🍒 Aku Cinta Ibu
a stories by kiresha29
✏✏
Harta yang paling berharga adalah keluarga
Puisi yang paling indah adalah keluarga
Entah bagaimana kelanjutan lagunya, karena aku sendiri tidak menghafalnya. Kalau aku melanjutkan lagu itu bisa-bisa aku di protes oleh kakakku, padahal dia sendiri tak hafal liriknya.
Lupakan soal lagu itu, nanti kalau sudah ada waktu luang aku akan belajar menyanyi dengan baik dan benar pada teman ibu yang aku kenal saat liburan kemarin. Kata ibuku temannya itu hobi sekali menyanyi dan pintar memainkan alat musik. Masih kata ibu juga temannya itu paling tidak tahan kalau melihat ada microphone dan gitar atau keyboard diam tak di gunakan. Sayangnya aku tidak ingat siapa nama teman ibuku itu mungkin lain kali kalau bertemu lagi aku akan tanyakan langsung siapa namanya.
Oh iya Kenalkan, namaku....
"Kian...." aku sedikit kaget saat temanku yang bernama Najwa sedikit berteriak memanggilku.
Yup, namaku Kiandra. Tapi cukup panggil saja Kian.
"Apa sih teriak-teriak, aku kan kaget".
Najwa hanya tertawa melihatku hampir terjengkang karena terkejut oleh suaranya yang agak melengking terlebih posisiku tadi sedang berjongkok.
"Kamu sih di panggil diam aja, itu nanti gosong ikannya kalau kelamaan di diamkan dalam penggorengan".
"Oh iya... Hampir lupa".
Aku segera mengangkat ikan dari wajan dan mematikan kompornya. Saat aku akan mengupas buah untuk membuat jus tiba-tiba kakakku datang dan mengajakku pulang.
"Dek, di cariin ibu, di suruh pulang dulu"
"Aku lagi masak kak, nanti aja pulangnya".
"Gak bisa, di suruh pulang dulu sama ibu, mau diajak pergi".
"Kemana kak?"
"Gak tahu, sama ayah juga, kalau kamu mau ikut buruan pulang".
"Iya iya... Mba Najwa, aku pulang dulu ya, besok kita masak-masak lagi ya". Sambil tersenyum manis aku pamit pulang, dan dari luar rumahnya aku masih mendengar suara Najwa memanggil ibunya untuk membantu membereskan perlengkapan memasak kami tadi. Tak usah kuatir Najwa marah karena itu tidak akan terjadi.
Aku memang punya hobi menyanyi tapi aku juga sangat suka sekali dengan masak memasak. Aku sering menemani dan melihat ibu memasak di dapur, dan kadang juga sesekali membantu walaupun di ujung bantuan akan terdengar suara merdu omelan ibu yang melihat bumbu dan peralatan dapurnya berjejer tidak rapi di lantai.
Sssstt..... Aku kasih tahu ya, ibuku itu suka sekali mengomel, apalagi kalau beliau sudah memanggil ayah dan kakak berulang kali tapi tak ada yang menjawab, pasti akan terdengar suara rapper yang sedang menyanyikan deretan lirik lagu tak berjudul.
Tapi kadang juga ibuku terlihat sangat pendiam apalagi kalau beliau sedang sibuk dengan gawainya. Jika sedang memilih gambar barang-barang dagangannya yang sedang di order, beliau sudah tidak bisa di ganggu gugat oleh siapapun, termasuk oleh ayah. Makanya aku lebih memilih menyingkir jika ibu sedang dalam mode serius, karena jika berani mengganggunya si pendiam itu akan kembali kepada kecerewetannya.
Biarpun cerewet tapi tak ada yang mengalahkan hangatnya pelukan ibuku.
Aku sayang ibu.
Ibuku juga sering kali terlihat konyol dan absurd banget, apalagi kalau sudah berkumpul bersama teman-temannya, selalu saja ada yang membuat semuanya ceria. Ibu juga sering terlihat ketawa-ketawa sendiri dengan gawainya dan dalam waktu sebentar saja raut wajahnya bisa berubah lagi. Ternyata memang benar yang di katakan oleh seseorang yang videonya sering di lihat oleh ibu di youtube bahwa dalam waktu sepuluh detik ekspresi wanita itu bisa berubah sebanyak enam kali. Makanya tidak heran jika melihat ibu bisa terlihat sedih, senang, konyol dan kadang tak terbaca ekspresinya dalam waktu yang singkat.
Aku paling senang jika temen-teman kakakku sudah datang ke rumah. Mereka akan berkumpul di halaman dan berdiskusi tentang segala hal. Aku tidak paham apa yang mereka bicarakan, tapi satu hal yang membuatku senang adalah begitu selesai berdiskusi mereka akan pergi beramai-ramai menggunakan sepeda dan tentu saja aku diajak turut serta.
"Kian, kamu bawa sepeda sendiri aja ya"
"Gak mau ah, aku ikut kakak aja"
"Sepedamu gak di pakai dong Ki?"
"Biar aja, sepedanya gak boleh di bawa main jauh-jauh sama ayah, takut rusak kaya punyaku dulu".
