Bertemu Di Warung
Bertemu Di Warung
Kou pernah menyangka tidak, jika takdir akan mempertemukanmu dengan seorang gadis cantik di sebuah warung?
Hey, warung. Sekali lagi warung, tempat ayahmu membeli kopi, tempat ibumu membeli sayur dan bumbu masak, tempat nenekmu membeli teh kotak pahit, dan, kini akan menjadi sejarah baru tempat kou...... Bertemu Ify, gadis cantik berasal dari Bandung yang bekerja di perum sebelah, Jati Resik.
Langit sebentar lagi akan gelap, namun seorang pemuda masih terlihat nongkrong di sebuh warung milik ibu Mina. Pemuda tersebut bernama lengkap Mario Stevano. Saat ini Rio tengah terdiam mematung tak berkedip tatkala menatap seorang gadis yang entah siapakah gerangan namanya, mulai memasuki area warung bu Mina tempat yang saat ini ditempatinya.
'Gadis cantik itu siapa?' Batin Rio bertanya penasaran.
"Ini kangkung berapa ya bu?" tanyanya lembut. Gilaaaaaaa suaranya aja lembut pake banget, udah cantik, suara lembut, paket komplit banget deh.
Telinga Rio semakin dipertajam, matanya masih menatap gerak-gerik gadis yang belum diketahu namanya itu, dia sedang memilih-milih kangkung dan juga beberapa jenis bawang.
Gadis cantik berambut panjang lurus, hitam, perawakannya tinggi, wajahnya putih dengan tambahan dagu yang cukup tirus, siapakah dia?
---
Ify Anissa. Bekerja dengan sepupunya di perum Jati Resik, menjadi sales online sudah dua tahun terakhir.
Informasi itu didapat dari bu Mina, sang penjaga warung. Kala itu Rio bertanya pada bu Mina, siapa gadis manis yang baru saja membeli kangkung di warungnya.
Dia kadang-kadang ke sini pada sore hari, informasi itu ditambahkan bu Mina ketika beliau mengerti akan rasa ingin tahu Rio lebih jauh mengenai gadis itu.
Dan, mengapa keadaan baru mempertemukkannya dengan Rio pada hari ini? Bukankah rumah Rio hanya terhalang dua rumah dari warung bu Mina? Oh ya, Rio baru ingat, dia kan selalu pulang kerja pada hari sudah menjelang petang, dan baru sore ini ia pulang agak siangan dari biasanya, jadi sejenak mengistirahatkan tubuhnya di warung bu Mina ini.
Tepat sekali, Rio sedang jomblo, dan bu Mina juga bilang kalau Ify juga belum punya pacar. Hemzzz keadaan mendukung sekali, apa ini yang namanya kebetulan? Dan, mungkin Ify akan menjadi pelabuhan terakhir Rio dalam pencariannya mencari jodoh?
- - -
"Ada yang meminta nomor ponselmu Fy, boleh ibu minta?" tanya ibu Mina, tepat ketika Ify mulai memilih-milih sayuran Kol untuk dipasaknya sore ini.
Gadis itu mengernyit, heran dengan perkataan bu Mina barusan, rasa-rasanya ia tak mempunyai kenalan di daerah sini, kenapa ada yang menginginkan nomor ponselnya?
"Untuk pemuda yang kemarin duduk di bangku itu, namanya Rio, tetangga ibu." tambah bu Mina cepat-cepat, sembari menunjuk sebuah bangku panjang yang terbuat dari kayu.
Ify tersentak, pandangannya jatuh pada kursi kayu panjang yang ditunjuk bu Mina beberapa saat yang lalu tersebut. Kursi panjang itu kosong, tak ada yang menempati pada saat ini, tetapi kemarin memang ada seseorang yang duduk di sana, seseorang itu kira-kira lebih tua dua tahun darinya.
Ah, iya dia ingat kemarin ia juga menyadari jika saja ada orang lain selain dirinya dan bu Mina di warung yang sering ia kunjungi setiap sore ini. Ify juga merasa kalau sang pria tersebut, memperhatikkannya dengan lamat-lamat. Kemarin, gadis itu hanya berpikir mungkin saja pria yang baru diketahu namanya itu -Rio, baru melihat Ify, dan memang faktanya mereka baru saling bertemu.
