100% SANDIWARA #1

Dengan bertambahnya umur, aku berharap hari-hari yang akan kujalani nanti akan indah dan lebih indah. Khususnya untuk persahabatan kita ini, akan langgeng sampai kita tua nanti, sampai kita menjadi kakek nenek kelak. Bahkan aku berharap, anak-anak kita yang akan meneruskan persahabatan kita di masa mendatang. Dan, akan terus menerus menular hingga anak cucu mereka nanti. Hingga persahabatan kita tak akan pernah putus. Jadi nanti akan ada REIZUHFA senior dan junior sampai turun temurun ke generasi-generasi kita selanjutnya.

Dan... harapanku yang terakhir, semoga Allah akan menjodohkan paling sedikit satu pasangan dari kita beberapa tahun lagi. Kalau bisa sih semuanya berjodoh, he he... entah itu Rizal – Fira, Rifa – Kurnia, Rifky – Erika, atau Via – Kemal dan... mungkin aku sendiri. Tunggu! Aku? Tapi dengan siapa?? Masa Mario sih? Aduuuuhhhh, kok aku sampai mikirin tuh cowok sih? Memang iya sih kita bersepuluh itu dekat banget dan selalu bersama dalam setiap kesempatan. Tapi kalian percaya tidak? Aku dan Mario itu tak pernah akur. Sumpah deh!

Jika diperhatikan dengan jeli dan seksama, si Mario itu sepertinya lagi pedekate sama Rifa deh. Apa? Rifa? Terus bagaimana dengan Kurnia? Apa aku dengan Kurnia aja ya?

Takk....

Sebuah jitakan mendarat dengan mulus di dahiku. Aduh! Siapa sih ini gak sopan banget? Gangguin orang lagi melamunkan masa depan yang belum jelas aja nih. Huh.

"Pagi-pagi udah ngelamun aja! Sana cuci bajumu sendiri!" Busyet deh aku kena semprot si emak. Nah ini pakai acara ngelemparin baju-baju kotor ke muka lagi... duh... duh....

"Iya... Iya...." jawabku dengan cemberut dan segera melangkah ke kamar mandi untuk mencuci baju dan.... Melanjutkan lamunan yang sempat tertunda tadi.

--- II ---

"Priiiillll....."

Dok dok dok.... Kumatikan air yang meluncur dari keran. Sepertinya aku mendengar orang menggedor pintu. Dok dok dok... nah tuh bener.

"Kamu itu pindah tidur apa!" semprotan kedua yang kuterima setelah membuka pintu kamar mandi.

"Gak lihat apa nyuci gini." Kali ini aku melawan orang yang menyemprotku. Jangan tanya kenapa aku berani melawannya. Dia Ranti, kakakku. Dan awas ya kalo pada tanya cantikan siapa aku apa kakakku? Jelaslah... KAKAKKU. Huh.

"Minggir! Aku mau mandi."

"Eh, enak aja ngusir. Aku belum selesai nih nyucinya."

"Heleh, nyuci cuma segini aja sampai hampir 2 jam." Ucap Ranti sambil berlalu memasuki kamar mandi.

Dok dok dok...

"Eh Ran, aku belum selesai nyucinya... kamu kalo mandi kan lama...."

Tak ada sahutan dari dalam. Yang terdengar hanya derasnya air mengucur. Aku tak berhenti berjuang. Kugedor lagi pintu kamar mandi biar Ranti juga kesel sama seperti yang kurasakan pagi ini.

"Ada apa sih berisik!" Nah, tuh harimaunya jadi bangun deh.

"Kalo pintunya rusak gimana? Mampu kamu perbaiki?" ucap bapak dengan nada tegas. Tepok jidat deh. Kena semprot lagi. Setelah bapak berlalu, aku berjalan ke arah meja makan. Memeriksa makanan apa yang sudah dimasak ibu. Dan... cuma ada nasi.

