Ps: Cerita ini pernah di post di fb sama di blog. Dan ini udah lama, cuma gue pindahin aja ke sini. Sorry buat typo dan juga EYD nya yang berantakkan. Happy reading!
ATM Ke Blokir
"Sivia ATM gue ke blokir" kata Ify lesu, ia baru saja keluar dari mesin ATM salah satu bank rakyat ternama. Wajahnya murung, bagaimana tidak, dia merasa bodoh, mengapa tadi lupa jika salah 3 kali menekan PIN maka ATM akan terblokir, untung saja tidak tertelan.
Sivia yang mendengarnya menatap Ify prihatin, Sivia memang tak mengerti masalah ATM tapi, dia sedikit connect dengan kata blokir, itu artinya ATM tidak bisa digunakkan lagi, sebelum diperbaiki.
"Kok bisa?" tanya Sivia, Ify menghela napas lemah.
"Huum, tadi gue salah nekan pin 3 kali mungkin, soalnya gue tekan-tekan angka terus, gue lupa kalau salah 3 kali bakal di blokir jadi terus aja tadi nekan angka, pas udah bingung gue manggil pak petugas, sama si pak petugas nya di coba, eh, udah ke blokir katanya, hah, mana di sini lagi nggak bisa benerin ATM yang ke blokir harus ke bank yang ada di Limbangan." jawab Ify tak bersemangat. ya Tuhan, kenapa ada-ada aja sih, kan kalau kayak gini ceritanya Ify harus nyuruh orang untuk benerin tuh ATM, keluar lagi duit deh. Mana uang nya ada di ATM semua lagi, tadi ngambil cuma buat ongkos doang dari Tasik-Malangbong, terus juga hari ini adalah hari jumat, besok bank biasanya tutup, dan Ify berangkat lagi ke Tasik hari Minggu, jadi nggak ada waktu lagi buat benerin ATM kalau nggak siang ini, ya Tuhan, mepet banget nih waktu.
"Terus uang nya gimana?" tanya Sivia lagi. Kali ini Ify menggeleng tanda tak tahu juga, masalah nya dia juga bingung gimana sama uang nya ya, tapi tadi si pak petugas bilang uang nya aman di dalam ATM hanya saja memang harus dibenerin untuk bisa digunakkan lagi. Aha! Dia kan punya SMS banking, coba cek dulu, Ify kemudian merogoh tas selempang nya, mencari HP kesayangannya, dapat, segera ia menekan beberapa keypad pada hp digenggamannya itu.
Sial. Dia dapat SMS kalau saat ini tidak dapat di akses. Mamaaaaa tolong Ify, ini gimana dong? Harus nyuruh siapa buat nganter benerin ke bank Limbangan, jauh, mana kurang ngerti lagi sama gimana cara ngebenerinnya. Tadinya, kalau uang SMS bangking nya masih bisa dipake mau di kirim dulu ke rekening kakak sepupu, biar nanti lewat ATM kakak sepupu ngambil uang nya, lah ini, nggak bisa. Please, help me!
"Sivia, SMS banking juga nggak bisa di akses, nggak bisa transaksi, haduh gue harus benerin hari ini Siv, tapi sama siapa ya, aaaaaa bingung" teriak Ify prustasi, membuat semua orang yang ada di sekitar mereka memperhatikkan mereka penasaran. Sivia tersenyum meminta maaf kepada semua orang yang menatap mereka, dasar Ify, malu-maluin aja!
"Ify, gimana kalau nyuruh kak Rio aja, pasti deh dia bakal bersedia nganter, gue yang nyuruh deh, dia kan emang tukang ojeg cuman bukan sembarang tukang ojeg sih, ngojeg juga kalau ada yang manggil nganterin ke yang jauh-jauh, terus juga dia tahu masalah yang kayak gini, suka nganter-nganterin orang buat buat ATM lah, buat ngebenerin ATM lah, dan yang lainnya." saran Sivia, yang sukses membuat Ify melotot kearah nya, Sivia nyengir,
Siapa tadi Sivia bilang? Kak Rio? Nggak, dan nggak mau. Sivia ini pikun atau amnesia sih, sudah tahu Ify nggak mungkin banget berhubungan sama cowok itu, apalagi minta tolong, soalnya tengsin abis, dia pernah nembak Rio waktu SMP, dan sialnya di TOLAK. Astaga, gimana malunya coba Ify sama cowok itu? Cewek nembak cowok? Apa dunia udah kebalik?!
