SALAH KIRIM
Oleh: simbaak
SUDUT ZODIAK
Gemini
(21 Mei-20 Juni)
Gemini dituntut buat berpikir dan mengambil keputusan cepat minggu ini.
Cinta : Seret. Banyak saingan, ati-ati kalah.
Isi dompet : Seret. Lebih seret dari asmara.
Memakan bulatan bakso terakhir dalam mangkuknya, Fila langsung membanting majalah mingguan tak berguna dan paling sok tahu yang baru dibelinya dari tukang koran serta majalah pinggir jalan langganannya pagi tadi.
Menyebalkan!
Benar. Cuma demi majalah berisi omong kosong macam begitu, hari ini Fila bahkan jadi telat datang ke sekolah, terpaksa absen di kelasnya Bu Yosi yang terkenal super killer serta harus menerima hukuman untuk merangkum pelajaran Sosiologi sebanyak tiga bab.
Oh Astaga! Beneran sialan! Sial! Sial, batin Fila terus merutuki nasib naasnya.
Menggeleng-gelengkan kepalanya lesu seorang diri. Dengan malas Fila lalu mengembalikan atensinya guna memandangi permukaan meja kayu di mana di atasnya terhidang semangkuk bakso pesanannya.
Memerhatikan irisan seledri jua daun bawang yang mengambang di atas permukaan kuah bakso tersebut sambil melongo. Fila yang merasa aksinya ini justru bagaikan orang bego pun langsung mendengus keras. Sebelum pada akhirnya mulutnya bergegas untuk menyeruput kuah merah berkat campuran sambal halilintar buatan Mas Tresno yang tadi banyaknya kira-kira ada lah sekitar lima sendok makan.
Menguras isi mangkuk hingga benar-benar kinclongmenggunakan jilatan-jilatan lidahnya. Fila kemudian bersendawa puas sambil mengelap kawasan bibir polosnyadengan punggung tangan.
"A-tuuuh." Fila memeletkan lidahnya yang kepedasaan seraya sesekali mengipas-ngipaskan telapak tangannya ke bagian mulutnya yang tengah menganga selebar gua.
"Hahhh! Teh botol abis, duit abis, perut juga baru mauontheway kenyang. Jangan-jangan tuh majalah emangbener lagi. Nasib gue minggu ini tuh suram," gumam Fila mulai bermonolog sembari melirikkan mata bulatnya untuk memindai area kantin yang siang ini telah cukup lengang.
Mengangkat lengan sebelah kirinya hingga sejajar dengan dada, tampaklah jam hitam cewek itu sudah menunjukkan pukul 11.05.
Oh,ya pantas ajalahudahnggak ada tanda-tanda peradaban yang berarti di kantin. Orang jam istirahat pertama aja hampirabis dalam beberapa menit ke depan, pikir Fila maklum.
Menutup kilat paket Sosiologi yang baru disalinnya sebanyak dua baris, Fila berniat untuk membuat perhitungan pada Yuri—teman sebangkunya,seperjuangannya, seperjombloannya—yang sama sekali tak setia kawan. Meninggalkannya yang sedang bokek, pusing dan bunek seorang diri dalam area kantin yang sunyi ini.
Huh! Awas ajatuh si Yuri!Guebatalin acara nyomblangin dia sama si Sello, alamat jadi jomblo merana-duka-nestapa pasti tuh dia. Nangisbombai-nangis bombaideh dia, hati Fila antagonismengancam.
Fila baru berencana untuk kembali ke kelas demi merealisasikanambisinya guna menyemprot Yuri,sekaligus juga untuk bersiap menghadapi mata pelajaran Matematika favoritnya yang bakal dipandu oleh si guru super ganteng di seantero SMA Pandawa, Pak Jendra. Saat tiba-tiba datanglah Mas Tresno—sang penjual bakso yang tadi baksonya Fila kredit secara terpaksa gara-gara terjadinya kekeringan yang sedang melanda lahan saku seragam Fila—yang tanpa prolog justru langsung duduk di bangku panjang yang berada tepat di depan Fila.
Hmmm. Dia datang bukan buat nagih angsuran pertama, kan yah? Fila bahkan belum genap seperempat jam berutang semangkuk bakso darinya loh.
"Neng Fila? Piyeperuntunganne, Mamas?" Mas Tres bertanya sambil menyangga dagunya sok unyu. Di mana aksinya itu mau-tak mau langsung sukses mengembalikan kadar kesadaran Filake takaran yang seharusnya.
