Lingkaran Takdir Yuno Yukki

Oleh: Pethra_Trayeth


"Yukki, Yukki, Yukki, Yukki, Yukki..." setidaknya tiga ribu kata per hari, Yuno melafalkan nama Yuki. Cowok idamannya, pujaan hatinya, pucuk mimpinya, hamparan landai benih cintanya. Oh Yuno yang gila dan merana karena Yuki. "Yukki, Yukki, Yu—"

Berawal dari enam bulan yang lalu, saat awal tahun ajaran baru SMP Sakurami, suatu ketika Sensei memberikan tugas yang asing di kelas. Yuno meratapi selembar kertas terkutuk itu di atas meja kelasnya. Wajahnya suram, diliputi keraguan dan amarah frustasi.

Tugas yang seharusnya mudah, malah menahannya lima jam di kelas hingga sore hari lantaran belum selesai. Pada kertas bertuliskan sebuah kalimat pertanyaan yang membuat gila:

APA YANG INGIN KAU LAKUKAN DI MASA DEPAN?

Yuno terkejut ketika mendapati anak laki-laki di ujung depan kelas—nampak juga kebingungan dengan tugasnya.Lha? Yukki, kupukir aku satu-satunya yang massih belum pulang.

Karena penasaran, Yuno pun menghampiri Yukki.

"Kau menulis apa?" Tanya Yuno.

"Eh, anu..." Yukki tak sempat menyembunyikan kertasnya ketika Yuno menariknya.

"Hmm," Yuno mengernyit. "Melihat bintang bersama Ibu dan Ayah?" Bacanya kalem.

"Aku tahu ini konyol, aku tak akan memperlihatkannya pada Pak Sensei." Yukki meraih karet penghapus dan mencoba menggesek kertasnya, namun tiba-tiba lengan Yuno memegang tangan Yukki.

"Jangan," kata Yuno, "biarkan saja."

Yukki sejenak terdiam, "Sebenarnya, orangtuaku bercerai beberapa bulan yang lalu. Jadi ini tidak akan terwujud, aku tidak punya keluarga. Setidaknya kami terpisah jauh... ah, kenapa aku lancar sekali—lupakan saja, bukan urusanmu. Maaf, Gomen, gomen."

Yuno tersenyum hangat, tapi Yukki tak melihat itu. Yuno meraih pensil dan menulis pada kertas Yukki, "Begini saja, aku akan menikah denganmu nanti di masa depan, jadi aku akan menjadi keluargamu. Bagaimana?"

"Hm, boleh saja." Jawab Yukki gamblang.

"Janji?"

"Janji."

Yuno kembali tersadar dari lamunannya, saat ini luka irisan pisau di tangannya masih berdenyut perih. Saat ini dia sedang terbaring di ranjang.

Yukki... cepatlah datang Yukki. Sudah berapa lama Yuno berdiam di UKS, pada jam makan siang tadi Yuno sengaja melukai tangannya sendiri, semua demi mendapat perhatian Yukki. Namun Yukki tak kunjung datang.

Semua sudah direncanakan Yuno. Hari ini giliran Yukki tugas piket, jikalau ada apa-apa pastilah para guru akan menugaskan Yukki untuk menjaga ruang UKS di sini. Dan benar saja, tak lama pintu pun bergeser. "Permisi," sapa Yukki.

Eh? Yukki! Itu dia, aku akan melahapnya! Maksudku mencintainya... aduh, oh dewa—

"Yukki" erang Yuno tidak sabar.

"Yuno, aku bawakan obat dan minuman ini untukmu, perawat sekolah tadi memintaku membawakannya ke sini jadi..."

"Terimakasih Yukki, aku merasa baikan sekarang." Kata Yuno seraya menyeka dahinya yang basah karena keringat.

Kemudian Yukki berbalik dengan agak canggung, tangannya nyaris memutar gagang pintu ketika Yuno mengerang.

"Kyaa Yukki!"

