Mermaid (1/2)

Happy reading
Maaf typo

Brak!

"Ubah semua konsepnya! Aku tidak suka dengan ini. Tidak layak!"

Suara bantingan dokumen dan kemarahan seorang pria menjadi sorotan pagi ini. Dua orang pria hanya menunduk menerima kemarahan bos besarnya. Bukan sekali dua kali konsep yang mereka buat ditolak, ini yang kelima dan hasilnya masih sama. Tetap ditolak.

"Maaf Tuan Kim, itu adalah konsep yang disetujui direktur marketing," ujar salah satu dari dua pria itu.

"Kau berani membantahku? Keluar dari ruanganku dan perbaiki konsepnya!" bentak pria berjas abu dengan tatapan nyalang.

Sepeninggalan dua pegawainya pria bermata tajam itu menekan satu tombol pada telepon kabel.

"CEPAT KE RUANGANKU SEKARANG!" bentaknya tanpa memberi kesempatan bicara pada lawannya.

Pria tampan itu duduk di kursi kerja, kedua tangan saling bertautan menopang dagu di atas meja. Mata tajamnya menatap lurus ke arah pintu.

Suara ketukan pintu tidak membuat ekspresi wajahnya berubah. Tatapan tajam dan gurat kemarahan masih terpancar jelas saat pintu terbuka lebar. Seorang pria dengan wajah yang mirip denganya masuk dengan kepala menunduk. Sesekali ia mengangkat kepalanya untuk melihat wajah masam dari pria berjas abu.

"Kau sudah tahu apa salahmu?" ujar pria berjas abu itu dingin.

Lawan bicaranya mengangguk lemah, enggan menatap wajah bosnya yang sedang marah.

"Bicaralah, Kim Sang Joon! Aku tidak bicara dengan batu. Apa kau ingin menghancurkan perusahaan aboji?"

"Kim Bum hyung ... sudah aku katakan kalau aku tidak berbakat jadi marketing, lebih baik aku jadi musisi," jawab Sang Joon melipat tangannya di depan dada. Ia membuang wajahnya ke arah jendela, pria itu malas melihat wajah sangar hyung-nya.

Kim Bum mengusap wajahnya dengan kasar, ia lelah mengurusi bocah yang satu ini. Pria yang selalu bertolak belakang dengannya, sungguh Kim Bum sendiri tidak mau mempekerjakan adiknya sebagai direktur marketing, tapi ini semua demi wasiat ayahnya, yang sialnya harus membuat Kim Bum pusing tujuh keliling mengajarkan Sang Joon tentang bisnis sedangkan adiknya lebih suka bermain dengan alat musik dan mic.

"Aku tidak mau tahu, konsep itu harus diganti, jika kau bisa mengerjakannya dengan baik, kuberikan libur selama satu bulan. Bagaimana?" kata Kim Bum membuat Sang Joon sumringah.

"Aku akan melakukan yang terbaik," sahut Sang Joon sebelum berlari keluar.

Kim Bum memijit palan pelipisnya, ia mulai pusing dan tidak fokus pada pekerjaannya. Ia butuh istirahat, ya, mungkin ia bisa bekerja setengah hari saja.

Suara ketukan pintu membuat Kim Bum kembali menegakkan tubuhnya. Seorang wanita cantik muncul dengan pakaian seksi menatap Kim Bum sensual. Bibir merah merona senada dengan mini dress yang ia kenakan. Belahan dada rendah dan dress mini yang menampilkan paha mulusnya membuat siapa pun yang melihat akan meneguk ludah.

Kim Bum menatapnya malas, ia menyenderkan tubuhnya pada kursi. Wanita itu mendekat dan duduk di atas meja kerja Kim Bum.

"Bagaimana kabarmu, Tuan Kim? Akhir-akhir ini kau jarang sekali mampir ke tempatku?" ujarnya menatap Kim Bum penuh minat.

"Apa mau mu?" sahut Kim Bum membuat wanita itu berdecih.

"Sikapmu masih sama ya, tidak berubah," ujarnya turun dari meja Kim Bum dan duduk berhadapan dengan pria itu. "Aku datang kemari umtuk mengundangmu ke acara pertunanganku. Aku punya barang bagus untukmu, kupastikan kau tidak akan kecewa. Dia masih suci."

Wanita itu mengedip, suaranya mendesah seksi berharap Kim Bum tergiur dengan tawarannya. Jika Kim Bum yang dulu akan sangat mudah dipengaruhi tapi, tidak dengan yang sekarang. Pria berhidung mancung itu telah berjanji pada aboji untuk tidak bermain-main dengan wanita lagi. Bisa dikatakan ia sudah tobat menjadi playboy penghancur hati wanita.

