Kutu Rambut
Pernah di post di FBku. Ada sedikit perubahan di ending. Dikit sih.
***
Tiga tahun yang lalu nasib memperkenal kan mereka, Rio dan Ify pada sebuah kejadian yang begitu sial sekiranya bagi Ify, bayangkan dan rasakan, Ify ketahuan banyak kutu di rambutnya. Ugghhhhh malunya, malunya gak bisa di tawar lagi, gak bisa di ganggu gugat lagi.
Oke, oke akan Ify ceritakan, simak dan resapi betapa malunya jadi Ify, ketahuan seekor kutu rambut sedang jalan-jalan dengan riang gembira di bahu manisnya, oleh Rio. Cowok terkece, terkeren seantero sekolahan.
Flashback on
Sabtu siang, cuaca panas membuat keringat bercucuran mengalir dari dahi turun ke pipi dengan tenang setenang air sungai yang sedang mengalir menuju samudera. Entah nasib sial atau hoki Ify berdiri berdampingan dengan Rio, most wanted yang punya tampang sekeren dan sekece artis di TV, menghadap sang merah putih sambil hormat pada bendera tersebut. Aduuuuuhhh duh, malunya sama siswa siswi yang lain. Ini semua gara-gara Ify mulai pikun, ituloh pikun penyakit nenek-nenek yang sudah renta dan malah menyerang Ify, oh please ify masih kelas dua smp, masih muda, bukan pikun mungkin kali ya, hanya pelupa saja. Lupa gara-gara gak bawa buku tugas bahasa Inggris Jadinya Ify di hukum, hanya saja mungkin lumayan beruntung nya itu, di hukum bareng Rio. Rasa malu, rasa capek, lelah juga gerah terobati sudah dengan kehadiran Rio di samping nya dengar dengar pria itu juga di hukum. Oh, nasib ternyata kou baik sekali, mungkin karena Ify anak nya cantik di hukum pun berdampingan dengan orang tampan, setampan Romeo, bernama Rio Gunawan.
"Ify, itu apa di bahumu, kok ada makhluk kecil berwarna hitam sedang berjalan kesan kemari dengan cepat?"
Sapaan Rio membuat ify terlonjak kaget, lamuannya buyar karena perkataan pria tampan di samping nya itu. Ya tuhan Rio.. Rio... Mengenal nya? Ini benar? serius? Rasanya jika saja hidung ify tidak menempel di kulit wajahnya mungkin kini sudah terbang ke langit ke tujuh, saking senangnya.
Tapi, tunggu, tunggu, Rio tadi bilang di mana? apa? bahu? hewan kecil berwarna hitam? Jalan-jalan dengan cepat? Jangan bilang si... Penghuni rambut ify?
Ify mengalihkan pandangan pada bahu kirinya. Iya!!!! Hwaaaaaaaaaaaaa benar hwaaaaaa si kutu rambut rese!!! Kenapa malah datang tidak tepat waktu? kenapa harus sekarang di depan Rio? Ini konyol sumpah ini konyol. Nenek, kakek please tolongin Ify, Ify malu banget, apa yang ahrus Ify katakan pada Rio, jujurkah itu kutu rambut, Ugggghhhhh tengsiiin atuh. Pasti Rio ilfeel sama Ify secara tanpa di ketahui banyak kutu rambutnya, dia bakal mikir Ify tipe gadis yang jorok. Ia Ify akui Ify jarang keramas, kutu rambut lumayan banyak. Si kuru rambut kampret emang berdomisili mulu di rambut panjang Ify di suruh transmigrasi gak mau, malah ngebanyakin keturunan. Ih, sebel..
Wajah ify memerah menahan Malu, di singkirkannya hewan kecil berwarna hitam itu dari bahu manisnya.
"Bukan apa-apa, mungkin semut." ify beralibi. Rio mengernyit.
"Semut? masa sih Fy, bukannya semut gak kayak gitu ya wujudnya beda banget" komentar Rio. Ify nyengir.
"Semut modern Rio emang kayak gitu." Jelas Ify, haha mana ada semut modern. Rio emang gak tahu kali ya, dasar! itu kutu rambut Yo, masa sih orang ganteng gak tahu tuh hewan rese yang satu itu, setidaknya tuh kutu rambut hewa rese menurut Ify.
"Sayang banget gue gak bisa di tipu, itu kutu rambut kan? Hayooo lo ngaku? banyak kutu nya ya di rambut elo?"