"Yuno, ada apa?" Kata Yukki.

"Jangan pergi, aku takut ada hantu di sini." Kata Yuno dengan pupil mata berkaca-kaca seperti gambar anime 3D.

Yukki menghela nafas, lalu duduk di kursi di dekat ranjang Yuno. "Lenganmu sepertinya sudah tidak berdarah, ngeri juga sampai harus dijahit. Kau ini ceroboh sekali ya Yuno."

Gadis berampung pink berkuncir itu merona merah. "Astaga Yukki, kau memang sangat perhatian." Lalu dia berbisik pelan. "Aku mencintaimu sayang." Dan Yukki tidak bisa mendengarnya.

Hm, Yukki. Aku akan menguji imanmu! Batin Yuno, dia menyeringai buas dalam hati.

"Di sini panas sekali," gumam Yuno pelan dengan mata terpejam karena lelah. Perlahan jemari telunjuknya mengait ujung rok sailor sekolahnya, dia menariknya perlahan. Menyingkap tungkainya hingga ke atas paha.

Yukki langsung beringsut mundur. "Yu, Yuno! Apa yang kau lakukan?"

"Maaf yukki, maaf... tapi di sini gerah sekali." Dalam hati Yuno berkata, Kena kau Yukki.

Yuki memalingkan tubuh dengan wajah memerah.

Anak lelaki itu kemudian dikejutkan oleh Yuno karena tiba-tiba Yuno merangkulnya dari belakang, memeluknya dan embusan nafasnya hangat di leher Yukki.

"He, hentikan Yuno!" Anak lelaki itu langsung melepaskan rangkulan Gadis itu dan segera terbirit-birit lari ke luar UKS.

"Tunggu Yukkiii," panggil Yuno, tapi anak lelaki itu telah membanting pintu: mata Yuno menjadi merah dan berair lalu dia berteriak frustasi, "Aku hanya ingin mengobrol saja! Yukkiiii... Yukkiii..."

Dan hari itu menjadi galau karena rencana Yuno mendekati Yukki gagal.

Pagi yang cerah, seperti biasa Yuno berangkat ke sekolah, meskipun cuca dingin dan dia harus berhati-hati agar angin tidak menyibak roknya ketika lewat berjalan di antara anak-anak lelaki yang bermain bola di halaman sekolah, Yuno selalu merasa senang setiap hari. Hari ini aku akan bertemu Yukki.

Sambil bersenandung dalam hati dia menyanyikan lagu ciptaannya sendiri sebagai wujud pengekspresian perasaannya saat itu. "Aku bernafas, untuk Yukki... aku jalan kaki, untuk Yukki... aku beli katsudon goring, untuk Yukki... aku hari ini ke sekolah, untuk Yukki... aku—" lalu tiba-tiba sorot matanya menjadi tajam, suaranya menjadi serak basah, "Aku akan membunuhmu, untuk Yukki... aku akan menggorok lehermu dengan gunting, untuk Yukki... ku kuliti kau, untuk Yukki.... Heh heh, Yukki..."

kembali Yuno tersadar dari lamunannya, lantaran sebuah bola kaki memantul di kepalanya. Sekarang rambutnya jadi berdebu, Yuno mendengus kesal dan memungut bola itu dari tanah. Dia melihat sekeliling.

"Hei, oper bolanya ke sini." Kata salah satu anak yang ikut bermain bola.

"Huh," menyebalkan sekali pikir Yuno. Dia baru saja terganggu ketika sedang memikirkan Yukki.

Gadis itu mengambil ancang-ancang. Siap melempar bola dan melakukan tendangan bebas. Tiba-tiba dua sosok familiar mengalihkan lirikan matanya, Eh, itu kan?

Dia tak sengaja melilhat Yukki dan ketua kelas Asuna, berjalan beriringan bersama Yukki, mereka tertawa-tawa begitu akrabnya. Yukki! Dia belum pernah seakrab itu bersamanya, ini tidak adil! Ini tidak boleh!