Dan, yah.By theway, saat Fila mengatakan kata 'unyu' ini maksudnya sama sekali bukanlah kalimat ironi. Mas Tresno ini memang cukup unyu. Pasalnya laki-laki berkulit sawo matang yang sayangnya tidak lulus SD itu, tahun ini memang baru saja berulang tahun yang ke-19 di mana artinya Mas Tresno ini hanyatiga tahun lebih tua dari Fila. Nanti sih niatnya kalau menang lotre atau celengan ayamnya penuh, Mas Tres—yang hobi bertanya-tanya soal rasanya jadi anak sekolahan kepada Fila—bakal ikutmengejarpaket A, B sampai C supaya bisa mengubah nasib dan menjelma sebagai calon imam yang rekrut-able. Ya, sedikit-banyak yang Fila dengar dari kebiasaanyangobrol-ngobrol semi curhat bersama Mas penjual bakso tersebut sih begitu.
Dan yah. Balik lagi ke pertanyaan yang disodorkan Mas Tresnopada Fila. Tampaknya Mas Tresno masih penasaran untukmengulik informasi mengenai penampakan hilal jodohnya. Karena setiap Fila membaca ramalan zodiak, Mas-Mas jomblo satu itu terus saja nimbrung.
Halah! Halah!
Fila menyilangkan lengannya di depan dada sebelum mendengus gemas dan menjawab santai, "Yealah. Mas Tres mah enggak cocok baca majalah kayak gini. Mas tuh harusnya baca majalah Playboy!"
"Pai-boi,kiopo?" Mas Tresno sedikit melongo sambil menggaruk hidung besarnya yang Fila duga pasti sama sekali tak gatal.
"Playboy, Mas Tresss!" ulang Fila merasa sedikit gereget lantaran jika menghadapi Mas Tresno yang jawa tulen ini dia kadang malah jadi migren sendiri. Pasalnya laki-laki yang lidahnya susah ngomong dalam bahasa Indonesia ini bahkanskill-nya sama sekali nol besar dalam hal memahamibahasa lain. Comeon! Bahasa Inggris di kuping Mas Tres pasti kedengarannya kayak motor yang kenalpotnya berbunyi 'Prepettttprepetttprepettt'.
"Iyolah, iku. Opo toh?" tanyanya yang untungnya masih paham bahasa Indonesia meski kalau disuruh ngomong Fila sih yakin jikaMas Tres ini justrubakal menggunjang-ganjing serta mengawut-awutkan bahasa nasionalnya.
"Emmm, playboy itu apa yah?" Fila mengetuk-ngetuk dagunya menggunakan telunjuk mungilnya.
"Emm ... oh iya, Casanova!" seru Fila berapi-api sebab berhasil menemukan padanan dari kata playboy yang teramat agung itu.
"Kasanofa? Dirungu-rungu kok yokoyojenenganlengo wangi?"
"Hah?" Ya,kali kalau minyak wangi mah bukan Casanova. "Itu mah Casablanca, Mas Tress!"
"Owalahrapodoae toh?"
Tau ah! Ngomong sama orang klasik emang susah!Nyiksa, dumel Fila merana.
"Jelaslah beda.Play itu artinyamain.Terus boy itu artinya cowok. Jadi playboy itu kayak apa sih itu? Ish! Cowok yang main-main gitulah pokoknya, Mas."
"Oh. Majalahewong tukang gapleh?"
"Apaan?"
"Yo, kui mikijareartine wong lanang sing gek main yo mesti tukang judilah."
"Ihhhh! Bukan itu keleus maksudnya! Tahu ah pusing lama-lama ngeladeninngobrol kamu, Mas. Bikin laper aku balik lagi!" sungut Fila.
"Wesojonesu-nesu kek ngono. Dadinekek opo calon bojone Mas ki?"
"Jelasjodoh Mas Trestuh masih jauhhhhhsuperjauhhhhh. Komunikasi aja masih bikin lawanenek ah!"
"Adohndi karo singkaeyokan?" Mas Tres mengedikkan dagunya ke arah belakang punggung Fila.
Mengikuti arahan Mas penjual bakso tersebut, Fila pun menolehdengan kilat demi mencari tahu maksud Mas Tresno. Dan seketika Fila kontanmembolakankedua matanya.
Asatagadragon, Fila bersorak kaget dalam hati.
Cowok itu ada di sini. Ia berjalan melewati meja demi meja juga kursi di sepanjang lorong kantin. Membuat Fila otomatis melongo akibatterkesimadi posisinya. Bahkan tanpa sadar bokong cewek itu nyaris terangkat beberapa senti dari bangku kayu panjang yang ia duduki sejak lima belas menit lalu agar mampu menyongsong cowok yang sedang melangkah santai ke arahnya. Eh? Cowok itu benar ke arah Fila,kan?
Tapi tunggu! Ke arahnya? Cowok jangkung itu?
Menguasai kembali seluruh nyawanya. Nyali Fila tiba-tiba menciut sewaktu tanpa sengaja sepasang mata bulatnya bertemu pandangan dengan mata sehitam malam milik cowok yang kini hanya berjarak beberapa langkah saja dari posisi Fila.