Ify juga menyesali perbuatannya saat itu, kenapa ia bodoh sekali menembak kakak kelas sekaligus tetangga kampungnya? Sebenarnya mungkin gara-gara waktu itu saking kagumnya Ify sama Rio, tanpa memikirkan resiko dan juga harga dirinya, gadis itu nekad menyatakan perasaannya, Rio ganteng, baik, rajin juga sih, siapa yang nggak suka coba? Dan, mungkin juga dulu ia masih labil, maklum lagi awal-awal masa puber. Memang, Rio tidak mengatakan secara gamblang kalau ia menolak Ify, cowok itu hanya mengatakan 'kita masih kecil Fy, belum ngerti artinya cinta itu apa, nanti kalau udah besar baru deh cinta-cintaan' katanya waktu itu, asli, bikin malu.
Dan, sejak saat itu, Ify dan Rio jadi canggung, baik Ify maupun Rio tidak seakrab dulu sebelum acara penembakkan itu terjadi dan keadaan itu hingga sampai saat ini sudah 6 tahun lamanya, kalau saja kebetulan mereka berpapasan, mereka hanya saling melempar senyum satu sama lain tanpa berniat saling menyapa, Ify malu sih nggak tahu deh kalau Rio kenapa, bisa jadi pria itu ilfeel sama Ify.
"Lo lupa? Gue malu sama dia, nggak ah, yang lain." seru Ify tak terima.
"Nggak ada lagi, lagian di kampung kayak gini mana ada yang bisa sama urusan kayak gitu, udah deh, daripada nggak ada pilihan kan? Minggu lo berangkat lagi? Terus uang yang buat bayar hutang ada di ATM kan?" tanya Sivia yang membuat Ify diam seribu bahasa, Sivia benar, kalau saja masih di Tasik Ify bisa minta bantuin kakak sepupu, tapi kalau di kampung gini, mana ada yang bisa, yang punya ATM aja bisa dihitung pake jari. Tapi, bagaimana dia harus menghadapi Rio, dia masih malu atas kejadian 6 tahun yang lalu, dan Ify juga yakin Rio tidak akan mungkin melupakan kejadian itu.
"Tapi, gue malu sama dia atas kejadian 6 tahun yang lalu." kata Ify bimbang.
"Ify, biar gue yang bilanginnya ya, loe cukup diem aja, pasti bakal mau kok dia, awas aja kalau enggak gue laporin sama tante Manda, lagian loe kenapa sih, lupain kejadian yang itu, anggap aja itu kesalahan konyol yang loe lakuin di dunia ini." nasihat Sivia, Ify menerawang, bukan hanya itu juga sih, tapi ada pada hatinya, ia masih menyimpan rapat-rapat perasaan itu hingga kini, dan kalau setiap kali melihat Rio hatinya tak rela karena tak bisa memiliki pemuda itu, entah, semakin ia dewasa ia mengerti dulu ia bukan hanya sekedar suka dan kagum pada Rio tapi hingga tahap cinta, dan sampai saat ini Rio adalah satu-satu nya alasan mengapa ia tak mau membuka hati untuk pria lain. Ia masih berharap suatu saat Tuhan mendengar doanya, mengetuk pintu hati pemuda itu untuk menoleh ke arahnya.
"Ya udah deh, elo yang ngomong ya, loe kan sepupu nya," jawab Ify akhirnya, tak ada pilihan lain, biarlah hatinya sakit sementara boncengan dengan orang yang dicintainya tanpa bisa memiliki orang tersebut.
"Nah, gitu dong, mungkin saatnya kalian memperbaiki hubungan kalian yang renggang gara-gara kejadian 6 tahun yang lalu itu Fy," ucap Sivia, membuat Ify menoleh kearahnya, seperti itu kah?