Karena perhatian yuno teralihkan, tendangannya meleset, dia jatuh berdebam di tanah kering dengan bokong terhempas keras. "Aduuh... sa, sakitnya." Dia menggerutu perlahan sambil bangkit menepuk-nepuk belakang roknya yang kotor.

Suasana hening, tiba-tiba semua orang menatapnya.

Dalam hitungan mundur tiga detik, semua orang tertawa, menertawakannya. Yuno langsung berlari ke dalam lorong sekolah demi menjauhi suara-suara tawa yang membuatnya malu itu. Namun yang paling mengganjal di kepalanya adalah Asuna. Gadis itu, beraninya dia mendekati Yukki.

Yuno berada dalam tong sampah gelap yang setengah penuh, bau asam sampah organik busuk menusuk hidungnya, padahal dia sudah menjepit hidungnya dengan penjepit jemuran baju yang dia temukan di aula makan sekolah. Walau menahan sakit jepitan di hidungnya itu, tak menyurutkan semangat Yuno untuk mengintip pergerakan Yukki pujaan hatinya yang saat ini sedang dicuri oleh Asuna.

Tenanglah Yukki, aku akan mengambilmu kembali.

Terlihat Yukki di balik kolong lubang tong sampah itu, sedang makan bekal bersama.

"Asuna, ada apa?" Kata Yukki yang tertahan ketia akan menyuap bola nasi.

Asuna gadis monyet itu (Sebenarnya dia manis, Yuno sangat membencinya), dia terlihat menunduk dan sedih ke arah kotak bekalnya.

"Ibuku membuat bubur kacang merah," jawab Asuna lesu.

"Kenapa? Kau tidak suka ya," kata Yukki, "oh iya, kita bisa bertukar makan siang kalau kau suka."

Asuna nampak terkejut ketika Yukki menyodorkan kotak bekalnya. "Bukan begitu... aku hanya, aku membawa sumpit tapi seharusnya aku membawa sendok."

Yukki memang baik, pikir Yuno. Pasti Yukki akan menolongnya. Dahi Yuno berkerut, matanya menyala merah dari balik titik cahaya tempat Yuno mengintip di dalam tong sampah itu.

Dan benar saja, Yukki menawarkan memakai sendok bergantian dengan Asuna. Hal itu membuat Yuno mati rasa. Yukki, jangan. Erang Yuno dari dalam hati.

Namun ternyata tingkah Asuna si gadis ular itu (Sebenarnya Yuno sendirilah yang lebih layak dikatakan gadis ular, lihat saja dia berada dalam tong sampah dengan kulit pisang menempel di pipinya tanpa rasa jijik sedikitpun demi Yukki) masih belum sampai di situ.

Dia meminta Yukki menyuapinya, Menyuapinya! Kurang ajar sekali, padahal Yuno belum pernah sekalipun disuapi oleh Yukki, padahal dia lah yang seharusnya menjadi wanita pertama yang disuapi Yukki, dia adalah calon istrinya di masa depan. Setidaknya begitu yang dianggap Yuno.

Tiba-tiba intensitas naik lagi, ketika Yukki akan menyuapi Asuna untuk yang kelima kalinya, seorang anak lewat membawa tas besar dan menyenggol kepala Yuki hingga kepala mereka berantukan. Asuna memegangi bibirnya yang berdarah karena bertubrukan dengan bibir Yukki.

"Asuna, maaf aku tidak sengaja." Yukki buru-buru mengeluarkan lap kain.

He he he, bagus. Dengan begini pasti Asuna akan marah. Yuno menunggu, menunggu Asuna murka dan menempeleng Yukki. Jadi dia bisa pergi ke sana dan mengelus pipinya Yukki yang merah karena bengkak. Pasti Yukki akan lebih menghargainya kali ini.

Namun nasib berkata lain, Asuna malah tersenyum ramah. Dan ternyata mereka tidak berkelahi seperti yang diharapkan Yuno.