Etadahhhhh Rio kalau tahu ngapain nanya. Asliii udah malu tambah malu lagi.
Sejak insiden itu Ify tak pernah lagi mau bertatap muka dengan Rio. Dan Dua minggu kemudian kabar burung menyatakan Rio pindah sekolah ke Manado.
Flashback off
***
Hari senin, di bulan Januari awal semester dua, mereka kembali di pertemukan takdir, Rio dan Ify. Rio yang faktanya menjadi murid baru di kelas Ify. Mengungkit sejarah kelam bertema memalukan yang sebenarnya tak ingin Ify ingat lagi sekalipun di masa tua. Errrr kenapa harus Rio, yang jadi murid baru nya? Gak bisa gitu justin beiber? Hey, mimpi kali ya!
***
"Aku Rio Gunawan, pindahan dari Manado"
seorang pria berdiri di depan kelas, membelakangi papan tulis, Rio gunawan, rio gunawan, bilang siapa yang ada di depan kelas Ify? Rio gunawan? Ya asmyong, ya amsyong ini mimpi buruk. Kenapa takdir harus mempertemukan lagi dia dengan rio gunawan, cowok yang pernah membuat nya mati kutu karena malu. Gara-gara ketahuan banyak kutu rambut. Oh, tidakkkk please, jadikan Ify jin untuk saat ini supaya bisa mengilang..
Ify sedari tadi sudah menelungkupkan wajahnya, membuat Sivia sahabatnya khawatir, takut lah Ify sedang sakit.
"Ify lo kenapa?" tanya Sivia pelan. Ify menggeleng.
"nggak papa." jawab Ify, lebih ke bergumam.
"Ify adelina, kamu sakit?" seruan seseorang membuat Ify terpaksa mendongak. Menatap lurus kedepan.
Deg.. Matanya bertemu pandang dengan mata Rio. Rio terlihat tersentak. Sementara Ify mengalihkan pandangan pada guru Matematikanya.
"Tidak, bu. Saya hanya sedikit mengantuk saja," Ify beralibi.
Tak pernah sedikitpun ada keinginan untuk menatap orang di samping bu Merry, yang ia yakini kini tengah memperhatikan wajahnya lekat-lekat.
Ify Adelina? Wow! Sebuah takdir yang tak pernah di sangka Rio. Bertemu dengan gadis kutu rambut tiga tahun yang lalu, asyik dah ini merupakan sebuah kabar gembira yang perlu di syukuri. Ia bisa... Mengenal gadis itu, gadis yang dengan konyol nya berkata demi menutupi kebohongannya kalau hewan yang berjalan-jalan di bahu manisnya itu adalah semut, padahal sudah jelas-jelas itu kutu rambut, orang gila pun tahu.
Sudut bibir Rio tertarik, melengkungkan senyuman indah yang bisa menyihir para siswi untuk terpesona padanya.
-Ify adelina ternyata takdir membuat kita bertemu lagi, mungkin sebuah benang memang mengikat kita dengan erat, seberapa besarpun kou menghindari ku dulu, takdir yang membelokkan keadaan keadaan dimana ternyata aku harus pindah ke sini dan bertemu dengan mu lagi-
***
"Gadis kutu rambut!!" seruan seseorang membuat langkah Ify terhenti. Suara Rio gunawan sudah pasti. Hey, sialan cowok itu. Seenak jidat memanggil Ify dengan sebutan memalukan itu di depan teman-temannya. Kamprettt memang.
Ify memutar tubuhnya. Menatap Rio jengkel.
"Rio gunawan, stop panggil gue gitu. Rambut gue sekarang gak kutuan lagi."
Rio menyunggingkan senyum tipis. Berhasil, gadis itu meresponnya. Semua siswi memandang ke arah mereka bingung. Apa mereka saling mengenal?
"Tetep aja gue kan manggil lo gadis kutu rambut." Balas Rio menyebalkan. Rio tetap pada pendiriannya. Ify menghentakkan kaki nya kesal. Sivia di sampingnya hanya jadi penonton setia sebuah telenovela yang ia sendiri pun masih bingung. Mereka saling kenal? Kok Ify gak bilang-bilang punya kenalan cowok cakep? Pasti Ify takut kayaknya Sivia rebut, secara Sivia cantik, jadi cowok manapun pasti kepincut sama Sivia.
"Lo.. Malu-maluin, nyebelin." teriak Ify prusati, sambil melangkahkan kakinya ke pintu kelas, lebih baik keluar dari sana.
