3 :: Mustika City

Story by MiaRoseLiiii

***#***

“Akhirnya, kamu wisuda juga. Perjuanganmu berbuah manis, Nak, kami bangga memiliki kamu," ucap Ibu dihujani pelukan dan hujan yang menetes dari pelupuk matanya.

Sanak saudara dari kampung halaman menemani hari bahagia Valen, Valen juga mendapat banyak wejangan (nasihat) dari Pade, Bude, Bule, Om, Nenek, Kakek, dan saudara seusianya yang sudah
merasakan dunia kerja.

Valen sibuk ber-selfie ria di hari kelulusannya, senyum bahagia terukir jelas di bibir gadis itu. Wajahnya merona bahagia, tawanya lepas seakan perjuangan hari kemarin terbayar lunas. Lelah, letih, dan penat harus dirasakan mahasiswa tingka akhir demi mengejar dosen pembimbing untuk bimbingan hingga beliau menyetujui mahasiswa tersebut untuk sidang. Kini, perjuangan itu selesai dan hari baru dimulai.

“Mba Valen, Tines boleh ikut foto enggak? Kalau boleh, foto sama toga sekalian, ya?” rayu Tines, gadis keturunan Jawa-Cina yang baru memasuki dunia kuliah.

“Biar apa, Dek Tines?” Valen mengelus puncak kepala Tines diselingi tawa renyah.

“Ya udah kalau enggak boleh, Tines mau makan ice cream aja.” Valen menarik lembut lenganTines yang perlahan menjauhi dirinya.

“Eh, jangan ngambek dong, sayangnya Mba! Adek boleh foto sepuasnya, Mba kumpul lagi sama teman-teman lagi ya, Dek.” Valen memakaikan toga di puncak kepala Tines sambil memeluk gadis itu.

Setelah mendapat keinginannya, Tines berfoto ria dan membagikan moment itu di social media miliknya dengan caption yang membanggakan Valen.

Bude Nofi memberi kode kepada Tines untuk memanggil Valen.

“Mbak Valen dipanggil Mama!!!” teriak Tines, Valen berlari menuju keluarganya dan dia
dihujani berbagai kata selamat dan rentetan pertanyaan.

Bar wisuda wis duwe rencono urung cah ayu (Setelah wisuda sudah punya renana belum gadis cantik)?" tanya Pade Alan.

Bar iki yo Valen ngoleti gawe sek (habis ini Valen cari kerjaan dulu), ngirim lamaran online semoga diterima. Valen juga mau liburan di Blora. Boleh, ya, Pade Alan, Bude Yaya?" jawab Valen sambil mengalihkan topik
pembicaraan agar tak dihujani dengan pertanyaan lain--pertanyaan Valen dianggukan oleh keluarga besar.

Kebersamaan yang jarang didapatkan, tawa bahagia, dan mereka tertawa lepas di hari kelulusan Valentina Lady Mirabelle. Suasana yang indah dan sayang untuk dilewatkan begitu saja. Mungkin, foto adalah bukti fisik kalau moment itu pernah terjadi. Namun, bukti sesungguhnya dari sebuah momen adalah sejauh apa kenangan yang tersimpan dan sedalam apa ingatan tentang hari itu membekas.

***

Kota yang Valen rindukan, suasana dan keluarga yang ingin dia temui, makanan yang hanya ada di sana, dan banyak hal lainnya yang tak bisa terungkap lewat kata. Perjalanan jauh pertama Valen seorang diri. Dirinya menikmati hamparan keindahan yang disuguhkan oleh alam. Berkhayal waktu liburnya akan dipakai untuk apa dan ke mana saja.

Sesampainya di terminal Valen mengirim pesan pada Fela. “Fel, tolong jemput aku di terminal, ya? Aku baru sampai tadi.”

Fela yang menerima pesan Valen langsung membalas pesan Valen saat itu juga. “Okay, Mba, Fela elitz meluncur.”

