The Darkness
"Kautahu, Caisha. Aku mendengar rumor kalau di hutan Darkness didiami kumpulan vampir dan serigala jejadia."
Dua orang gadis sedang bercerita, gaun mereka yang panjang harus terlipat karena sekarang mereka tengah duduk di alas karpet dan mengupas sekeranjang apel untuk dijadikan sari apel. Tangan-tangan ramping itu sangat lincah dalam mengerjakannya, terutama Molly yang juga asik berceloteh tentang rumor yang beredar di desa. Sementara itu, Caisha hanyamenganguk. Gadis dengan rambut yang disanggul anggun dan kepirangan lurus itu menatap temannya dengan pandangan tak yakin, bola matanya yang biru terlihat jelas menyipit.
"Itu hanya rumor atau dongeng, malah. Nyatanya, tak ada yang pernah menyaksikan itu dan hanya ketakutan terhadap hutan yang dinamai Darkness, konyol." Ia mengembus napas jengah, tak percaya.
Namun, tidak dengan temannya yang sekarang malah memberinya bukti-bukti, seperti banyaknya orang hilang jika ingin memasuki Darkness.
"Tentu saja, aku juga akan hilang jika memasuki Darkness, aku sama sekali tak tahu jalan." Ia benar-benar tak mau menghabiskan waktu untuk meladeni temannya ini, maka ia pun mengambil apel-apel yang sudah terkupas dan memberikannya kepada sang bunda.
"Ok, Mom. Kami selesai, aku ingin beristirahat."
Caisha dan Molly sangat akrab, mereka selalu besama sepanjang waktu. Namun, untuk sekarang ini ia benar-benar tak ingin mendengarkan apa pun tentang lelucon hutan tersebut. Lagipula, hutan itu terlalu jauh dari desa mereka, butuh waktu tiga hari untuk mencapainya dengan kuda. Walau dalam arti lain desa mereka yang paling dekat dengan Darkness.
Setelah melihat Molly pulang sambil mengeluh karena usiran tak langsungnya, Caisha pun menjatuhkan tubuhnya di ranjang yang empuk, ia memejamkan mata dan tertidur selama beberapa saat.
Entah Caisha merasa tak ada yang mau membangunkannya, atau memang ia yang ketiduran telalu lama, saat terbangun dirinya merasa lelah dan karena itu ia menyentuh bagian matanya beberapa kali, guna ingin menjernihkan penglihatannya.
Dan saat itu ia sadar, kalau ini bukanlah kamarnya.
Terlalu besar dan mewah, seperti kamar dari kastil kerajaan.
Seseorang datang mendekat, dan ia tidak mau peduli siapa yang datang, yang terpenting ia harus keluar dari tempat asing ini.
"Caisha, menikmati tidurmu?" sesosok berbaju hitam ziras yang terlihat sangat kuat karena terbuat dari lempengan besi atau bahan lainnya, dan memakai penutup wajah seperti tunik, berada di dalam kamar ini. Seperti ia bisa membuka pintu yang sedari tadi tak gampang untuk ditarik. Caisha menatap waspada, sosok itu dari suaranya adalah lelaki dan sangat tinggi, ia hanya sedadanya saja.
"Si-siapa k-kau?"
"Aku yang disebut ... Darkness."
Rahang Caisha serasa jatuh dan ia menganga lebar, sosok yang terlihat sangat menakutkan ini dan tak terlihat wajahnya adalah Darkness?
Ia merasa kepalanya ingin pecah, gaun yang dipakainya ia remas dan ia mulai berkeringat dingin, lalu kenapa ia berada di sini? Dia sarang makhluk ini?
"Karena kau telah dipersembahkan untukku, Caisha."
Makhluk itu bisa membaca apa yang dipikirkannya. Kenapa begini.
"Orang tuamu mempersembahkanmu, untukku."
.
.
.
Tamat
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top