Yuno terdiam di dalam tong sampah itu, matanya menjadi panas, air mata mengumpul di kantung mata, lalu mengalir hangat sampai ke dagu. Hiks, hiks... Yukki...

Itu seharusnya menjadi ciuman malam pertama untukku.

...

Tiba-tiba setan mengambil alih jasadnya, sorot matanya tersirat garis cahaya kebencian. Namun dia menyeringai seperti serigala. He he he, gadis itu berani mencuri dariku, dia mencuri ciuman pertama Yukki yang seharusnya milikku. Akulah yang akan menikahinya, aku akan menikahi Yukki!

Akan kubunuh kau Asuna!

Sore itu, Yuno berjalan berpapasan dengan Yukki di lorong sekolah. Yuno berjalan dengan seringai. Yukki menatapnya dengan aneh dan agak risih.

"Yukki." Panggil Yuno.

"Y, Yuno—hai" balas Yukki terbata.

Setelah itu Yuno mengintip Yukki hingga dia mengambil sepeda di parkiran dan dipastikan telah meninggalakan sekolah.

Yuno berjalan menyusuri kelas, hingga dia berdiri di depan pintu kelas kesenian. Terdengar suara piano dari dalam sana. Itu adalah suara Asuna, tidak salah lagi, Gadis sialan itu berlatih untuk perlombaan yang sedang diikutinya. Dan dia sendirian sekarang.

Yuno menarik gagang pintu. Pintu terbuka.

Asuna menghentikan permainan pianonya. Dia menoleh kearah Yuno dengan wajah bingung. "Siapa kau?" Tanyanya.

"Sini, sini, aku punya hadiah untukmu," Kata Yuno memanggilnya dengan polos dan wajah berseri.

Melihat keramahan Yuno, Asuna pun walau canggung beranjak berdiri dan mendekati Yuno. "Apa maksudmu? Kau mau memberiku apa? Kau bukan dari anggota kesenian bukan?"

"Memang tapi akhir-akhir ini aku memikirkanmu," kata Yuno.

"Oh, ahaha, fans ya? Aduh, tidak menyangka ternyata bisa ada juga yang mendengarkan permainan musikku." Asuna nampak senang.

"Benar," jawab Yuno dengan nada lebih rendah. Bayangan gelap menaungi kedua matanya. "Ini untukmu."

Yuno menyerahkan setangkai bunga mawar merah.

"Terimakasih," Asuna mengendus bunga itu sesaat lalu sebelum dia sempat mengatakan sesuatu kepalanya menjadi pusing. Tak perlu waktu lama hingga dia jatuh terkapar di lantai. Sayup-sayup dia melihat Yuno menjulang di atas, di tangannya tergenggam sesuatu seperti suntikan injeksi.

Sebelum dia melihat sosok Yuno melakukan sekelebat gerakan, Asuna hilang kesadaran.

"Yukki," Yuno berjalan bersama Yukki menuju sekolah, "Sudah lama kita tidak seperti ini ya?"

"Bicara apa kau Yuno, kita hampir setiap hari pulang bareng, itupun Karena kau mengejarku." Tukas Yukki.

"Tenang saja Yukki, aku pasti akan menjadi istrimu yang terbaik di masa depan." Kata Yuno seraya berlari mendahului Yukki, dan ternyata tujuannya adalah untuk memungut pecahan beling botol yang setengah tertanam di tengah jalan.

Selanjutnya Yuno setengah sadar bergumam, "Gadis itu tidak akan mengganggumu lagi, aku tidak akan membiarkan!"

Yukki terlihat berlari menghampiri, rambut lebatnya berkibar di terpa angin pagi. "Hei Yuno, jangan lari, aku kan jadi capek—eh kau bergumam apa tadi?"

Yuno menggeleng sambil menaruh kedua tangan ke balik pinggulnya, "Gak ada apa-apa."

Mereka pun berjalan beriringan.

Tiga minggu yang lalu.

