin mereka mulai dekat dan mulai saling mengenal satu sama lain.
Dan saat ini mereka berdua sedang berada di warung bakso. Menikmati bakso terenak di daerah komplek Nusa Indah ini hanya berdua. Enggg mungkin ini bisa di sebut kencan.
Ify suka bakso, sangat malahan. Pokoknya bagi Ify bakso itu makanan paling enak sedunia. Entah Rio tahu dari mana sehingga untuk masa pendekatan mereka yang pertama pemuda itu bukannya membawa Ify kelestoran mahal ataupun tempat wisata yang indah, tapi malah ke warung bakso. Memang kemungkinan Rio tak punya modal juga bisa sih menjadi alasan pemuda itu mengajak Ify cuma makan bakso. Tapi Ify nggak peduli. Yang penting Ify mah suka bakso dan nggak bisa diganggu gugat.
"Fy, sebelumnya gue minta maaf karena gue malah ngajak loe ke tempat bakso bukannya ke restoran mahal di masa pendekatan kita ini. Tapi, gue cuma mau nyatain perasaan gue yang elo sendiri udah pasti tahu di tempat yang paling loe sukai. Fy, gue suka sama elo ah bukan cinta lebih tepatnya. Loe mau jadi cewek gue?" Kata Rio sambil menggemgam tangan kiri Ify yang sedang menganggur.
Ify tercengang mendengar penuturan Rio. Bukan, dia bukannya kaget karena Rio menyukainya, dia sudah tahu kok kalau Rio menyukainya. Tapi, sungguh Ify nggak nyangka kalau Rio akan menyatakan perasaannya di.... warung bakso kayak gini. Ini, jauh dari kata romantis, seriusan.
Ify memang suka bakso, tapi apa Ify berharap dirinya akan ditembak di warung bakso dengan cara yang tak romantis seperti ini? hadeuuh Rio.. Rio... untung Ify jatuh cinta padanya.
"Ngapain loe berdiri di sini sambil lihatin bi ima, loe stress gara-gara gak ada cowok yang mau sama loe makanya loe berubah haluan jadi doyan sama bi ima?" Gabriel menginterupsi Ify dari belakang. Ify tersadar dan langsung melotot tak suka pada kakaknya yang malah menatapnya ngeri tersebut.
"Loe tuh ya ngomong kemana aja. Dan ya loe harus tahu, kemarin gue udah gak jomblo lagi, gue laku yeee, jadi stop ngejek gue lagi mulai sekarang wleekkk." Ucap Ify sembari menjulurkan lidah, gadis itu kemudian melangkahkan kakinya menjauh dari kakak tercintanya itu, mengurungkan niatnya untuk mengambil minum. Rasa hausnya hilang gara-gara ingatannya terlempar pada dua hari yang lalu. Ify masih tak percaya dirinya di tembak cowok di warung bakso. Apa yang bisa dibanggakannya kepada sahabat-sahabatnya kalau gitu ceritanya, huh, semua ini gara-gara Rio.
Tapi, gara-gara Rio juga Ify kini terlepas dari predikat jomblonya.
Gabriel menganga mendengarnya, adiknya punya pacar, siapa cowok yang demen sama cewek yang cerewet sekaligus jutek seperti adiknya itu?
"Siapa pacar loenya? Gue gak percaya!" Teriak Gabriel yang sadar jika Ify kini sudah menaiki tangga.
"Mau tahu aja loe. Yang jelas lebih ganteng darpada elo." Balas Ify tanpa menoleh sedikitpun pada Gabriel yang kini mungkin sedang bertanya-tanya siapakah gerangan cowok malang yang jatuh cinta pada adiknya yang menyebalkan itu.
Ify nggak peduli tuh.
Yang penting Ify punya pacar, dan sekarang ia punya senjata untuk membungkam ejekan Gabriel.
Ya, walaupun si pacar adalah sahabat kakaknya sendiri sih. Tapi yang kalian harus ketahui kalau saat ini Ify gak jomblo lagi.
END...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top