TEMAN TERISTIMEWA #1

Jumat siang dengan panas matahari yang terik, menyengat kulit, aku berjalan menuju sekolah. Sebagai seorang pelajar yang baik, aku pun harus mengikuti aturan sekolah yang sudah diterapkan. Aturan itu sudah ada sejak bahkan sebelum aku lahir, aku yakin itu karena umurku jauh lebih muda dari umur sekolahku. Bisa dibilang aku baru menginjak usia remaja sedangkan sekolahku sudah tergolong dewasa. Hehe.

Salah satu aturan itu adalah kegiatan ekstra kurikuler yang wajib bin harus diikuti oleh semua siswa, apalagi kalau bukan PRAMUKA. Tak ada pengecualian walaupun siswa tersebut anaknya guru atau kepala sekolah sekali pun. Eh, tapi kalau sakit bisa dibilang pengecualian kok. Tapi siapa juga ya yang mau sakit? Readers mau? Kalau aku enggak deh, makasih banyak.

Hufht, kalau ini bukan ekstra wajib, aku pasti memilih di rumah nonton TV siapa tahu bisa lihat idolaku, ALIANDO yang cakep itu... atau mending aku tidur, ah kalau tidak ya main aja ke rumah teman dari pada ke sekolah. Tapi mau gimana lagi?

"Fir....!" Panggil Rifa saat aku baru menginjakkan kakiku di depan pintu gerbang sekolah. Aku langsung menghampirinya. Ternyata hanya tinggal Erika saja yang belum nongol di antara kami.

"Erika mana? Kok tumben belum datang?" tanyaku, entah aku tujukan ke siapa.

"Gak tahu nih. gak biasanya juga." Jawab Via. Beberapa detik kemudian....

"Hei.... Sorry ya aku telat." Ucap Erika yang tiba-tiba ada di belakangku. Dia masih mengatur napasnya yang tersengal. Sepertinya dia lari saat menuju ke arah kami.

"Tumben nih...?" tanya Rifa.

"Iya, tadi ban motorku bocor. Jadi pinjam motor kakak. Eh terpaksa deh nunggu kakak pulang. Ih kirain aku udah telat." Jawabnya masih dengan napas agak memburu.

'Adik-adik semuanya harap segera berkumpul menuju sumber suara! Berbaris dengan rapi sesuai kelas masing-masing. Dalam hitungan kelima semua harus sudah berbaris. 1... 2....'

Pengumuman itupun sontak membubarkan anak-anak yang sedang bercengkrama. Kegiatan pramuka hari ini berakhir lebih awal dari biasanya karena agendanya hanya pembentukan regu dan pengumuman acara Kemah Perkenalan Antar Siswa yang wajib diikuti oleh semua siswa. Namun, jika ada wali murid yang tidak mengizinkan anaknya mengikuti kegiatan kemah, juga diperbolehkan asal mengisi surat penyataan yang telah dibagikan dan harus mengumpulkannya dua hari sebelum hari pelaksanaan.

Kemah kali ini sungguh terasa berbeda. Jika setiap kemah sebelumnya hanya menampilkan puisi dan karaoke menyanyi, pentas seni acara tahun ini adalah kitchen band. Setiap regu terdiri dari siswa putra dan putri yang harus membawakan sebuah lagu yang telah diundi. Lagu-lagunya bertemakan persahabatan seperti Kepompong, Laskar Pelangi, Walau Habis Terang, dan apalagi ya aku lupa.

Sebelum acara diakhiri, setiap regu diberi kesempatan 30 menit untuk berdiskusi, pembagian tugas untuk masing-masing anak. Selesai berdiskusi kami diperbolehkan pulang. Namun, tidak dengan kami. Aku, Erika, Rifa, Via dan April memutuskan untuk ngerumpi dulu, membahas siapa saja anggota kelompok kami dan dapat lagu apa untuk kitchen band. Ya, aku dan April satu kelompok, Erika dan Via pun begitu, hanya Rifa yang terpencar dari kami. Padahal kami menginginkan untuk jadi satu kelompok.

Saat sedang asyik ngobrol, tiba-tiba datanglah lima ekor eh maap, cogil alias cowok gila menghampiri kami. Siapa lagi kalau bukan Rizal, Kurnia, Rifky, Mario dan Kemal. Mereka ikutan nimbrung ngerumpi juga nih. Ternyata mereka juga tidak bisa satu kelompok. Rizal, Rifky dan Mario bergabung dalam satu kelompok sedangkan Kurnia dan Kemal harus terpisah dari mereka bertiga. Eits... kalau dipikir-pikir kok pas ya? Lah si Rifa mencar sendiri dari geng cewek terus si Kurnia juga mencar dari sohib karibnya Rizal dan Rifky. Jodoh kali ya mereka? Hehe.