"Rio, lo kenal Ify?" tanya Cakka, teman baru
nya. Rio mengangkat bahu cuek.
"Nggak. Cuma gara-gara kutu rambut aja gue jadi kayak orang yang kenal sama dia." jelas Rio santai.
"Hah?" Cakka melongo bingung, maksudnya apa? Kok malah bawa-bawa kutu rambut sih?!
"Biar Tuhan, gue dan si gadis kutu rambut itu yang tahu gimana caranya kami seperti seseorang yang saling mengenal saat ini."
Kata Rio lagi so berpuitis. Cakka mendesah kecewa, padahal ia penasaran. Lebih ke julukan yang Rio berikan sih, gadis kutu rambut? Ya amsyong kasihan sekali nasib Ify. Panggilan yang bagitu memalukkan.
Tapi, terlalu kepo itu tidak baik. Bisa-bisa teman sebangkunya ini menganggap Cakka rempong lagi. Ih, enggak Cakka ganteng.
***
Orang bilang bertemu teman lama itu menyenangkan, seperti memutar memori yang hampir tertelan bumi. Tapi Ify tak sepenuhnya sependapat dengan statement itu. Karenanya ia membenci pertemuaannya dengan Rio gunawan. Dulu mungkin ia akan bersorak jika saja Rio sering menyapanya, tapi tidak untuk saat ini. Rio berubah menjadi sosok paling menyebalkan sedunia, seenak jidat di depan semua teman-temannya memanggil Ify dengan sebutan "gadis kutu rambut". Please, siapa yang terima coba, sekalipun 3 tahun yang lalu, fakta berkata ia, tetapi sekarang tidak ada lagi. Rambut Ify udah bersih, kinclong juga wangi dan bebas dari makhluk kecil bernama kutu.
Terhitung sudah dua minggu yang lalu, Rio menjadi siswa di sekolah yang sama dengan Ify. Menurut Ify sikapnya menyebalkan sekali. Beda banget sama Rio tiga tahun lalu. Katanya dia most wanted kok kelakuannya kayak gitu? Gak pantes banget. Tahu nggak, tahu nggak? Ify bilang seperti itu berdasakan fakta no wahid alias satu karena Rio dengan tidak ada rasa malunya suka nyamperin Ify, hampir setiap ingin pulang, pas istirahat berlangsung atau kalau kelas sedang tidak ada gurunya pria itu sempat-sempatnya bikin Ify emosi setengah hidup. Gangguin Ify mament.
Di tambah lagi, pria menyebalkan itu ternyata merebut Gabriel dan Alvin dari Ify, hiks..
Dia kayaknya emang datang untukmerubah segalanya. Membuat Ify darting tiap hari, membuat Gabriel dan Alvin yang notaben sobat Ify jadi lebih milih bermain basket sama cowok itu. Nyebeliiiinnn sumpah bener-bener nyebelin..
Langit sore tampak agak berawan, mungkin sebentar lagi hujan akan mendominasi wilayah kota bandung. Dan, ah ya, Ify lupa kalau dia tidak bawa payung terlebih lagi mang Dodi memberitahukan kalau beliau tidak bisa menjemput karena mobil tiba-tiba harus berada di bengkel. Dengan terpaksa ia harus rela kini duduk di halte depan sekolahnya menunggu angkot atau pun bus, apa sajalah yang penting bisa di jadikan alat transportasi untuk sampai kerumahnya.
Rio dari gerbang memandang gadis yang sedang menunduk menatap layar handphone di genggaman tangannya, di kursi halte, dengan senyum yang tersungging di bibirnya. Gadis kutu rambut. Rio tahu gadis itu pasti membencinya karena selalu mengata-ngainya dengan sebutan memalukan sehingga sekarang sebagian orang mulai memanggil gadis itu dengan sebutan yang sama dengan Rio.
Tapi.. Apapun itu, Rio tidak akan menyerah. Ia yakin takdir yang menyuruhnya untuk bertahan menyukai gadis itu. Dulu, waktu smp Rio sering melihat gadis itu tertawa lebar seperti seorang anak kecil yang di beri hadiah teddy bear oleh ayahnya. Hatinya berdesir namun belum bisa mendeskripsikan kalau ia menykai Ify.
Namanya Ify Adelina, Rio tahu itu. Sudah sejak lama meskipun mereka berdua tidak bernaung di kelas yang sama. Rio memperhatikannya. Cowok berembut berantakkan itu melangkahkan kakinya menghampiri Ify.