"Terima kasih atas tawaranmu, jika sempat aku akan datang," jawab Kim Bum singkat. Ia malas berdebat dan mengatakan pada wanita itu kalau ia sudah pensiun dari kebiasaannya.

"Aku tunggu."

Wanita cantik itu berdiri kemudian menunduk untuk membelai pipi Kim Bum sebelum pergi. Kim Bum kembali memijit kepalanya. Godaan selalu datang setiap kali ia berusaha menjadi lebih baik. Benar kata orang, setiap kali kita melakukan sesuatu pasti ada tantangan di dalamnya. Ya, Kim Bum sadar, inilah kehidupan sama seperti menjalankan bisnis. Selalu ada tantangan yang harus dimenangkan.

Kim Bum keluar dari ruangannya, ia butuh istirahat sebelum tawaran beracun dari wanita itu merusak pikirannya, pria itu memutuskan untuk pulang ke apartemen. Sudah seminggu lamanya ia meninggalkan dunia malam, dan sekarang wanita itu datang menggodanya untuk kembali. Shit! Kim Bum tidak akan menyianyiakan pengorabannya selama satu minggu hanya karena ujaran berbisa dari wanita penghibur.

Pintu apartemen terbuka, Kim Bum dengan wajah lelahnya melepas dasi yang melingkar erat di leher saat sampai di kamarnya. Jas abu yang dikenakan terlepar dengan kasar di atas kasur. Kemeja putih dan celana abunya ditanggalkan, hanya menyisakan boxer hitam yang menutup tubuhnya. Tubuh sexy dengan perut kotak-kotak membuat Kim Bum terlihat semakin memesona. Sekali lirik para wanita bisa jatuh cinta.

Kim Bum mengambil handuk putih yang tersimpan di almari, siang hari yang cukup terik membuat pria itu gerah. Ia butuh air untuk menyegarkan tubuhnya.

Ceklek ....

Pintu kamar mandi terbuka, Kim Bum melebarkan matanya saat melihat seorang wanita berendam di dalam bathtub-nya. Jika dia adalah salah satu dari mantan gadisnya mungkin Kim Bum tidak akan shock melihat wanita itu ada di dalam apartemen, tapi wanita itu bukan manusia, dia ....

"Mermaid?" bisik Kim Bum melihat ekor cantik berwarna biru.

Wanita itu menoleh, sadar jika ada orang lain mengganggu kesenangannya.

"Kau ... siapa?" tanya wanita berambut panjang itu menatap Kim Bum dengan polos.

Kim Bum tersentak, harusnya dialah yang bertanya seperti itu. Bukan sebaliknya.

"Yak! Apa yang kau lakukan di kamarku? Bagaimana bisa kau masuk?" teriak Kim Bum membuat wanita itu cemberut.

Tanpa peduli dengan ocehan Kim Bum ia kembali bermain air dengan busa melimpah. Gadis itu asik membersihkan tubuhnya tanpa mengindahkan Kim Bum yang terus mengoceh.

"Turun dari bak mandiku!" perintah Kim Bum membuat wanita itu menoleh. Tatapan polosnya membuat Kim Bum merasa bersalah, bagaimana pun juga dia bukan manusia.

Wanita itu menjulurkan ekornya ke lantai, perlahan ekor itu berubah menjadi sepadang kaki jenjang yang putih mulus. Kim Bum mematung melihat keajaiban itu secara langsung. Dan saat wanita itu berdiri darah Kim Bum terasa membeku, ia bisa saja mendapati serangan jantung mendadak kalau ia adalah seorang pria polos yang tidak pernah melihat lekuk tubuh wanita.

Kim Bum menganga melihat wanita itu berdiri di depannya. Bukan karena dia cantik tapi, gadis itu tidak menggunakan kain penutup di tubuhnya sehelai pun. Kim Bum menormalkan kembali pikirannya, ia tidak boleh tergoda dengan mudah, meski tubuhnya bereaksi berbeda. Ia sudah berjanji pada alm. Aboji untuk tidak mempermainkan wanita lagi. Kim Bum harus menahannya, meski rasa sesak mulai menyerangnya.

"Kau ingin menggodaku? Cepat pakai handuk ini!" ujar Kim Bum melemparkan handuk yang ia bawa. Wanita itu menangkap haduk itu, tapi tidak melilitkan di tubuh polosnya.

"Cepat kenakan. Sebelum kewarasanku hilang!" bentak Kim Bum frustasi.