"Udah ah, nggak mau ngebahas lebih lanjut lagi, yuk, anterin gue pulang, mama gue pasti udah nunggu," kata Ify yang sudah tidak mau lagi membahas yang dulu, kejadian itu membuatnya malu sekaligus sedih, gimana nggak sedih, ditolak sama orang yang kita suka, huh, sakit hati ini.
Ify memang baru saja pulang dari perantauannya di kota Tasikmalaya, ia pulang dengan satu tujuan menghadiri pesta pernikahan temannya, Shilla. Tadi, Sivia menjemputnya di tempat pemberhentian bus, dan sebelum pulang ke rumahnya, ia menyempatkan diri untuk mengambil uang di ATM, buat bayar tagihan hutang sama beli kado yang paling penting. tetapi, nasib berkata sial pada nya, ATM nya ke blokir tanpa diminta, dan sekarang, ia harus pulang dengan uang sisa ongkos bayar bus ke rumah, huh menyebalkan, kenapa sih keadaan itu tidak pernah mau bersahabat dengannya?!
---
Ify duduk dengan gelisah di ruang tamu rumah Rio. Matanya menyapu sekeliling dan pandangannya jatuh pada sebuah figura besar yang terpajang di dinding, berisi foto Rio.
Hatinya berdesir nyeri, sama seperti tadi ketika pandangannya dengan Rio bertemu di depan pintu rumah yang kini ia singgahi bersama Sivia itu. Rio tersenyum manis padanya, menanyakan kabarnya, kamu tahu Rio, apa kamu berniat menanyakan bagaimana keadaan hatiku saat ini?
"Diminum Fy, maaf cuma ada air putih doang," suara indah Rio mengalun, menyadarkan Ify yang tengah melamun sambil menatap foto Rio. Gadis itu hanya tersenyum sebagai permintaan maaf karena kepergok melamun di rumah orang.
"Jiah... kita kayak tamu penting aja kak, biasa aja kali," celetuk Sivia menimpali.
Ify masih diam, jujur ia tak berani menatap Rio, hatinya selalu menyesal, mengapa Rio menolaknya dulu, apa dia kurang cantik? Ah, perasaannya itu.
"Elo sih bukan, tapi kalau Ify kan emang tamu." bela Rio yang dihadiahi cibiran oleh Sivia.
Diam-diam pria itu melirik ke arah gadis yang sedari tadi hanya diam, ada apa dengannya? Mengapa rasanya menjawab pertanyaan Rio saja dia seperti enggan? Rio tidak suka dengan keadaan ini. Setelah sekian lama takdir merebut kesempatan berbicara dengan Ify gara-gara kejadian 6 tahun yang lalu, bisakah sekarang ketika gadis ini ada dihadapannya kedaan melebarkan kesempatan untuk mereka saling bertanya kabar, kegiatan yang dilakukan, bagaimana dengan pekerjaan gadis itu yang selama dua tahun terakhir ini merantau ke kota Tasikmalaya? Rio sadar, diantara mereka masih ada satu masalah yang belum terselesaikan, mungkinkah Ify membencinya atas penolakannya waktu itu?
Waktu itu, ia masih kelas 3 SMP, bukan saatnya mengenal cinta, terlalu dini, tetapi Ify melah menyatakan kalau gadis itu menyukainya, dan dengan tanpa memikirkan perasaan lawan bicaranya ia berkata dengan tegas, kalau mereka masih kecil, belum mengerti tentang cinta. Rio tidak tahu ternyata kata-kata itu merenggut keakrabannya dengan Ify, orang yang sebenarnya juga dia sukai, dari dulu hingga sekarang.
Rio menyesal.