Ify memang kadang-kadang ke warung bu Mina, jika ingin memasak sendiri, tidak bisa dibilang sering memang karena pada faktanya jarang hanya sesekali saja, dan, selama ia ke warung bu Mina ini, tak pernah sekalipun ia bertemu dengan pemuda kemarin, memangnya dia orang mana?
"Memangnya untuk apa?" tanya Ify heran, Kolnya terlihat sudah layu, tapi apa boleh buat tak ada yang lain, kangkung sudah habis dibeli sama pelanggan bu Mina yang lain, tempe juga sama tak tersisa satu pun, apalagi tahu sudah jelas tak ada, di warung ini memang jika keberuntungan sedang tidak memihak kita, semua lauk suka nggak kebagian, dan sialnya keberuntungan tak menghampiri Ify hari ini, yang tersisa kali ini tepat di depannya, hanya sayuran Kol, wortel dan buncis, untuk dijadikan sayur sop.
"Ibu juga kurang tahu, katanya kalau kamu ke warung ini lagi, tolong mintain nomor ponselmu untuk dia, hanya itu. Oh, iya dia jomblo loh Fy, kerja di salah satu perusaaan di balai kota, udah mapan." bu Mina malah mempromosikan Rio, membuat Ify tersenyum dibuatnya.
Ini maksudnya apa? Mau menjodohkan Ify dengan Rio?
---
Rio bimbang, pandangannya jatuh tertumbuk pada secarik kertas yang kini dipelototinya, nomor ponsel gadis bernama Ify Anissa yang ia dapat dari bu Mina.
Tidak disangka gadis itu memberikan nomor ponselnya pada orang asing seperti Rio. Bu Mina bilang, ia sampai memaksa Ify, awalnya gadis itu hanya diam tak menggubris, lalu kemudian bu Mina memelas, bu Mina juga bilang gadis itu baik hati sekali, ia tipe wanita yang tidak tegaan kepada orang lain, ini benar-benar wanita idaman versi Rio.
Sudah dua hari sejak bu Mina memberikan secarik kertas berisi nomor ponsel gadis itu, namun, Rio belum beraksi juga, secarik kertas itu ia simpan rapi di laci meja kerjanya, baru kali ini sentuh kembali untuk menimbang-nimbang, apakah ia harus mengirimi pesan singkat pada gadis pencuri hatinya itu?
Rio
"Hai, kamu Ify ya! Aku Rio yang minta No. HP mu sama bu Lala."
Send..
Pesan itu terkirim dengan sukses, tanpa tahu menahu tentang keraguan perasaan Rio saat ini.
3 hari, ia pulang dari kantornya, pada hari mulai petang seperti hari-hari sebelumnya. Keadaan tak mendukungnya untuk kembali mengunjungi warung bu Lala, padahal penjaga warung yang sudah ia anggap kerabat itu mengatakan jika Ify gadis pujan hatinya sudah 3 hari ini sering berkunjung ke warung itu, ah Rio menyesal, kenapa ia tak memiliki waktu yang tepat untuk sekedar memandangi wajah gadis itu lagi, walaupun hanya beberapa menit saja.
---
"Hai kamu Ify ya? Aku Rio. Yang minta No. Hp mu sama bu Lala."
Ify terbelalak mendapati SMS dari seseorang yang mengaku bernama Rio. Rio, pemuda itu? Pemuda yang meminta No. HP nya pada bu Lala!
Awalnya memang ia tak berniat memberikan No. Hp nya pada bu Lala, satu alasan yang menjadi penyebabnya, ia tak mengenal Rio, Rio orang asing, sekalipun bu Lala bilang pria itu baik, mapan dan juga perhatian cocok sekali jadi calon suami, tapi Ify tak mengenal Rio.
Mungkinkah sudah saatnya gadis itu mulai membuka hati kembali, dan melupakan masa lalu yang tak mengharapkan kehadirannya itu?
Rio, Rio Andrean, kou mulai masuk ke dalam hidupku sejak hari ini.
- - -
Ternyata keberanian memang diperlukan dalam kehidupan ini, kou berani bertindak, maka saat itu kou akan mendapati hasil yang lebih baik seperti yang kou inginkan.