Fela bepamitan kepada orangtuanya.  “Ibune, Bapake, dalem tak jemput Mba Valen sedelo, yo? Jarene, wis nang terminal. Dalem pamit, yo, Ibune, Bapake. Assalamualaikum (Ibu, Bapak, Fela jemput mba valen sebentar, ya? Katanya, udah di stasiun  Fela pamit, ya, Bu, Pak)."

Sing ati-ati, ya, Nduk? Alon-alon gawa motore (Hati-hati, ya, Nduk? Pelan-pelan
bawa motornya),” pesan ibunya.

Setengah jam kemudian, Fela sampai ke stasiun dan menjemput Valen. Selama perjalanan, Fela menceritakan hal menarik dari kota Blora. Valen sibuk menyimak dan sangat tertarik untuk mengetahui lebih jauh.

Valen meminta Fela menemani dirinya liburan dan berwisata di kota indah ini, melepas penat beberapa bulan terakhir yang menguras berbagai macam emosi, otak, uang, dan lain-lain. Fela menerima ajakan Valen begiitu saja karena itu sesuai dengan prinsip Fella. Prinsip Fella adalah “Belanja dan jalan sebanyak mungkin dengan pengeluaran seminim
mungkin.”

***

Rumah zaman dulu yang tenteram dan damai, kayu yang masih kokoh berdiri menopang sisi-sisi dan tengah rumah, ukuran satu ruangan seperti ukuran untuk tiga ruangan jika rumah untuk rumah di perkotaan, serta kenyamanan karena unsur alami rumah Jawa sangat dinikmati oleh gadis kota yang sedang liburan di desa. Napas Valen berderu menikmati embusan angin sepoi-sepoi yang menyentuh raganya, matanya terus memandang area persawahan di dekat rumah Bude Yaya. Hatinya merasa tenang dan pikirannya kembali segar.

Mbak Valen, sido ora siki (Mbak Valen, sekarang jadi enggak)?”  Suara yang tak asing menyapa indra pendengaran Valen.

Sido toh yo Fel, yuh jalan (jadi Fel, yu jalan).”  Kedua gadis itu pamit, lalu menjelajah Kota Blora.

Blora adalah kota yang terletak di Jawa Tengah dengan sejuta pesona dan panorama alam menakjuban dan masih banyak yang tersembunyi. Tak jarang banyak yang belum mengetahui keberadaan Kota Blora. Kota ini juga memiliki spot foto kekinian, goa, sampai waduk yang dapat dipastikan akan memanjakan mata dan membuat pengunjung tak ingin pergi dan haus untuk meng-eksplore Blora.

Fella mengajak Valen menikmati Goa Trawang yang berlokasi di Kedungwungu, Todanan, Kedungwungu, Blora. Goa ini berada di antara hutan jati. Tingginya pohon jati di daerah ini dan angin yang berembus begitu menyejukkan menerpa tubuh mereka. Mereka berjalan kaki dari gerbang masuk, terdapat tempat bermain anak-anak di sisi kiri jalan sebelum sampai tempat tujuan.

Apik tenan rek Goa iki, suasanane yo adem ra panas (Bagus banget goa ini, suasananya adem enggak panas).”  Valen terus menikmati udara segar dan angina yang terus berembus.

Iyo, Mbak. Goa iki cukup terkenal di Blora (Iya, Mbak. Goa ini cukup terkenal di Blora)." Fella menyambung obrolan Valen.

Kaki mungil mereka terus menuruni anak tangga sejauh 15 meter untuk sampai mulut Goa Terawang. Goa Tarawang adalah goa yang memanjang dan terdiri dari lima goa yang saling terhubung satu sama lain. Berawal dari Terawang satu sampai lima pada bagian terdalam.

“Fel, nama Goa Terawang sumbernya dari mana?” tanya Valen seraya memandang langit-langit goa.

“Mbak lihat ke langit-langit coba, Mbak! Dari sana, cahaya alami masuk melalui lubang-lubang alami dengan lebar bervaraiasi. Karena sinar mentari yang masuk itulah goa ini dinamakan goa terawang, Mbak. Lubang-lubang itu berfungsi sebagai ventilasi yang berpengaruh pada sirkulasi udara di dalam sini. Kita juga bisa lihat pepohonan yang tumbuh liar di atas sana, Mbak," jelas
Fella.