Kata-kata yang meluncur dari mulutnya waktu itu membuat Ify berubah, Ify mulai menjaga jarak dengannya, Ify seperti seseorang yang ketahuan mencuri mangga di rumahnya jika bertemu dengan Rio, tidak tahukah Ify, Rio tidak menginginkan hal ini? Ia menolak Ify karena merasa yakin dengan pemikirannya, jika anak SMP masih belum waktunya untuk mengenal cinta. Bagi teman-teman Rio mungkin hal itu sudah biasa, tapi, Rio yang berpikiran luas, tidak menganggap hal demikian, lagipula memang apa untungnya punya pacar pada masih saat SMP, saat pacar tidak punya pulsa, kamu sebagai seorang pacar yang baik harus mengisi pulsanya bukan? Lah, masih SMP, uang saja masih minta sama orang tua, bagaimana mau membelikan pulsa untuk sang pacar? Memang orang tua Rio kaya, saat ini pun satu alasan mengapa ia tak pergi ke kota adalah mengurus usaha ayahnya di kampung, di samping itu juga sawah Rio yang hektaran menunggu untuk di urus ahli warisnya, Rio anak laki-laki satu-satunya. Hingga, keputusan menjadi tukang ojeg menjadi pilihan yang paling tepat menurutnya, memang terdengar konyol karena seluruh dunia ini juga pasti sadar jika wajah Rio tampan sekali untuk ukuran tukang ojeg, tetapi, daripada tak ada kerjaan bukan?
"Jadi gini kak, ATM Ify tadi ke blokir, nggak bisa dipake, nah, elo mau kan bantuin dia benerin lagi? Anterin ke bank Limbangan katanya." ucap Sivia yang langsung pada tujuannya datang ke sini, Sivia merasa kasihan juga pada sahabatnya yang kini hanya diam di samping nya, sebagai seseorang yang tahu problem antara Ify dan Rio, ia mengerti posisi Ify, dan, walaupun sahabatnya itu tidak bercerita pada Sivia tentang bagaimana perasaannya pada kakak sepupunya -Rio- sekarang, Sivia tahu kalau Ify masih mencintai pemuda yang memilih menjadi tukang ojeg itu sebagai profesi nya.
"Kenapa, kok bisa ke blokir Fy?" tanya Rio sambil menatap Ify.
"Salah pin mungkin kak," jawab Ify singkat dan ragu-ragu. pandangannya memang menghadap Rio, namun, bola matanya mengarah ke arah lain, ia tidak sanggup menatap Rio, terlalu menyakitkan hatinya.
Rio sadar, Ify tak sepenuhnya menatap kearah nya, gadis itu menghadap ke arahnya namun, tidak menatapnya dengan baik, bola matanya berkeliaran kemana-mana, sebenci itukah kamu pada ku Fy? Batin Rio meradang.
"Oke deh nanti habis jum'atan ya."
---
Sebentar lagi ia harus menyiapkan hati nya untuk berdekatan dengan Rio. Bahkan akan berboncengan dengan pria yang masih dicintainya itu, Rio bilang setelah sholat jum'at mereka akan pergi ke bank Limbangan untuk mencoba memberseskan kembali ATM Ify yang terblokir.
Ify menatap bayangannya di cermin, baru saja gadis berdagu tirus itu selesai melaksanakan sholat Dhuhur, dan kini ia tengah menunggu Rio dengan perasaan gelisah tak menentu. Beberapa menit yang lalu, adik lelaki Ify baru saja pulang dari sholat jum'at dan ada kemungkinan Rio juga sudah pulang.
'Ify mohon Tuhan, kuatkan hati Ify selama nanti Ify bersama Rio' doa Ify dalam hatinya.
Tiin... Tinnn...
Suara klakson motor membuat Ify tersadar dari lamunannya, ia kenal dengan suara motor itu, rupanya jatuh cinta itu memang berlebihan, sampai-sampai suara kalson motor milik orang yang kita cintai saja kita hapal, benar-benar tak habis pikir.
"Fy, Rio udah nunggu tuh." kata sang mama yang kebetulan juga tahu rencana Ify yang ingin mebereskan ATM nya yang ke blokir.
Gadis itu kemudian mengambil tas selempangnya, tentu saja membawa dompet, ATM, buku tabungan dan juga KTP nya, pak satpam bilang tadi sewaktu Ify bertanya mengenai bagaimana cara memperbaiki ATM nya nanti, hal yang harus di bawa selain pemilik dari kartu ATM (orang nya yaitu Ify), buku tabungan dan juga kartu ATM nya sendiri yang harus di bawa untuk diperbaiki.
Rio kini sudah ada di pekarangan rumah Ify, ternyata sudah banyak berubah dari rumah gadis yang selama ini memenuhi hatinya itu. terakhir kali bayangkan saja ia berkunjung ke sini 6 tahun yang lalu sewaktu masih tercipta keakraban antara dia dan Ify -karena Ify sobat sepupunya Sivia- Rio sering berkunjung ke sini, lebih tepatnya di ajak Sivia.