"Bagaimana caranya?" ujar Gadis itu menatap Kim Bum lugu.

Kim Bum menghembuskan napas kesal, gadis itu sepertinya belum bisa menggunakan pakaian atau kain sehelai pun. Ya, wajar saja karena dia seorang duyung yang tidak memerlukan kain untuk menutupi tubuhnya.

Dengan kasar Kim Bum merebut handuknya dan melikitkan di tubuh wanita berambut panjang itu. Kim Bum menyeret paksa si wanita keluar kamar mandi dan mendudukkannya di atas ranjang.

Kim Bum berdiri di depan wanita itu dengan berkacak pinggang. Mata tajamnya menatap wajah cantik jelita yang menatapnya bingung. Handuk putih Kim Bum tidak mampu menutupi paha putih mulusnya. Kim Bum memejamkan mata sejenak, menormalkan napas yang mulai memburu.

"Dengar, aku tidak tahu bagaimana caramu masuk ke apartemenku dan aku tidak peduli tentang itu. Mulai sekarang jangan pernah datang kemari lagi, dan menjauhlah dari hidupku. Mengerti?"

Wanita itu mengangguk dengan patuh tanpa merasa tersakiti dengan ujaran Kim Bum.

"Sekarang kau pergi dari apartemenku!" perintah Kim Bum.

Brak...

Pintu kamarnya tiba-tiba terbuka dengan kasar, terlihat seorang wanita paruh baya berada di balik pintu. Kim Bum mematung menatap wanita yang terlihat marah padanya.

"Dasar bajingan! Berani-beraninya kau mempermainkan wanita lagi! Kau sudah berjanji pada ayahmu, sekarang kau mengingkarinya."

Wanita itu memukul Kim Bum membabi buta, tanpa peduli dengan ringisan pria itu.

"Eomma, sakit," rintih Kim Bum memegang telinganya yang memerah sesekali ia menghalau pukulan eommanya.

"Itu baru permulaan," ujarnya sambil menjewer telinga Kim Bum lagi. "Kau ternyata belum berubah, ikut eomma!"

Wanita itu menjewer telinga Kim Bum sambil menyeretnya, ketika mereka sampai di ambang pintu kamar, eomma Kim Bum menoleh ke belakang menatap wanita cantik berambut panjang yang mematung di tempat.

"Kau juga ikut denganku!" ujarnya pada wanita itu.

Tae Shin menatap dua orang di depannya dengan murka. Tatapan tajamnya membuat Kim Bum memalingkan wajah.

"Siapa namamu?" tanya Tae Shin pada wanita cantik di depannya.

"Nama?" ujar wanita itu membeo. Raut kebingungan jelas terlihat dari wajah cantiknya. Kim Bum yang melihat tatapan curiga dan kebingungan eomma-nya segera menyela.

"Namanya So Eun," kata Kim Bum membuat kedua wanita itu menatapnya dengan kening mengkerut.

Kim Bum mengerjapkan matanya berulang kali agar wanita yang ia beri nama So Eun itu bisa bekerja sama. Wanita berambut panjang itu menatap Tae Shin polos.

"So Eun," ujarnya lembut membuat Kim Bum bernapas lega.

"Nona So Eun, ganti handukmu dengan pakaian ini, setelah itu aku ingin bicara padamu," ucap Tae Shin memberikan So Eun satu stel pakaian.

So Eun menatap Kim Bum bingung, ia tidak mengerti apa yang harus dilakukan. Ia tidak pernah berganti pakaian atau hanya memakai kain penutup tubuh.

"Bergantilah di kamarku," kata Kim Bum sambil menarik tangan So Eun agar mengikutinya.

"Kim Bum kau tetap di sini!" titah eomma-nya dingin. Kim Bum menghela napas sebelum duduk kembali di temapt semula dan membiarkan So Eun sendiri ke kamarnya.

"Sudah berapa kali kalian 'berhubungan'?"

"Ini tidak seperti yang eomma lihat. Aku tidak mengenal gadis itu. Dia tersesat dan aku hanya membantu. Kami tidak melakukan apa pun," jelas Kim Bum membuat kerutan di dahi ibunya semakin menjadi.

"Kau pikir aku percaya? Mulai saat ini eomma akan mengawasimu."

"Aku bukan anak kecil lagi yang harus diawasi eomma-nya," protes Kim Bum atas keputusan Tae Shin.

"Bukan eomma yang akan mengawasimu langsung, tapi So Eun," ujar Tae Shin tegas.