Setelah dirasa hari pun beranjak sore, kami memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing. Iyalah, masa iya aku ikutan ke rumah Rizal? Belum resmi oei....

--- II ---

Kami hanya mempunyai waktu 2 minggu sebelum acara kemah. Kami harus berkoordinasi dengan anggota kelompok untuk memastikan persiapan kemah jangan sampai ada yang tertinggal. Kami pun tak melepaskan kesempatan itu. Saat istirahat kami bersepuluh pun berpencar mencari anggota kelompok kami masing-masing. Namun, hal itu tidak membuat kami menjadi renggang walaupun kami jarang berkumpul bersama.

Salah satu dari kakak panitia memberi kami (lima cewek kece plus lima cowok gila) tugas tambahan untuk pentas seni nanti. Jadi kami juga harus latihan setiap sorenya agar penampilan kami nanti tidak mengecewakan juga memalukan. Apalagi, kemah ini juga diikuti oleh sekolah lain yang masih satu daerah dengan sekolahku. Harga diri juga martabat dipertaruhkan kan kalau kaya gini? Kira-kira apa yang nanti akan kami persembahkan untuk menghibur peserta kemah? Tetap ikuti cerita ini yaa....

"Gimana persiapan kelompok kamu Er?" tanya Rifky saat kami sedang berkumpul di suatu sore.

"Ah kelompok Erika pastilah udah beres." Jawab Rizal.

"Iyalah, orang ketua regunya galak " Ucap Kurnia yang langsung mendapatkan pukulan dari Erika. Yang lain pun ikut tertawa melihat aksinya.

"Iyalah. Aku gitu loh?" jawab Erika dengan pedenya.

"Kelompok kalian sendiri gimana?" tanyaku.

"Eh yang kamu tanya siapa nih Fir?" Aku apa Abang Rizal-mu ini?" tanya Kurnia menggodaku.

"Iya, kalian semua." Jawabku dengan malu.

"Kalau kelompokku gak tahu deh. Mereka susah banget diajak ngumpul." Jawab Kurnia, putus asa.

"Santai aja deh Kur. Besok aku bantuin deh ngumpulin anggota kelompokmu." April menyahut, menawarkan bantuan.

"Beneran ya?" tanya Kurnia berseri-seri.

"Emang anggota kelompokmu siapa aja?" tanya April lagi.

"Lupa." Jawab Kurnia cengengesan sambil menggaruk kepalanya yang banyak ketombe itu.

"Huuuu... dasar ketua kelompok kok gak tahu anak buahnya siapa aja." Lagi, Erika memukul Kurnia.

"Kaya aku gini dong?" Ucap Rizal menghentikan cibiran kami pada Kurnia.

"Heleh, Zal, Zal. Kelompok kita belum pernah ngumpul kali." Jawab Mario.

"Iya kan kamu yang nulis dulu siapa nama anggota kelompok kita. Jadi aku kan gak tahu siapa aja mereka." Rizal membela diri.

"Hahaha..." kami pun tertawa mendengar debat mereka.

"Coba deh Rio ingat-ingat siapa aja anggota kalian." Rifa mencoba mengajak berdiskusi.

"Yang jelas aku, Rizal, Rifky, terus.... Siapa ya? Kemal...." Jawab Mario.

"Eh enak aja, aku kelompoknya Kurnia kali." Jawab Kemal tak terima.

"Ahaha... Rio main ngaku-ngaku aja." Tawa kami pun pecah sedangkan Rio hanya tersenyum malu.

"Udah ah yuk kita lanjut latihan. Lusa udah kemah nih." ajak Erika menyudahi ledekan kami pada Mario.

--- II ---

"Fiir..." Kudengar suara cowok memanggilku, menghentikan langkahku yang hendak pulang. Saat aku menoleh, eh ternyata si abangku tersayang.

"Kita disuruh gladi dulu sekalian cek sound." Ucapnya saat sudah ada di depanku.

"Di mana?" tanyaku.

"Di sini katanya. Nunggu April sama Mario juga." Jelasnya.

"Oh... lho kok cuma kita berempat? Emang yang lain nggak?" tanyaku tak mengerti karena di sekolah hanya tinggal kami berempat dan beberapa kakak panitia yang sedang menyiapkan tempat.