"Udah siap kak" suara Ify mengagetkan Rio, pemuda itu menoleh kearah samping dimana terdapat Ify yang tersenyum canggung ke arah nya.
"Udah, yuk naik!' kata Rio sambil memakai kembali helm yang sempat ia lepaskan tadi karena kegerahan.
Pelan-pelan sembari mengatur hatinya, Ify menaiki motor milik Rio. Tenang Ify, tenang, hanya beberapa jam saja, dan kamu harus mengatur hatimu dengan baik pada saat itu.
---
Ify diam menunggu di kursi tunggu tepat di depan Service Asistant yang bertugas melayani keluhan mengenai perbankan di bank yang berlokasi di Limbangan ini.
Rio sendiri sedang bercakap-cakap dengan salah seorang Service Asistant entah siapa dan apa yang mereka bicarakan Ify tak tahu. Yang jelas hatinya kini sedang dalam zona tidak aman, ia tak tenang bagaimana kalau nanti Rio selesai berbicara dan duuduk di samping nya, apa yang harus di a lakukan, bagaimana ia menahan rasa sakit pada ulu hatinya ketika berdekatan dengan pemuda hitam manis itu tanpa sadar bahwa ia tak bisa memilikinya? Tadi saja, ia menangis dalam hati waktu semilir angin menemaninya duduk berboncengan dengan Rio, menyadari jabatannya dengan Rio hanya sekedar penumpang dan tukang ojeg tidak lebih, padahal ia mengharapkan jika saat ia dengan Rio berboncengan mereka adalah sepasang kekasih yang bahagia.
"Kerja online itu enak nggak Fy?"Rio memutuskan untuk membuka suara ketika ia duduk di samping Ify, gadis itu menoleh kearahnya kaget, rupanya Ify sedang melamun.
"Gitu aja sih kak, namanya juga kerja banyak tantangannya, kalau mau yang enak mah diam aja di rumah." jawab Ify sedikit canggung, gadis itu kembali menolehkan kepalanya ke arah depan, tidak ingin terlalu lama menatap Rio.
Rio punya satu tujuan saat ini, ia harus menanyakan kembali apa cinta 6 tahun yang lalu itu masih ada di hati Ify?
Tetapi bagaimana memulainya? Apakah saat ini adalah waktu yang tepat, di dalam bank seperti ini? bahkan tempat ini jauh dari kata romantis, di sini tempat orang menyimpan uang, mengambil uang, membuat ATM, dan Rio akan menyatakan perasannya kepada Ify di sini?
"Ify, rasanya diantara kita ada masalah yang belum selesai, mengenai kejadian 6 tahun yang lalu, kak Rio ngerasa setelah kak Rio menolakmu waktu itu, kamu jadi beda, kayak ngejauh gitu, dan jujur kak Rio nggak nyaman dengan kedaan itu," Rio tahu Tuhan mungkin membukakan jalan untuknya melalui ATM Ify yang terblokir untuk bisa memperbaiki hubungannya dengan Ify kembali yang sempat tak baik gara-gara kejadian 6 tahun yang lalu itu.
Ify tersentak kaget atas perkataan Rio barusan, dia seharusnya sadar jika mungkin saja keadaan ini akan datang, Rio akan meminta penjelasan padanya, mengenai sikapnya yang berubah total tepat ketika setelah Rio menolaknya, tapi, haruskan pada saat ini? ify belum siap.
Tetapi, keadaan berteriak padanya menyuruhnya untuk siap dengan apapun yang akan terjadi.
Sivia benar, mungkin Tuhan membuka jalan untuknya memperbaiki kembali hubungannya dengan Rio lewat keadaan ini, walaupun hanya sebatas menjadi teman, Ify kou tahu, kata teman mungkin lebih indah daripada kata pacar untuk menegaskan hubunganmu dengan Rio, Rio mungkin tidak tertulis sebagai jodoh untuk mu dari Tuhan.