"Bikin lauk sendiri, tadi kamu kelamaan sih jadi dihabisin Ranti." Mendengar penjelasan ibu membuatku semakin bete deh. Apa lagi sama Ranti. Nyari gara-gara mulu nih kakakku hari ini.

Akhirnya aku bikin telur dadar sendiri untuk melengkapi nasi sebagai menu sarapanku. Dari pada lama menunggu Ranti selesai mandi mending aku makan dulu.

"Tuh, udah. Pakai aja sana kamar mandinya." Ya elah, baru juga memasukkan nasi ke mulut dan mau mengunyahnya eh udah selesai aja tuh nenek lampir mandinya. Masa bodo ah. Makan dulu ah nanti baru lanjutin nyucinya.

Dengan segera aku menyelesaikan sarapanku dan meneruskan kegiatanku yang tertunda dengan berbagai rintangan tadi.

"Pril, selesai jemur baju tolong cuci piring yaa... nih adikmu rewel."

"Loh Ranti ke mana bu?"

"Sudah berangkat sekolah dia kan gak libur, ada pemadatan materi."

"Oh...." Aku segera menyelesaikan acara menjemur baju, mengingat hari sudah semakin siang nanti bisa-bisa kulitku jadi hitam kalo kelamaan kena sinar matahari.

Aku kembali masuk rumah, kulihat jam sudah pukul 09.30 pagi. Aku segera melaksanakan perintah ibu. Saat asyik bermain dengan busa sabun dan air lagi-lagi suara ibu menghentikan aktifitasku sementara.

"Habis itu, nyapu lantai ya. Ibu mau ke rumah simbah."

"Loh Ranti belum nyapu bu? Itu kan tugas dia."

"Gak sempat tadi dia buru-buru." Jawab ibu sambil sedikit berteriak dari halaman rumah.

Duh, Ranti bener-bener deh bikin aku kesel sekesel keselnya. Buru-buru dari mana coba? Lha tadi aja dia nonton gosip habis itu mandi lama banget. Yang kaya gitu dibilang gak sempat. Lah ini ibu juga tumben gak marah-marah pada Ranti. Apa memang ibu memakluminya ya karena sebentar lagi dia ujian? Ah, kalau kaya gini sih aku juga gak maulah di rumah seharian. Untungnya nanti siang ada kegiatan di sekolah. Yeeey... bebas.

--- II ---

"Mau ke mana sudah rapi aja?" Tanya bapak saat aku sudah bersiap untuk berangkat ke sekolah.

"Ada acara di sekolah pak. Anterin ya?"

"Suruh jemput temanmu saja, bapak diajak pergi sama Om Bam."

"Ya sudah sana sms Via suruh jemput." Setelah bapak pergi, ibu memberikan hpnya, menyuruhku untuk menghubungi Via. Dengan senang hati aku langsung menghubungi Via. Tak butuh waktu lama untuk menunggu, Via segera datang.

Setelah beberapa menit melewati jalan yang berliku, akhirnya aku dan Via sampai di rumah Kak Tyas. Seperti biasanya, kami selalu berkumpul di rumah Kak Tyas dulu, setelah semua kumpul baru deh berangkat ke sekolah bareng-bareng, jalan kaki.

"Pril, tolong bawain payung ya?"

"Loh, panas gini kak, ngapain bawa payung?"

"Ya, buat jaga-jaga aja siapa tahu nanti pas pulangnya hujan."

"Aku juga bawa kok Pril, nih di dalam tas." Ucap Rifa yang akhirnya membuatku menuruti perintah Kak Tyas.

Siang ini kita ada kegiatan ekstra rebana. Tapi khusus untuk hari ini yang main adalah personil yang akan tampil dalam perpisahan kakak kelas nanti di bulan Mei. Sekitar 10 – 15 menit perjalanan ke sekolah kami tempuh dengan jalan kaki. Walaupun panasnya terik tapi gak terasa karena itu semua kami lewati dengan canda tawa yang tak ada hentinya. Hanya satu orang yang buat aku jengkel. Lala. Iya, dia jutek banget hari ini entah ada apa. Mungkin dia lagi PMS kali ya?