Setelah meracuni Asuna dengan suntikan beracun yang mengandung virus Aids juga HIV. Yuno tidak puas karena Asuna belum segera mati dan masih bernafas dirawat di rumah sakit setempat.

Suatu ketika Yukki mengunjungi Asuna seperti rutinitasnya setiap sabtu. Dia dan Asuna begitu akrab. Namun hari itu berbeda, Yuno telah bersembunyi di bawah ranjang Asuna. Dia di sana selama dua hari penuh tanpa makan dan minum, hanya mengawasi dan mendengarkan untuk menunggu saat tepat untuk membunuh Asuna.

Yuno tak bisa menunggu penyakit Asuna lebih lama lagi untuk membunuhnya, sudah berminggu-minggu Asuna belum juga mati. Jadi dia kali ini akan menggorok Asuna dengan tangannya sendiri.

Selain itu, dia masih saja merampas Yukki darinya, padahal sudah sekarat!

Tengah malam sunyi di ruangan kelas menengah rumah sakit tempat Asuna terbaring. Yuno keluar merangkak dari bawah ranjang Asuna tanpa bunyi. Matanya berkilat, deretan giginya menggeram seperti binatang.

Di tangan kanan Yuno, dia memegang pisau bedah yang setebal pisau dapur dan setajam silet. Karena aura kelam dan nyamuk membangunkan Asuna dari tidur nyenyaknya. Untuk sesaat terkahir kali dia menyaksikan Yuno di hadapannya. Yuno sang malaikat pencabut nyawanya.

"Mati!" Yuno menikam perut Asuna dan perut ramping menyemburkan darah ketika pisau dicabut.

Yuno menikam lagi, menimbulkan lubang-lubang baru di bagian lain perut Asuna. Bahkan dadanya juga terbelah-belah dengan brutal.

Mati!

Asuna nampak kesakitan tapi tak bisa bersuara dia hanya pasrah Yuno melakukan itu padanya.

"Kau telah mencuri Yukki dariku!" Setelah berkata demikian dalam suara serak basah yang mengerikan, Yuno menekan dahi Asuna. Dia lalu menyayat leher Asuna dan menggoroknya seperti menggorok sapi. Darah mengucur bagai keran, seketika Yuno pun berlumuran darah ASuna.

"—akulah yang akan menikahi Yukki!" Erang Yuno.

"Hahahahahahahahahahaha.... AHA HA HA HA HA HA." Yuno tertawa ketika mulut Asuna mangap-mangap tak bisa bersuara dengan tenggorokan terbuka dan perut menganga karena telah disayat.

"AHahahahahahaha..." Yuno tertawa gila.

Tak sampai di situ tindakannya, Yuno memasukan lengannya ke dalam lubang perut Asuna, dia lalu menarik usus Asuna dan membiarkannya tercecer di lantai. Asuna kesakitan, urat-urat di wajahnya menegang jelas, namun dia tak bisa bersuara lagi bergerak. Jadi Yuno menyiksanya dengan menarik ususnya dan membiarkannya mati sendiri.

Tak lama setelah puas membunuh Asuna. Dia mencuri pakaian dokter dan kabur dari sana tanpa ketahuan sama sekali. Termasuk kamera CCTV juga tak mengenalinya.

Dan semua itu terbayarkan, Yuno kembali mendapat perhatian dari calon suami masa depannya yang diidam-idamkan Yuno.

"Ayo cepat, sudah hampir lonceng berbunyi." Kata Yukki, mengabaikan sikap aneh Yuno yang memungut pecahan beling di tanah ketimbang berterimakasih.

"Baik." Jawab Yuno, kemudian dia berlari kecil mengikuti dari belakang.

Yukki, kita akan bersama selamanya. Apakah kau tahu bahwa: ini adalah: adalah Lingkaran Takdir Yuno dan Yukki.

Biodata Penulis

Nama : Ronady

Wattpad : @Pethra_Trayeth

Line : @young_wizard

50%' ~8{%

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top