🍒 Sein Kiri Belok Kanan
A story by kiresha29
✏️✏️
Aku memandang ke bawah dan memastikan kembali apa yang baru saja kulihat memang benar adanya. Masih tetap dan belum ada perubahan berarti.
Sabar.
Lanjutkan perjuanganmu.
Entah suaraku yang berasal dari sisi mana lagi kali ini, sudah terlalu sering terdengar suara yang seperti memotivasi dari dalam diri tapi nyatanya malah lebih terasa sedang mengintimidasi.
Ah sudahlah, lupakan untuk hari ini. Masih ada esok yang harus di perjuangkan kembali.
Semangat selalu untuk diriku tercinta.
Aku ambil gawai yang teronggok tak berdaya di meja dapur dan selanjutnya tentu saja membuka chat room WAG.
The Telechubbies
Aku
Hi gaess. Gimana kalian udah ada progres yang membahagiakan?
Magie
Tuhan, ga ada hal lain kah yang perlu dibahas selain hal satu itu.
Udah deh pasrah aja, udah nasib.
Lodya
Hahahahaha
Aku
I
ni datang² ketawa, mekar loh.
Lodya
Itu sih emang sudah settingannya, jangankan ketawa diam aja udah mekar
wkwkwkwk
Magie
Udah ku bilang, nikmati aja yang sekarang, yang penting sehat
Aku
Masih bisa makan enak ya Gi
Magie
Iya dong
Lodya
Setuju banget
Emang udah konsekuensi hormon di usia kita sekarang ini, yang penting hati bahagia
Magie
Setuju
Aku
Setuju (2)
Mau tahu kenapa grup chat kami bernama the telechubbies? Karena kami merasa lucu aja namanya, sama seperti para anggotanya yang lucu dan unyu-unyu. Eits, dilarang protes.
Aku, Lodya dan Magie, kami ini sahabat sehati, senasib dan seperjuangan dalam menggapai cita-cita di hari depan. Sebuah cita-cita mulia yang harus melibatkan jiwa raga, niat serta tekad yang bukan sekedar kaleng-kaleng semata.
Luar biasa kan!
Bosan. Mau tak mau memang akhirnya harus mengakui kalau berdiam diri di rumah selama beberapa waktu terakhir itu menimbulkan kebosanan, tapi mau bagaimana lagi karena seluruh dunia sedang di serang musuh yang tak kasat mata. Bukan, bukan makhluk halus bernama hantu, setan, atau sejenisnya, yang ini lebih halus lagi dan saking halusnya sampai berhasil membuat seseorang yang bandel sekalipun jadi taat aturan untuk diam di rumah aja. Bahkan aturan tak boleh bersalaman atau sekedar bersentuhan dan menjaga jarak yang sudah jelas-jelas di anjurkan oleh agama pun langsung di terapkan dengan cepat gara-gara si musuh ini. Yap, kita lagi perang sama musuh yang lebih mengerikan dari mantan yang gak tahu diri maksa ngajak balikan, dan musuh itu bernama Covid-19 alias Corona.
Keren dan lucu ya namanya? Tapi sayang efeknya tak selucu namanya. Di buat mati bos endingnya, merampas nyawa satu-satunya yang spare partnya tak ada yang jual di toko manapun.
Ah sudahlah lupakan tentang si virus. Ngomongin itu malah bikin stres dan kalau stres melanda maka perut mulai bergejolak dan makhluk-makhluk tak kasat mata di dalamnya pun bekerja sama mendendangkan sebuah irama yang sayangnya tak terdengar merdu. Halah mau bilang lapar aja harus berbelit-belit dulu.
Aku berdiri di depan sebuah cermin besar, memastikan tak ada yang salah pada obyek yang sedang ku pandang dengan hati yang lapang. Bukan sedang mengagumi pantulan bayangan makhluk manis ciptaan Tuhan yang ada di depanku, melainkan selembar kertas yang sengaja ku tempelkan dicermin tersebut.
Rentang waktu dan target.
Ngapain sih aku harus repot-repot membuat target begitu. Bukannya termotivasi malah semakin ingin melarikan diri dari kenyataan yang sayangnya memang bukan mimpi. Sudah sebulan kertas itu tertempel indah di cermin besar, tapi angka yang tertera di kolom targetnya tak ada perubahan sama sekali.
Sudahlah.