"Kak, kak kirain gak jadi latihan? Tumben telat kak?" Mario menghampiri kami saat sedang memasuki gerbang sekolah.

"Iya ini nih nungguin si Via jemput April. Dia gak ada yang nganterin."

"Halah. Gak penting juga ngapain ditunggu kak?"

"Eh, dia kan vokal?"

"Yah kak, masih ada Fira, Lala dan Rifa juga kan?"

"Lagian kamu juga Vi, kenapa mau jemput juga?"

"Ya jangan gitulah Rio, dia kan teman baik kita."

"Iya baik kalau ada maunya."

Duh, bener-bener nih anak bikin aku darah tinggi aja. Awas aja ntar aku pasti bales deh. Tunggu aja kalau udah gak ada Kak Tyas.

"Ya, udah. Yuk mulai latihan. Udah ditata kan alat-alatnya?"

"Udahlah kak. Siapa dulu...." Rizal menyambar untuk merespon Kak Tyas.

"Tumben Zal udah berangkat? Biasanya juga di belakang kakak datengnya."

"Iya kak tadi nebeng Kemal."

"Yuk semua pada memosisikan diri sesuai bagiannya."

"Oke, yuk Pril mulai."

Setelah semua terlihat siap, Kak Tyas mengomandoku untuk memulai. Saat aku sudah memulai sebaris lagu ternyata Kak Tyas menghntikannya.

"Rio, ayo doong serius?"

"Bentar kak bentar. Nih kotor." Jawab Rio sambil berdiri mencoba membersihkan lantai yang dia duduki. Padahal juga dari tadi dia sudah duduk di situ.

"Ya udah ayo mulai lagi."

Aku menyanyikan lagi satu baris lagu. Saat Fira mau meneruskan baris berikutnya tiba-tiba dia berhenti. Aku tanya kenapa dia hanya menunjuk ke arah Rio. Ternyata dia asyik cerita sama Rizal.

"Udah udah. Rio, Rizal ngobrolnya nanti aja. Ayo ah serius." Kak Tyas mengingatkan mereka saat aku memberi tahunya.

"Ah, kak males ah. Fira dulu aja lah."

"Ya udah lagu pembuka kamu Fir."

Fira pun mulai menyanyikan lagu bagiannya. Dan baik Rio maupun Rizal sudah mulai ikut mengiringinya.

"Heh, bengong aja! Giliran kamu tuh." Ucap Rio mengagetkanku karena dia memukul jidur dengan sangat keras.

"Rio! Kasian jidurnya ntar cepet rusak!" Kak Tyas mengingatkan.

"Halah, halah. Konsen dong?"

"Ngelamun aja. Tadi minta Fira dulu eh waktu gilirannya malah diem."

"Gitu kok jadi vokal utama!"

"Udah jangan ramai. Ayo ulangi lagi." Kak Tyas menghentikan celotehan Rio, Rizal, Rifky dan Kurnia yang menyalahkanku. Emang sih aku lagi gak bisa konsen. Kenapa sih banyak banget yang marah-marah ke aku hari ini?

"Yuk Pril mulai lagi." Aku menggeleng pada kak Tyas.

"Fira aja kak, aku jadi backingnya aja." Jelasku pada kak Tyas sambil menahan air mata yang sudah siap untuk keluar.

"Ya udah yuk Fir."

"Tapi ini kan bagian kamu Pril."

"Udah gak apa-apa kali ini aja ya."

"Ya udah."

"Eh, jidur udah siap?" teriak Fira pada Rio yang memegang kendali jidur. Emang nyawanya rebana itu utamanya di jidur sih. Fira pun memulai kembali melantunkan lagunya. Aku pun siap untuk menemaninya berdendang bersama Lala dan Rifa. saat di tengah lagu, Lala, Rifa, dan Fira berhenti bernyanyi karena Rio dan Rizal marah-marah lagi.