"Iyalah, ini kita latihan yang nyanyi itu. Kitchen bandnya gak usah." Jawabnya lagi.

Tak berapa lama kami berempat pun latihan di bawah terik panas matahari, karena kami latihan di halaman sekolah, tempat untuk pentas seni nantinya.

"Gimana sih Zal kok belum hafal? Kan cuma dua baris?" tanyaku khawatir karena tinggal beberapa jam lagi kami akan tampil.

"Udah nyantai aja. Nanti malam pasti hafal." Jawabnya meremehkan.

"Iya nih, Rio juga belum hafal." Ucap April dengan agak sewot.

"Sulit ya nyanyiin lagu berbahasa Inggris itu." Jawabnya membela diri.

"Pokoknya gak mau tahu nanti malam harus bisa, kita gak boleh mengecewakan." Ancam April.

"Beres. Nyantai aja. Puasa gak boleh emosi." Jawab Rizal.

"Kalian yang bikin emosi." Jawab April lagi.

"Udah udah ah ayo kita pulang. Nanti jam 3 kan harus balik ke sini lagi." Aku mengajak mereka untuk pulang. Terus terang aku ingin tidur sebentar. Biar nanti waktu tampil bisa fresh.

--- II ---

Jam tanganku menunjukkan pukul 15.30. anak-anak sudah pada berdatangan mencari kelompok mereka masing-masing. Aku pun begitu, masih menunggu kedatangan April, membuatku cemas dan takut kalau dia tidak datang karena tadi siang sebelum pulang dia mengeluh pusing dan badannya agak demam.

Seruan dari sebuah speaker pun membuat siswa yang sudah berdatangan berlari ke lapangan utama untuk berkumpul dengan anggota kelompok masing-masing. Saat aku mengabsen anak buahku tiba-tiba April sudah berdiri di sebelahku. Uh... akhirnya dia datang juga. Kami diberi waktu 30 menit untuk mendirikan tenda dan merapikan barang bawaan kami masing-masing. Masih sibuk dengan tenda tiba-tiba terdengar pengumumn kembali bahwa kami harus mengikuti upacara pembukaan kemah. Dengan tergesa-gesa aku mengajak beberapa anggota kelompok untuk mengikutinya dan membiarkan beberapa anak lagi membereskan tenda kami yang belum selesai terpasang dengan sempurna.

Upacara pembukaan selesai, kami diberi instruksi supaya mengambil air wudhu dan bersiap melaksanakan jamaah sholat maghrib. Selesai sholat kami pun dibebaskan dari kegiatan sampai waktu menjelang isya'. Namun, ada beberapa anak yang dikumpulkan panitia di lapangan utama untuk persiapan acara api unggun. Saat aku mendengar namaku dipanggil aku segera berlari keluar tenda untuk menuju lapangan utama, sialnya, karena kecerobohanku tendanya jadi rubuh menimpaku seketika. Aduh maaaakkkk... pusing juga nih kepala. Setelah anak-anak yang lain dan salah satu kakak panitia pendamping menolongku, aku langsung berlari ke lapangan utama untuk mengikuti latihan upacara api unggun.

Adzan isya' pun berkumandang. Lagi dan lagi panitia menyerukan bahwa kami harus segera mengambil air wudhu dan menjalankan ibadah sholat isya' berjamaah di ruangan lantai dua yang sudah dipersiapkan. Selesai sholat isya', upacara api unggun pun dimulai, kali ini yang jadi pemimpin adalah Rizal.

Saat api dinyalakan, angin pun tak mau berdiam diri. Dengan kencangnya ia berembus membuat api pertama yang menyala padam seketika dan itu artinya kami harus menunggu beberapa saat, ketika angin sudah mulai tenang, barulah kami mencoba menyalakan api lagi dan berhasil... sampai janji TRI SATYA dan DASA DHARMA selesai diikrarkan.