Jarang-jarang loh lihat kakak belain aku, biasanya dia yang paling duluan tak mau mengajakku pergi bersama mereka. Biarlah mungkin dia sedang khilaf.
Aku sangat menyukai hujan. Jika sedang turun hujan aku bisa berdiri lama di teras rumah sambil bermain dengan percikan air hujan. Atau jika hujan sangat deras aku cukup melihatnya dari balik kaca jendela. Aku sendiri tidak tahu sebabnya kenapa suara hujan itu bisa terasa sangat menyenangkan.
Tapi ada yang lebih menyenangkan dari datangnya hujan, yaitu sisa air genangannya. Air yang menggenang pada wadah atau pun ceruk-ceruk tanah yang terkena sedikit sinar matahari, akan terlihat seperti kilauan lampu warna warni yang ayah pasang di teras rumah. Sayang sekali kan jika ada yang menarik tapi tidak di mainkan.
Seperti hari ini, aku melihat kilauan air sisa hujan tadi pagi yang terkena matahari. Indah sekali, apalagi pas aku melihat lebih dekat ternyata ada bayanganku di dalamnya. Karena penasaran aku memainkan airnya dan gambarku ikut bergoyang juga.
Ternyata genangan air tidak hanya ada satu tapi ada beberapa lagi. Tapi aku lupa kalau habis hujan kan tanahnya menjadi becek dan licin. Dan saat aku sedang asyik melompat kesana kemari di atas genangan air tiba-tiba kakiku seperti menginjak kulit pisang yang licin dan akhirnya ada suara yang terdengar seperti benda jatuh.
Bruuukk.
Ternyata benda yang jatuh itu adalah aku sendiri. Tidak terasa sakit sih tapi menjadikan bajuku kotor semua.
"Ibu...... ".
Aku teriak memanggil ibu yang sedang berada di dalam rumah. Aku masih duduk di atas tanah yang berlumpur sambil memainkan air di sekitarnya. Kira-kira ibu marah tidak ya melihatku bermain air. Sebab terakhir aku bermain air sisa hujan, ibu menyemprot seluruh badanku yang penuh lumpur sambil terus bicara yang aku sendiri tidak tahu ngomongin apa.
Dan lihatlah itu ibuku keluar rumah. Aku melihatnya sedang berjalan ke arahku dengan ekspresi yang aku tak mengerti. Ibu mendekatiku dan setelah menghela nafas panjang beliau jongkok persis di depanku.
"Adek lagi main apa?"
Wow... Ajaib sekali ibu tidak marah ataupun mengomel seperti tempo hari, padahal aku sudah siap mendengarkan suaranya.
"Ditanya kok diam aja?"
"Kian jatuh bu, kotor semua." jawabku sambil memperlihatkan senyum terbaikku.
"Kok gak bangun, sakit nggak?"
"Gak sakit kok. Kian gak bisa bangun Bu, tanahnya licin."
"Bangun pelan-pelan bawa sandalmu dan mendekat ke kran air sana".
Ah ternyata aku akan di semprot lagi, bukan cuma dengan air tapi sepertinya juga dengan kata-kata mutiara ibu.
Aku bangkit perlahan-lahan, setelah mengambil sandalku yang penuh lumpur aku melangkah ke tempat yang ibu sebutkan tadi. Aku diam berdiri menikmati air dari semprotan yang di pegang ibu. Aku masih menunggu suara ibu mengomel yang belum juga terdengar. Setelah memastikan tak ada lumpur yang menempel di baju yang aku kenakan, ibu melepaskannya dan memintaku langsung ke kamar mandi.
Selesai mandi ibu memakaikan bajuku masih dengan diam. Hanya sesekali terdengar sedang mengucapkan kata Astaghfirullah dan helaan nafas panjang.
"Ibu... Ibu gak marah lagi adek main air?"
"Nggak, ngapain marah bikin capek mulut ibu. Eh, ini baru jam 11 loh dan Kian sudah mandi dua kali, kalau sekali lagi adek main air diluar ibu gak mau mandiin lagi. Adek dengar yang ibu bilang?"
Aku hanya menganggukan kepala mendengar ucapan ibu.
"Dan karena ini sudah yang ketiga kalinya adek bermain lumpur tanpa ijin, sebagai hukumannya adek gak akan dapat es krim, susu cokelat ataupun teh lemon hari ini".
Ibu mengatakan kalimat itu sambil meninggalkanku dengan wajah yang tersenyum tapi malah membuatku takut. Tak ada es krim, susu cokelat dan teh lemon kesukaanku? Ingin rasanya aku menangis sambil gulung-gulung di lantai.
Dan sebelum aku menangis, aku mau mengingatkan lagi namaku Kiandra dan umurku tiga tahun.
Ibu.... Kian mau es krim pelangi....
✏ -- the end -- ✏
Blitar, 04 Februari 2020
wkwkkwkwkwk, baru sempet buka 🙏🙏🙏 maaphken
Mana yang nulis, yang nulissss inihhhh mana???? 😂😂😂😂
Silakan kirim ke email author ke
[email protected]
Akan saia publish tentunya melalui proses editing typo tanpa mengurangi isi cerita.
Berminat untuk gabung?
Ayo...ayooo...ayoooooo 😍😍😍
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top