Kim Bum terdiam, dalam pikirannya ini lebih baik. Ia bisa gunakan So Eun untuk mengusir para wanitanya, lagi pula gadis itu tidak mengerti apa-apa tentang kehidupan manusia. Senyum tipis terukir jelas di wajah tampan Kim Bum, otak cerdasnya mulai berpikir sesuatu.

Sudah seminggu lamanya So Eun mengikuti Kim Bum kemana pun pria itu pergi dan selama itu pula Kim Bum terus mengawasi gadis itu. Mungkin Tae Shin berpikir jika So Eunlah yang mengawasi Kim Bum namun kenyataannya terbalik. Kim Bumlah yang mengawasi So Eun karena gadis itu belum mengerti tentang manusia.

Seperti ketika So Eun melihat sebuah aquarium ikan ukuran sedang di ruang meeting, hampir saja ia berteriak dan berniat melepaskannya. Namun Kim Bum segera mencegah dan menjelaskan pada So Eun agar tidak mengganggu ikan-ikan itu. Dengan wajah lugunya So Eun ingin bersama ikan yang berada di aquarium itu, dan di sinilah benda itu berada, di dalam ruangan Kim Bum yang begitu luas . Gadis itu senang ia bisa bersama ikan cantik itu. Bahkan So Eun tidak bosan memandangi ikan yang sedang berenang. Wajahnya bisa menempel di aquarium selama berjam-jam tanpa lelah.

"So Eun, bisakah kau berhenti melihat ikan itu? Kau bisa membuat mereka mual," kata Kim Bum setelah membuka pintu ruangannya, melihat So Eun masig berada di tempat yang sama seperti 3 jam yang lalu.

Wanita itu tidak mengubrisnya, ia masih asik memerhatikan ikan-ikan kecil berenang dengan gembira. Terkadang kedua sudut bibir tipisnya melengkung naik tanpa sadar.

"Yak! Kau tidak mendengarku?" ucap Kim Bum sambil menarik kerah baju bagian belakang So Eun, seperti menenteng seekor kucing dan seketika gadis itu memonyongkan bibirnya sebagai bentuk protes.

"Nah kalau seperti ini lebih bagus," ujar Kim Bum setelah mendudukkan So Eun di atas sofa. "Kau tidak lelah berada di sana selama aku meeting?" tanya Kim Bum membuat So Eun menggeleng.

Kim Bum mulai memberikan wanita cantik itu ceramah panjang lebar, meski So Eun hanya menggerakkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan Kim Bum. Pria itu tahu jika So Eun adalah wanita pintar, sekali diberitahu ia akan paham dan menurut, hal itulah yang membuat Kim Bum betah bersamanya.

"Air!" pekik So Eun tiba-tiba membuat Kim Bum kaget.

"Mwo? Kau kenapa?" tanya Kim Bum ketika melihat So Eun seperti orang kehabisan napas. Kim Bum menuangkan sebotol air ke dalam gelas dan menyodorkannya pada So Eun, tapi gadis itu menolaknya. Kim Bum semakin panik saat kaki jenjang itu berubah menjadi ekor cantik berwarna biru.

Apa yang harus aku lakukan? batin Kim Bum ketika melihat kesadaran So Eun mulai menghilang. Kim Bum tidak mungkin menghubungi dokter disaat ekor So Eun muncul. Ini pertama kalinya pria itu melihat ekor cantik itu lagi setelah kejadian di kamar mandinya tempo hari.

So Eun pingsan, membuat Kim Bum frustasi. Kim Bum takut kalau So Eun akan mati. Andai So Eun pingsan dalam keadaan seperti manusia biasa, bukan sebagai wujud ikannya. Mungkin ia sudah membawa gadis itu ke rumah sakit.

"Air!" pekiknya tiba-tiba seolah menemukan sebuah jawaban. Kim Bum segera menggendong So Eun ke kamar mandi, didudukkan gadis itu di atas lantai dan menyender di tembok. Dengan cekatan Kim Bum menyiram sekujur tubuh So Eun dengan air shower, berharap gadis itu bisa sadar. Tidak peduli pakaiannya basah, yang Kim Bum inginkan hanya kesadaran So Eun. Perlahan mata indah itu terbuka, memerlihatkan manik almond yang cantik. Kim Bum bernapas lega, So Eun telah sadar.

Pintu depan terbuka, Kim Bum menoleh saat Sang Joon memasuki ruangannya tanpa permisi. Jantung Kim Bum berdetak kencang, ekor So Eun belum berubah menjadi sepasang kaki. Derap langkah itu semakin mendekat membuat Kim Bum gelisah.

*
*
Tbc

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top