"Gadis kutu rambut, lo ngapain di sini?"
suara itu lagi, menyebalkan. Apasih yang di inginkan pria itu? Mengganggunya? Errrrrr bisa tidak dia menghilang dari bumi ini, atau pindah ke planet lain, bisa tidak? Tolong dong jawab Ify!!
"Gue lagi nyari semut." balas Ify jutek. Rio tertawa. Kemudian cowok itu duduk di samping Ify.
"Lo masih marah sama sebutan gue?" tanya Rio. Ify mengalihkan pandangan pada jalanan lenggang, aneh kenapa belum ada juga bus atau angkot yang lewat. Sumpah Ify males berduaan sama cowok ini. Bikin keki aja.
"Apa most wanted boy kayak elo ternyata orang nya kayak gitu, seenak jidatnya ngubah nama orang?" lagi-lagi Ify berkata ketus.
"Padahal kalau lo bisa memahami artinya pasti lo tersanjung." ucap Rio misterius.
HEH? Tersanjung apanya? Siapa yang mau di sebut kayak gitu? Bukannya tersanjung gue malah kesel, huh, aneh!
"Tersanjung apanya? yang ada gue di bikin malu sama sebutan lo itu." Ify mulai emosi.
"Di dunia ini gak ada kan yang manggil lo dengan sebutan itu? Pasti Ify, ade, atau lina, nah gue cuma pengen jadi satu-satunya orang yang manggil lo dengan unik. Ify."
Ify. Panggilan Rio untuk pertama kalinya sejak tiga tahun yang lalu terdengar manis di telinga Ify. Hatinya berdesir, jantung nya berdentum-dentum. Hey kenapa dengan hatinya? Ah sial jangan bilang sebenar nya Ify masih menyimpan perasaan sukanya terhadap cowok yang satu itu. Ini ngggak benar. Kan itu udah lama kok masih ada sampai sekarang sih?
"Ify adelina, gue tahu nama itu, nama seorang gadis yang sering tertawa lebar bersama sahabatnya di kantin. Dulu jelas gue gak tahu rasa apa ini? Tapi setelah waktu berjalan begitu cepat dan takdir membuat gue bertemu dengan gadis itu lagi, gue sadar cinta sebutan yang pantas untuk rasa yang ada di hati gue untuk gadis itu." Ungkap Rio jujur menatap mata Ify dalam-dalam, membuat Ify membeku, sulit untuk bernapas. Jantungnya kembali berdetak.. Apakah ini? Ia juga memiliki perasaan yang sama untuk rio?
"Ify adelina, lo mau, ikut mendeskripsikan rasa yang terjadi saat ini? Gue yakin lo juga ngerasain hal yang sama, soalnya debaran jantung lo kedengeran detakkannya nyampe ketelinga gue." Rio nyengir. Ya elah Rio ngerusak moment romantis aja.
Wajah Ify memerah mendengarnya. Gadis itu gak peduli kalau Rio melihatnya dengan jelas. Ih apaan sih, kok gini? Kok cepet banget berubahnya, gue kan benci dia kok sekarang malah jadi lenyap rasa benci itu dan dengan beberapa detik setelah pengakuan pemuda rese itu perasaannya jadi berubah ingin di tembak, aisshhh kacau Ify membatin.
"Gue tahu loe pasti gak nyangka dengan pengakuan gue ini. Tapi semua ini benar adanya. Ify ayo kita buat kisah bersama yang di dalamnya ada cinta antara gue dan elo."
***
"Acha ya ampuun kamu tuh ya keramas dong, jadinya banyak kutu nya kan?"
Gerutu sang mama yang sekarang sedang menyisir rambut Acha sang adik dan tanpa sengaja malah seekor kutu rambut jatuh di bahu adiknya yang masih berumur tujuh tahun itu.
Ify yang sedang lewat di depan mereka terdiam, gadis itu tertegun. Kutu rambut, insiden memalukan di lapangan, pertemuamnya kembali dengan Rio dan untuk pertama kalinya ia punya pacar. Iya, waktu di halte sore itu, kala jalanan sepi menjadi saksi bisu penembakan tidak romantis Rio, akhirnya Ify melepas predikat jomblonya dengan menerima cinta Rio.
Ify tak menyangka jika cintanya datang karena Kutu rambut, memalukan namun unik.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top