Aku melepas kertas itu. Rasanya aku tidak perlu lagi terpaku pada target harus begini untuk hasil begitu. Jalani saja apa adanya, perkara bagaimana hasilnya itu urusan belakang.
Cuaca beberapa waktu belakangan ini tak ubahnya seperti hati yang di tinggal pasangan pas lagi sayang-sayangnya, dingin karena gerimis yang tak berkesudahan sepanjang hari. Tahu kan efek yang di timbulkan dari rasa dingin? Rasa lapar yang lebih cepat menyapa. Kalian juga suka merasa begitu? Berarti kita satu frekuensi sebagai makhluk ciptaan Tuhan.
Aku ini tinggal di kampung yang segala sesuatunya sebagian besar bisa di dapatkan dengan mudah. Segala sayuran dan buah-buahan jika sudah datang musimnya akan terlihat melimpah ruah, dan semua bisa di dapatkan dengan gratis asal baik dan hidup rukun sama tetangga. Tapi sayang sekarang bukan musim buah, jadi yang terlihat hanya pohon-pohon yang tegak berdiri dan masih baru merekahkan bunganya sebelum menjadi buah.
Aku ke kebun belakang, dari sekian yang bisa di manfaatkan untuk pemuas perut, akhirnya aku memilih mencabut pohon singkong. Dengan sedikit tenaga ekstra, pohon yang sudah sedikit oleng tersebut tercabut pasrah dari tanah. Yang tak pernah merasakan sensasi mencabut singkong pasti dikira akan butuh kekuatan bulannya Sailormoon untuk melakukannya, maaf anda salah, nyatanya jika sedikit sulit cukup bantuan cangkul untuk mengorek sedikit tanahnya karena memang semudah itu. Lagian mana bisa pakai kekuatan bulan, karena kalau siang bulannya mati lampu dan setahuku Sailormoon juga belum pernah mencabut singkong.
Ini kenapa jadi membahas singkong dan Sailormoon sih?
Pernah merasakan kenapa hidup kita kok sepertinya begini-begini saja? Sama, aku juga pernah. Sudah jangan tanya alasannya karena aku cuma mau bilang itu aja.
Sore ini aku mengayuh sepedaku berkeliling kampung. Bertemu dengan beberapa orang dan saling menyapa seadanya. Dari sini aku belajar banyak hal, hidup itu tidak melulu hanya soal target. Target untuk mencapai dan mengarahkan kita pada sesuatu memang tergantung prosesnya. Dan proses setiap orang tentu berbeda-beda sesuai dengan target mereka masing-masing. Dan cara kita menikmati hidup juga sudah pasti berbeda.
"Gowes sore Mbak?" sapa salah seorang bapak yang sedang menemani cucunya bermain dengan sepeda roda tiganya.
"Iya Pak, berkeliling sekalian cari keringat. Mari pak."
Selalu menyenangkan bertemu senyum-senyum tulus dari wajah orang-orang yang seperti sedang menikmati hidup dengan caranya masing-masing.
Seperti saat di jalan raya, kita akan menemui berbagai macam gaya orang dalam berkendara. Ada yang santai, ada yang suka mengebut hingga menyalip beberapa pengendara lain, ada pula tipe orang yang belum mahir dalam berkendara tapi sudah nekat berbaur dengan pengendara yang sudah expert. Jadi jangan terlalu menyalahkan dan menghakimi jika bertemu dengan pengendara yang menyalakan lampu sein kiri tapi dia belok kanan. Kita tidak pernah tahu alasan mengapa dia begitu, mungkin dia lupa menggeser tombolnya kekanan, bisa juga dia masih belum menguasai tata letak antara tombol sein dengan lampu depannya, atau bisa juga dia sedang menguji nyalinya sendiri dan pengendara lain dalam berpikir cepat jika tiba-tiba ada hal terduga terjadi di depannya. Selalu ada alasan dari sebuah tindakan. Tapi bukan berarti itu menjadi sebuah pembelaan dan pembenaran dalam berkendara. Aturan tetap aturan, jika melanggar akan ada konsekuensi yang harus di tanggung.
Begitu juga pilihan hidup. Seberusaha apapun untuk menyalakan sein ke kiri jika ternyata harus terus belok kanan maka mau tak mau harus di jalani. Kita sudah membuat tuntunan arah kemana akan berjalan tapi semua bisa berubah karena sebuah tuntutan yang memaksa berlawanan arah tujuan.