“Berarti kita bisa lihat stalaktit dan stalagmit karena cahaya mentari juga, Fel? Kira-kira berapa jarak dari goa terawang satu sampai lima, Fel?” tanya Valen masih penasaran dengan keindahan alam yang sedang dijelajahinya.

“Bisa banget, Mbak. Efek dari cahaya itu bisa membuat stalaktit dan stalagmit terlihat sangat jelas, Mbak. Kira-kira 500 meter, Mba. Ada beberapa bagian goa yang gelap karena tak seluruh cahaya matahari masuk merata. Namun, kita msih bisa mengeksplor sampai goa terawang lima, Mbak.”

“Okay, Fel, ayo kita eksplore sampai foa terawang lima!" ucap Valen lantang yang membuat pengunjung kebingungan dan Fella tertawa terkekeh-kekeh.

Dua jam mereka habiskan untuk menikmati Goa Terawang dengan keindahan yang mempesona, kayu jati yang berbaris rapi, dan angin yang terus berembus dan hal lainnya.

Karena penat Fella mengajak Valen menikmati tempat wisata lain dengan gelagat bisa makan berenang gratis.

“Mbak, ke waduk tempuran, yuk! Di sana juga pemandangannya gak kalah bagus dari di sini,” ajak vella yang dianggukan oleh Valen.

Satu jam perjalanan dari Goa Terawang ke Waduk Tempuran. Valen begitu menikmati suasana di sana saat sampai dan kembali mengulik pesona alam yang indah dan memberikan ketenangan
ini.

“Fel, apa fungsi waduk tempuran selain sebagai destinasi wisata?” tanya Valen.

“Selain destinasi wisata, waduk tempuran ini multifngsi, Mbak, contonya; irigasi lahan pertanian dan lahan perikanan, kadang dipakai untuk pembinaan olahraga dayung, pengembangan kepariwisataan, dan lain-lain, Mbak.” Fella terus mejawab rasa ingin tahu Valen.

“Fel, di sana ada rumah makan, apa makanannya hanya ikan saja?”

Fela tersenyum saat mendengar rumah makan dan Valen mengerti. Namun, berpura-pura tak peka.

“Enggak cuma ikan, Mbak.  Di sana juga ada aneka macam jenis sayur, jus, ayam, bebek, dan masih banyak lainnya, Mbak.” Valen menikmati air yang terhampar di depan matanya.

“Fel, mau makan? Aku lapar nih. Kuy, ah!” Valen bangun dari duduknya lalu menuju rumah makan di seberang waduk.

“Mbak, ikut.” Fella berlari mengejar Valen yang meledeknya.

“janji dulu sama aku, besok kita jalan lagi," ledek valen.

“Asal kaya gini terus aja, ya, Mbak. Kuy, ah, Mbak! Aku lapar.” Fella menarik lengan Valen lembut. Mereka bercanda dan mengobrol seraya menunggu pesanan  datang.

Janji Fella belum lunas untuk mengajak Valen menikmati desinasi wisata kota Blora, dan Valen akan menanti Fella memenuhi janjinya.

Valen melihat kolam renang. Namun, karena tak membawa perlengkapan renang, dia mengurungkan niat untuk bermain di kolam. Hari yang indah di kota yang dirindukan. kenangan hari ini akan terus membekas di ingatan mereka.

Mereka malas untuk berfoto, waktu yang terus berjalan mereka nikmati dengan obrolan, canda tawa tanpa menggenggam smartphone sama sekali.

Hari berganti, detik terlewati, waktu berputar, sesuatu yang sudah terjadi hanya bisa dikenang tanpa bisa diulang kembali. Orang yang terpotret dalam bigkai belum tentu sama di kemudian hari. Maka dari itu, nikmatilah hidupmu, gunakan waktumu sebaik mungkin, dan jalin
kebersamaan bersama orang terkasih karena tak ada yang tahu kebersamaan seperti itu kembali terulang.

*****
August, 13 2019; 08.23 a.m

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top