Rio tidak percaya kini lambat laun semenjak tangannya iseng mengirimi gadis itu -Ify- sebuah pesan singkat, ia jadi dekat dengan gadis manis itu. Bahkan gadis itu menyambutnya dengan ramah.
Selama satu bulan terakhir, ia dan gadis itu bertukar cerita mengenai pengalaman masing-masing dalam dunia kerja. Tentu saja Rio yang sudah berpengalaman, mengajari Ify untuk tetap bersabar apapun yang terjadi dalam dunia kerja gadis itu.
Kalau boleh Rio berharap Ify memiliki perasaan yang sama dengannya? Perasaan nyaman yang tidak bisa terdefiniskan karena hanya ia dan Tuhan yang tahu rasa kecil di dalam hatinya itu.
Cinta, kalian mungkin akan menyebutnya seperti itu.
Rio kini duduk terdiam di kursi panjang, tempat di mana ia pertama kali jatuh cinta pada Ify. Tempat duduk berukuran panjang yang di buat khusus untuk pelanggan bu Lala yang ingin nongkrong ini adalah saksi bisu ia move on dari mantan pacarnya Ashilla pada Ify.
Dan, mungkin tempat ini juga yang akan menjadi saksi bisu Rio tak jomblo lagi.
Ify tak mengerti dengan ajakan Rio yang ingin bertemmu di warung bu Lala kembali, padahal kemarin baru saja mereka berpapasan di warung ini, ketika baru saja Rio pulang kerja, dan Ify ingin membeli cabai untuk membuat sambal goreng.
Kira-kira ada apa ya?
Dilihatnya Rio tengah menunduk sembari memainkan ponsel nya.
"Eh Ify, mau beli apa?" pertanyaan bu Lala membuat Rio mendongak. Pemuda itu mendapati gadis yang sebentar lagi menjadi miliknya itu dengan tersenyum hangat.
Mendengar namanya saja tubuh Rio bereaksi secepat itu, memang cinta sudah memenuhi hatinya hingga ia logikanya di penuhi dengan nama Ify, ify dan Ify. Selalu Ify.
"Rio yang nyuruh bu, nggak papa ya, Ify ikut nongkrong di sini?" tanya Rio sopan, bu Lala mengangguk yakin, kemudian memutuskan untuk pergi ke belakang, mungkin mereka punya urusan lain, dan orang tua seperti dirinya, tidak perlu hadir di sana, hanya menganggu saja.
"Kenapa?" tanya Ify mengangkat alis heran.
"Nggak papa, pengen aja ketemu kamu," jawab Rio nyengir, Ify mencibir di buatnya.
"Kalau nggak ada perlu, aku pergi aja deh, malu tahu sama bu Lala." kata Ify sedikit kesal. Gadis itu mulai bangkit, tetapi, tangan Rio menghentikkan gerakannya.
Ify mematung di tempatnya, selama dekat dengan Rio baru kali ini Rio menggenggam tangannya, ingin melepaskan, namun, tak rela juga, tangan kokoh Rio melingkar di pergelangan tangannya, dan rasa nyaman mengalun dalam hatinya.
"Aku nggak mau jomblo lagi, kamu mau jadi alasan biar aku nggak menyandang status menyebalkan itu?" tanya Rio, yang secepat kilat membuat Ify berbalik ke arah nya, apa tadi pria itu bilang?
Dia sedang berusaha menyatakan perasaannya pada Ify kah?
"Pertama kali aku melihatmu di bangku ini, dan, aku ingin kamu menjadi bagian dari hidupku juga di tempat ini, kamu mengerti?" tanya Rio, Ify masih diam, ia memandang Rio tanpa berkedip.
Jadi benar ya, Rio sedang menyatakan perasaan padanya?
"Rio, kou adalah alasan mengapa aku bisa keluar dari masa lalu." kata Ify penuh arti.
Tetapi, Ify tahukah kamu, seberapa banyak kamu menggunakkan kata yang mungkin tak di mengerti orang, Rio orang yang mencintaimu akan mengerti kata yang terucap dari bibir mungilmu itu.
END
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top