Seperti halnya jarum timbangan yang selalu di jadikan kambing hitam karena susah sekali di suruh geser kekiri padahal secara sadar maupun tidak sadar kita sendiri yang memaksanya belok ke kanan.
Dan disinilah aku sekarang, berkumpul bersama anak-anak yang dengan riangnya mengayuh sepeda mereka masing-masing. Menikmati rasa yang masih bisa di rasakan. Tak perlu mengkhawatirkan apa yang terjadi besok, karena semua itu memang ada prosesnya yang harus di jalani.
Layaknya kaki yang sering merasa lelah saat berkayuh, tapi bukankah itu pilihan kita sendiri untuk mengendarai sepeda. Semakin sering kita mengayuh akan semakin terbiasa dan dapat menikmati manfaatnya.
Aku ini juga punya daftar cita-cita yang ingin dicapai di hari esok. Tapi untuk mencapainya kan harus ada usaha. Salah satu cita-cita yang sedang di galakkan saat ini bersama dengan geng the Telechubbies ya menggerakan jarum timbangan yang selalu ke kanan agar mau berbalik arah kekiri.
Tapi akhirnya kita memilih untuk realitas saja. Daripada terbebani dengan target mending kita menikmati apa yang ada sekarang. Seperti kata kedua sahabatku yang penting hati kita bahagia dan masih bisa makan enak.
Benar-benar butuh upaya yang besar untuk mencapai cita-cita mengirikan jarum timbangan.
Aku melepas lelah sejenak setelah berkeliling dengan sepeda. Dan tak lama kemudian segelas air datang sendiri menghampiri. Kok mistis ya, tidak jalan sendiri gelasnya tapi seseorang yang membawanya.
"Capek ya, sampai mana tadi?" tanyanya sambil menyodorkan gelasnya padaku.
"Lumayan, keliling blok B aja ketemu anak-anak jadi seru," jawabku setelah menandaskan air putih dalam gelas.
"Kalau sudah rutin nanti juga terbiasa kalau jalan jauh." Aku hanya mengangguk mengiyakan ucapannya sambil mengatur nafas yang masih lumayan ngos-ngosan.
"Habis gowes pasti lapar ya, tuh di dalam ada bakso, aku beli di depan. Kamu makan sendiri ya, aku sudah makan duluan tadi." katanya sambil mengacak jilbab yang menutup kepalaku.
Mendengar kata bakso segala lelah yang terasa tiba-tiba menguap entah kemana berganti dengan lapar yang menyerang secara mendadak.
"Beneran nih, makasih ya." Aku segera masuk ke dalam dan benar saja sebungkus bakso sudah menanti kedatanganku.
Bagaimana gak senang coba kalau punya seseorang yang pengertian begini. Cita-cita yang sejak tadi aku dengungkan saja rasanya ikut menguap bersama uap kuah bakso yang sukses membuatku tidak sabar untuk menikmatinya.
Lupakan sebentar tentang jarum timbangan, untuk sejenak aku ingin menikmati segarnya kuah bakso favoritku.
Sambil menikmati sedapnya makanan yang sedang kuhadapi sayup-sayup terdengar suara lagu yang mewakili para makhluk Tuhan paling seksi seperti kami ini. Entah karena jujur atau sekedar kamuflase, jika lagu itu di nyanyikan oleh pasangan maka berbahagialah kita semua.
Ku cinta kamu adanya
Biar gendut tidak masalah
Jangan dengarkan mereka yang tidak suka
Anggap biasa saja
Ku cinta kamu slamanya
Sampai nanti tutup usia
Kan kusayangi dirimu
Kan kucintai dengan sepenuh hati
Bahagia itu memang bisa datang dengan cara sederhana dan tak terduga. Sama halnya dengan bahagianya emak-emak warga +62 yang mampu berkendara sendiri di jalan raya, bikin aturan sendiri dengan sein ke kiri tapi belok ke kanan. Berubah dari emak-emak manis berdaster menjadi sang raja penguasa jalanan yang tak terbantahkan.
So, senyumin saja dan jangan lupa bahagia.
✏ -- the end -- ✏
Blitar, 05 Juli 2020
Mana yang nulis, yang nulissss inihhhh mana???? 😂😂😂😂
Silakan kirim ke email author ke
[email protected]
Akan saia publish tentunya melalui proses editing typo tanpa mengurangi isi cerita.
Berminat untuk gabung?
Ayo...ayooo...ayoooooo 😍😍😍
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top