Fila mendadakingat jika dia pasti tidak mungkin bakal selamat. Benar. Apalagi bila mengingat kejadian dua hari lalu, tepatnya di hari Senin, di mana dia membuat cowok tinggi itu menjadi bahan tontonan seluruh warga SMA Pandawa akibat ulahnya yang sangat memalukan. Pasca tragedi tersebut, Fila bahkan sudah berusaha keras untuk menghindar. Namun, benar kata orang, semakin kita berusaha jauh justru takdir bakal menjebak kita untuk semakin dekat.
Mati. Mati. Mati lo, benak Fila menjerit-jerit.
Jantung Fila bahkan telah berdegub layaknya drum. Memekakan serta menyakitkan di saat yang bersamaan. Lalu, keringat yang harusnya bergulir sewaktu Fila makan bakso super pedas malah baru mengalir sekarang. Otaknya tak bisa berkonsentrasi atau menelurkan ide selain kabur. Akan tetapi, belum sempat kaki pendeknya berayun guna lari seribu langkah. Pergelangan tangannya sudah lebih dulu dicekal dan ditahan. Hingga mau tak mau Fila pun mematung di tempat.
Alamak!
Fila baru melirik lirih ke arah Mas Tres supaya menolongnya ketika laki-laki itu justru angkat tangan serta memilih untuk melipir kembali ke depan gerobak baksonya.
Jahatnyaaaa awas yah nanti kusumpahin jodohnya makin jauh sekalian loh kamu, Mas, ratap Fila.
"Saya nggak akan ganggu. Duduk aja!"
Perhatian Fila kembali terarah kepada cowok itu. Tidak berubah. Suara cowok itu masih tedengar begitu merdu dalam telinga Fila. Terlebih wajahnya, meski kini Fila sedang menatapujung sepatu putihnya yang terkena bekas noda becek gara-gara hujan pagi tadi, tapi cewek itu yakin bila Erlangga Nejasadewo alias Erlan yang dia taksir sejak tujuh bulan lalu masihlah pemuda cakep yang bikin kelepek-kelepek walau dia cuma modal berdiri diam saja.
"Lagian saya nggak akan lama. Saya cuma mau balikin ini," kata Erlan sambil mengangsurkan sepucuk amplok berwarna merah hati. "Punya kamu, kan?"
"B-bukan," cicit Fila begitu berhasil menguasai kebrutalan degub jantungnya. "Ini bukan punya aku," imbuhnya kali ini sambil membalas tatapan Erlan yang teramat menghipnotis.
Erlan menaikan sebelah alisnya tanda bahwa pemuda itu merasa tidak puas akan jawaban dari Fila yang menurutnya tak jujur.
Menyadari situasi janggal tersebut, Fila pun mendesah pelan sebelum berujar tenang mengakui kekalahanya, "Aku, kan udah kasih ke Kak Erlan."
"Tapi, dari yang saya lihat kamu lebih butuh." Erlan meletakkan amplop pink yang dibawanya ke permukaan meja tepat di depan Fila.
Tanpa berniat menambah perkataan yang keluar dari mulutnya dengan arti memperpanjang obrolan bersama Fila. Erlan pun memutar kakinya dan berbalik. Namun, satu detik berselang cowok itu justru kembali menghadapkan tubuhnya ke arah Fila.
Memasukkan telapak tangan ke dalam saku celana abu-abunya, Erlan lantas berucap santai, "Oh, iya. Jangan sok kenallah sama saya."
Jangan sok kenal, katanya? Gimanague bisa pura-pura muka tembok kalau kami selalu seatap entah itu di rumah maupun di sekolah, hati nurani Fila tidak terima.
"Dan berhenti ngutang di kantin, pakai aja amplopnya." Erlan mengedikan dagu pada selembar benda yang tergeletak di hadapan Fila. Sebelum kaki panjangnya menuntun tubuh tegap tersebut guna menjauh. Hilang dari pandangan Fila.
"Hah?" Fila membeo sejenak. Tangannya lalu bergerak cepat untuk membuka sebuah amplop merah muda. Di mana penampakan maha dahsyat langsung menghantamnya telak.
Astaga!
Itu adalah uang lima ribu rupiah beserta tulisan cakar ayamnya, terlihat begitu familiar. Dengan kalimat yang terbaca: 'Dear Kak Erlan, calon imamku. Calon ayah dari anak-anakku. Calon menantunya Bapak Herlian. Calon jodoh masa depan yang pasti bakal direstui Tuhan. Mau yah sekarang kita pacaran dulu?'
Rafila Syahira yakin bila dia telah membuang surat dari uang tersebut ke tong sampah sebelum dia ganti dengan selembar kertas berisi puisi.
Lalu, bagaimana bisa isinya berubah? Agaknya ada biang kerok di kelasnya. Seseorang yang ingin Fila malu di depan Erlan. Hmmm tapi siapa?
TAMAT
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top