Sepenggal Kisah

Memandang bibir yang merekah dengan mata sedikit menyipit membuatku terlempar pada kejadian lima tahun lalu. Samantha, gadis yang memenuhi hati dan pikiran, sehingga aku tak henti berlelah demi mewujudkan hidup bahagia bersamanya. Gadis itu tak pernah tahu sedalam apa rasa yang kumiliki untuknya.

"Kamu? Kamu mengajak menikah? Memangnya kamu punya apa?" hardiknya ketika kuutarakan niat saat itu.

Petir menyambar disertai gemuruh angin. Jendela kamarku keras menutup menimbulkan getaran di sekitarnya. Kumasukkan foto Samantha ke kantong baju.
Penunjuk waktu yang melingkar di tangan menunjukkan tepat tengah malam. Kusambar mantel yang tergantung di balik pintu, memakai topi dan tak lupa sebatang rokok kunyalakan. Aku rasa ini saatnya.

Terlihat beberapa gelandangan meringkuk kedinginan di emperan toko. Sebagian lagi asik menghabiskan malam bersama pasangannya di bawah rindang pohon. Shit! Hidup itu menggelikan bukan?

Sama sepertiku! Lima tahun rela menggantungkan harap, bekerja keras demi mendapatkan cinta seorang Sammy -demikian aku memanggilnya-. Hatiku terlalu dalam mencintainya.
Sebagian berkata, bahwa aku terlalu buta dengan rasa ini padanya. Tapi bukankah mencintai itu kebutaan yang indah? Kamu hanya bisa melihat sisi baiknya saja bukan?

Bayangan Sammy menari di pelupuk, suara manja, bibir yang selalu basah membangkitkan adrenalin. Kilat petir membuat kota ini terang sejenak.

Dengan seringai kupercepat langkah mendekati beberapa gadis yang masih berdiri menawarkan kehangatan. Sesosok gadis berambut pirang dengan bibir merah menyala mengerling padaku. Terlihat dengan isyarat mata ia mengarah ke dalam sebuah motel.

"Terima kasih! Ini untukmu. Aku rasa cukup untuk satu tahun hidup." Kuselipkan cek diantara belahan dadanya lalu masuk ke motel setelah sebelumnya membuang sisa rokok. Berbekal petunjuk gadis itu aku memasuki kamar.

Ruangan bernuansa pastel berukuran cukup besar  itu terlihat rapi. Seorang wanita telah menunggu di atas ranjang ukuran queen size dengan senyum menggoda. Wajah itu masih seperti dulu, ada terlihat bekas luka di punggungnya. Iya! Aku ingat itu.

Kubuka mantel dan topi tersenyum ke arahnya. Mata gadisku itu membulat seolah melihat hantu. Semakin kudekati ia semakin mundur. Ah sial! Sebegitu menakutkan kah aku di matanya?

Kuraih kasar tubuh langsingnya tanpa sempat ia berkata, kulumat bibir itu tanpa jeda. Ia mendorong kuat tubuhku lalu sebuah tamparan darinya mendarat. Mata itu penuh luka dan dendam menatapku.

"Tenang, Sammy! Jangan bikin aku kesal. Nanti luka di punggung itu akan bertambah," bisikku kembali meraih tubuhnya. Hasrat ingin memiliki wanita di depanku semakin menggila. Perempuan berleher jenjang itu menggeliat berontak.

"Untuk apa kamu datang? Kamu sudah punya uang untuk membayarku?" ucapannya seperti sebuah ejekan. Meski begitu apa pun yang meluncur dari bibirnya adalah keindahan.
Buatku mencintainya menimbulkan hormon dopamin yang memacu adrenalin. Indah!

"Kamu minta ini, 'kan? Ambil semua! Aku menghilang untuk mendapatkan ini, dan semuanya untukmu!" Kuserahkan cek dan satu kotak berisi kunci mobil keluaran terbaru dari Eropa.
Mendadak senyumnya terbit, dia tak lagi seperti kucing liar. Ia mulai bersikap jinak.

"Kamu memberikan semua untukku?"

"Tentu! Untuk siapa lagi menurutmu?"

Bibir merahnya mengembang indah. Matanya mengerling nakal menyentuh rahangku.

"Sekarang kamu boleh membawaku kemana kamu mau!" bisiknya lembut dengan jemari terus menjelajah di wajah dan dadaku. Kurengkuh perempuan berambut cokelat itu, dan kubiarkan dia menikmati malam ini.

🍅🍅

Aku duduk di tepi sebuah danau dengan dengan secangkir kopi hitam yang masih mengepul ditemani surat kabar pagi. Cuaca dingin membuat aku malas untuk sekedar menggerakkan badan berolahraga.

Waktu menunjukkan pukul sepuluh. Seorang pelayan tergopoh membawakan telepon selulerku yang tak henti bergetar. Mendengar kabar dari penelpon itu aku gembira. Segera melangkah ke dalam bungalow milikku.
Menyalakan saluran  televisi seperti yang dikatakan penelpon tadi. Seorang presenter cantik membacakan berita.

"Telah ditemukan sesosok mayat tanpa identitas dengan kondisi mengenaskan dalam sebuah koper di perbatasan kota. Adapun ciri-cirinya, seorang wanita berambut cokelat dengan bekas luka di punggung."

Kuhirup aroma kopi dan menikmati hingga tandas. Kulirik kamar, gadis semampai yang semalam kusewa masih terlelap.

"Frank! Atur jadwal keberangkatanku ke Maladewa sekarang! Oh ya, ada wanita di sini, aku rasa kamu akan menyukainya!"

🍅🍅

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top