"Ah, males deh kak kalo kaya gini."

"Iya nih. Salah mulu dia dari tadi."

"Tadi udah waktunya nyanyi malah diem. Sekarang salah lirik."

"Eh, jangan gitu dong? Aduh ayo deh kita ulangi lagi yaa...." Kak Tyas berusaha membujuk Rio dan Rizal yang berjalan keluar ruangan, tak lupa para pengikutnya pun ikutan bubar. Siapa lagi kalo bukan Rifky, Kurnia dan Kemal.

Aku bener-bener sudah gak tahan dengan ucapan mereka yang menyulut emosiku. Aku pun segera berlari keluar ruangan mencari tempat untuk bersembunyi.

Setelah agak lama kudengar mereka mulai latihan rebana lagi. Entah berapa lagu yang mereka bawakan namun sepertinya latihan berjalan dengan lancar. Bahkan sepertinya tak ada interupsi apa pun. Mungkin memang kehadiranku tak diinginkan.

Aku tak bisa berhenti menahan air mataku. Benar-benar hari yang sial buatku. Tiba-tiba kudengar langkah kaki menghampiriku. Ternyata kak Tyas mencariku. Dia membujukku agar aku mau turun ke lantai satu lagi untuk meneruskan latihan. Namun aku masih menolak. Rasanya kesel banget apalagi kalau harus bertemu dengan Rio. Yang ada nanti emosiku malah makin menjadi.

"Selamat Ulang Tahun kami ucapkan...." Tiba-tiba kudengar anak-anak menyanyikan lagu ulang tahun untukku. Fira dan teman-teman cewek datang dari arah barat sedangkan Rio CS datang dari arah timur. Mereka mengepungku sambil menyanyikan lagu itu sampai selesai....

"Ahaaa... ada yang nangis dipojokan tangga paling atas...." Ledek Rio padaku. Sial ternyata mereka hanya mengerjaiku.

"Cieee... ada yang nangis...."

"Ternyata di sini ya nangisnya? Padahal tadi kita nyariin di toilet eh gak ada."

"Iya tadi di toilet cowok juga gak ada."

"Eh, malah aku kira dia pulang loh jalan kaki. Siapa tahu nekat."

"Hahahaha...."

Anak-anak saling bersahutan, lalu tertawa bersama dengan kompaknya. Ternyata mereka masih peduli denganku. Mereka bahkan mencariku. Aku pun segera menyingkirkan air mataku yang masih mengalir. Kali ini bukan karena kesel tapi bahagia dan terharu. Ternyata mereka ingat sama ulang tahunku. Padahal orang rumah sama sekali tak ada yang mengucapkan apa pun kepadaku. Mungkin mereka lupa. Aku pun berterima kasih pada mereka yang memberiku ucapan selamat dan menjabat tanganku.

"Ya udah sana sekarang cuci muka. Kita latihan lagi yuk." Semuanya menyetujui. Aku pun begitu dengan bahagianya kuucapkan. "Ayo."

"Cieee ada yang habis nangis terus senyum senyum nih...."

"Hahaha... habis nangis terus senyum, gak malu yaa...." kudengar ejekan Rio dan Rizal padaku, namun kali ini ucapan mereka malah membuatku tersenyum. Kutahu ini hanya bercanda.

Anak-anak pun kembali ke ruang latihan. Aku meminta Via untuk mengantarku ke toilet.

BYUUURRR....

Kurasakan air mengguyur tubuhku saat aku keluar dari toilet. Dan ternyata ini adalah ulah kak Himam. TU sekolahku.

"Kak Himaaaaam...." aku berteriak hendak membalasnya namun apa daya aku tak bisa mengejarnya karena ada sesuatu yang dilempar ke arahku lagi. Apa ini? Tepung terigu.