"Maaf kak Rio, mungkin dulu Ify nggak berpikir panjang, waktu itu Ify nggak mikirin gimana kedepannya, dengan PD nya Ify bilang kalau Ify suka ka Rio, kalau mengenai sikap ify yang berubah, harusnya kakak tahu sendiri, Ify malu atas kejadian itu, di sini Ify wanita dan kak Rio seorang laki-laki, apa kelakuan Ify ini pantas?" kata Ify sambil menunduk.
Rasanya keadaan pun ikut mendukung, salah satu nasabah malah lama berada di bagian Service Asistant, entah sedang apa, huh, cepatlah, biar keadaan ini tidak berlangsung lama, Ify sudah ingin pembicaraan ini selasai.
Rio melirik Ify, dia tahu pasti Ify enggan membahas ini, namun, hatinya tak mau mengerti keadaan Ify, di sini ia juga sakit setiap kali ia berpapasan dengan Ify di jalan, yang bisa di lakukannya, hanya melempar senyum padahal ada ribuan kata yang ingin di lontarkannya pada gadis manis itu, ia ingin bertanya apa yang sering dilakukan gadis itu di kota Tasikmalaya, apakah sudah berkunjung ke tempat wisata Gunung Galunggung? Dan, juga ia ingin bertanya, apa Ify bertemu pria tampan di kota santri itu? Dan, bagaimana dengan hati gadis itu? apa nama Rio masih ada didalamnya?
"Ify bisa lihat kakak, kakak ingin bicara sesuatu." pinta Rio yang membuat Ify mau tak mau mendongak menatap Rio.
Ify masih tidak percaya kedaan seperti ini akan datang dan tepat pada hari ini, ia menatap Rio dari dekat, hatinya yang jadi korban, tahukah Rio, hati Ify kini bagaikan di tusuk ribuan jarum, sakit sekali.
"Apa di Tasik kamu menempatkan cinta mu untuk pria lain? Masihkah kaka ada di hatimu?" tanya pemuda itu pelan. membuat Ify menatapnya tanpa berkedip.
Ini masudnya apa?
"Ify, kak Rio nyesel waktu itu nolak kamu, kalau akhirnya ngebuat kamu jadi beda sama kak Rio, dulu kak Rio terlalu berpikir kuno, menganggap pacaran itu nggak penting karena masih SMP, mungkin kamu sakit hati atas penolakkan itu, kak Rio minta maaf Fy, sudah sejak lama kak Rio sadar jika kamu adalah poros kak Rio, dari dulu, hingga kini, ternyata kak Rio cinta sama kamu." turur Rio panjang lebar.
Membuat Ify terkaget-kaget, mulutnya bahkan sampai menganga, ia tak percaya, mungkinkah ia saat ini sedang berhalusinasi? Rio, dia bilang, dia, selama ini, jatuh cinta pada Ify?
"Kak.. kak Rio, ini serius?' tanya Ify hati-hati takut saja jika Rio berbohong, namun Rio malah mengangguk mantap, membuat Ify semakin menatapnya tak percaya.
Jadi, dulu yang perlu Ify lalukan bukannya menghindari Rio tetapi mencoba bersahabat dengan pemuda itu untuk kemudian menunggu pemuda itu dewasa dan meminta Ify mnjadi miliknya?
"Aku berharap, kamu belum menempatkan pria lain di hati mu selama 6 tahun ini." kata Rio lagi memandang Ify penuh harap.
Hatinya lega kini menyampaikan apa yang selama ini menjadi kegalauan hatinya untuk wanita yang kini tersenyum menatapnya itu. sekalipun kini tempatnya di dalam bank, ia tak peduli.
"Nggak ada yang berubah kak Rio, sekalipun waktu berjalan 6 tahun lamanya, hati ini masih seperti waktu 6 tahun yang lalu, nama kak Rio masih terpatri rapi, tak ingin pergi sekalipun aku berusaha mengusirnya."
Ify mungkin akan berterimakasih pada sahabatnya Sivia yang telah merekomendasikan Rio untuk membantunya memperbaiki ATM yang terblokir jika saja kejadiannya seindah ini.
Rio bilang ia mempunyai perasaaan spesial terhadap Ify, dan Ify masih menyimpan hatinya untuk Rio, lalu apa yang keadaan tunggu dari pernyataan singkat mereka?
END.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top