Acara yang dinantikan pun akan segera terlaksana. Setelah kakak-kakak juri duduk di kursi panasnya, Kak Tyas pun memulai acaranya dengan memanggil REIZUHFA kitchen band. Kami pun segera menuju ke tengah lapangan dengan membawa alat-alat dapur yang kami perlukan seperti galon air, mangkuk, sendok, panci dan beberapa kaleng biscuit bekas, bahkan alat penggorengan lengkap dengan bola tennis yang diberi pegangan dari kayu dijadikan pengganti stik drum. Kami pun segera duduk membentuk setengah lingkaran dengan posisi aku berada di tengah-tengah antara Rizal dan Kurnia, karena setelah aku nyanyi nanti di bagian reff Rizal juga ikut nyanyi jadi otomatis aku mendapat tugas membawakan mic untuknya karena dia sendiri menabuh galon air kesayangannya. Sedangkan Erika dan Via berada di ujung barisan sebelah kiri diikuti Kemal. Di ujung barisan sebelah kanan ada Rifa, April dan Mario juga Rifky. Setelah Kurnia memberi intro dengan mengetukkan sendoknya pada sebuah kaleng biskuit bekas, kami pun mulai menyanyikan lagu "KITA dari Sheila on 7" sebagai lagu pembuka.

(April, Erika, Rifa, Via dan aku)

Di saat kita bersama

Di waktu kita tertawa menangis merenung oleh cinta

Kau coba hapuskan rasa

Rasa dimana kau melayang jauh dari jiwaku juga mimpiku

Biarlah... biarlah... hariku dan harimu...

Terbelenggu satu oleh ucapan manismu..

Reff : (April dan Rizal)

Dan kau bisikkan kata cinta

Kau telah percikkan rasa sayang

Pastikan kita seirama

Walau terikat rasa hina

(Aku, Erika, Via, Rifa)

Sekilas kau tampak layu

Jika kau rindukan gelak tawa yang warnai lembar jalan kita

Reguk dan reguklah mimpiku dan mimpimu

Terbelenggu oleh satu ucapan manismu

Back to reff 2x (April dan Rizal)

(Semua)

Dan kau bisikkan kata cinta

Kau telah percikkan rasa sayang

Akankah kita seirama

Saat terikat rasa hina

Suara tepuk tangan yang sangat meriah menyambut selesainya penampilan kami. Itu artinya kami juga harus bersiap untuk ikut tampil lomba kitchen band dengan kelompok kami masing-masing.

Dan acara pentas seni kitchen band malam ini pun ditutup dengan penampilan dua pasang sejoli siapa lagi kalau bukan April dengan Mario feat Rizal dan aku, yang akan berkuartet menyanyikan lagu "RIGHT HERE WAITING FOR YOU milik Richard Marx"

Suara tepuk tangan terdengar saat April muncul menyanyikan bait pertama lagu ini.

(April)

Oceans apart day after day

And I slowly go insane

I hear your voice on the line

But it doesn't stop the pain

Tepuk tangan kembali terdengar saat Mario berjalan menghampiri April.

(Mario)

If I see you next to never

How can we say forever

Reff : (April dan Mario)

Wherever you go

Whatever you do

I will be right here waiting for you

Whatever it takes

Or how my heart breaks

I will be right here waiting for you

Untuk yang ketiga kalinya tepuk tangan terdengar saat aku keluar dari tempat persembunyianku untuk menyanyikan bait selanjutnya.

(Aku)

I took for granted all the times

That I thought would last somehow

I hear the laughter, I taste the tears

But I can't get near you now

Dan tepuk tangan paling meriah ditujukan pada Rizal yang berjalan dari arah penonton sedang menyanyikan lanjutan liriknya lalu menghampiriku.. semua berteriak histeris. Bahkan kakak-kakak panitia pun yang tadinya hanya duduk saja menyaksikan penampilan kami, akhirnya berdiri di barisan paling depan dan ikut bernyanyi bersama saat reff tiba.

(Rizal)

Oh, can you see it baby

You've got me going crazy

Back to reff : (Aku dan Rizal)

(Aku dan April)

I wonder how we can survive

This romance

But in the end if I'm with you

I'll take the chance

(Rizal dan Mario)

Oh, can you see it baby

You've got me going crazy

Back to reff : (kami berempat)

Sungguh lagu ini sangat membius semua orang yang ada. Semua ikut bernyanyi saat kami mengulangi reffnya.

Wherever you go

Whatever you do

I will be right here waiting for you

Whatever it takes

Or how my heart breaks

I will be right here waiting for you

Dan tiba-tiba...

Semua menjadi gelap seketika. Teriakan demi teriakan bersambung menyambung menjadi panjang dan histeris di malam yang sebentar lagi tengah malam. Sebenarnya lagu ini belum selesai namun tiba-tiba lampu padam. Semua bubar tanpa komando, berjalan tertatih karena hanya cahaya senter dari kakak panitia yang menerangi langkah kami menuju tenda masing-masing.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top