"Oh, aku ingat ini pasti yang bawa Hida kan?"

"Hahaha... kok tahu sih mbak?"

"Tadi kan kamu hampir keceplosan di jalan pas kita berangkat."

"Ah, iyaya... kalau gak gitu mbak gak bedakan." Hida langsung berlari saat melihatku akan membalas perlakuannya. Bahkan semua berlari meninggalkanku sendiri dalam keadaan basah bin kotor di halaman sekolah. Aku tak bisa mendekati mereka, bisa-bisa disuruh ngepel nanti kalau aku mengotori lantai. Bisa tambah tipis aja nih badan.

"Eh ayo selfi." Ajak Via dengan antusias yang melihat keadaan burukku saat ini. Dan dengan bodohnya aku mau aja berselfiria sama dia. Setelah puas berselfiria, akhirnya Kak Tyas menyuruh kami untuk berbenah.

"Lho, kak gak jadi lanjut latihan nih?"

"Ya gak lah. Kamu aja kotor gitu terus ntar siapa yang nyanyi?"

"Maaf ya teman-teman aku gak bisa ikut beres-beres...." Ucapku pada mereka yang sedang berlalu lalang mengembalikan peralatan rebana.

Setelah selesai berbenah, kak Tyas menghampiriku diikuti oleh ke sembilan orang teman gilaku. Anak-anak yang lain sudah pada pulang.

"Yah, kak terus ini nanti gimana aku pulangnya?"

"Udah nanti bareng aku aja...." Tumben si Rio nawarin aku pulang bareng.

"Kalau aku dimarahin ibu gimana kak?"

"Gak bakalan dimarahin deh. Tenang aja. Lha ini juga sebenernya rencana ibumu sama Ranti kok."

"Apaaaa?"

"Hahaha... iya sebenarnya kita ini disuruh sama ibu dan kakakmu...." Jawab Erika yang menjelaskan padaku.

"Dan biar acara ini berhasil maka aku nyuruh Rio nyari gara-gara sama kamu." Kak Tyas melanjutkan penjelasannya.

"Hah, kok bisa?"

"Ya bisalah...." jawab anak-anak kompak.

"Maaf ya Pril, sudah bikin kamu nangis. Pasti jengkel banget ya sama aku?" Rio meminta maaf padaku.

"Iya gak apa-apa."

"Ehem... ehem..."

"Apaan sih?" Ucapku pada anak-anak yang saling berdehem.

"Udah Rio langsung aja deh." Ucap Rizal kemudian.

"Emmm gini Pril... kamu mau gak jadian sama aku?"

"Cieeeee...."

"Loh bukannya kamu sama Rifa....?"

"Ya gak lah. Aku sama Rifa itu emang dekat tapi untuk nyari info tentang kamu."

"Ehem... ehem... Cieeee...."

"Udah ah ayo pulang." Kak Tyas menghentikan sorakan anak-anak.

"Maaf ya Pril, tadi aku nyuruh kamu bawa payung, padahal panas gini, itu sengaja. Kamu kan gak bakalan bilang tidak sama aku."

"Jadi...."

"Ya udah ya... kita pulang duluan. Kamu bareng Rio, sekalian tuh nikmatin waktu jadiannya...."

"Cieee.... Cieeee... ada yang jadian nih..."

"Besok-besok kita bakal dapat traktiran dobel nih."

"Iya nih, traktiran ulang tahun sama jadian...."

"Ahahahaiiii... makan-makan oei...."

Anak-anak bersorak gembira sambil melangkah pergi mengikuti ajakan kak Tyas. Ternyata hari ini adalah hari yang sangat membahagiakan bagiku. Aku punya teman-teman yang selalu ngerti aku dan sekarang aku punya pacar yang dulunya jadi musuhku.... Terima kasih Ya Allah... Love you my friends....

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top