Cinta Tak Terduga
Bunyi alarm dari hp nyaring membangunkanku. Tanpa harus melihat, aku sudah tahu bahwa ini pukul tiga pagi. Segera aku bangkit dan kumatikan hp-ku.
"Tanggal sembilan belas" aku membatin ketika melihat tanggal di layar hp. Dan ingatanku pun mundur, untuk kemudian berhenti pada kejadian tiga belas tahun yang lalu.
***
19 Juni 2005.
Hari itu sepupuku ulang tahun. Seperti biasa, aku pun mengucapkan selamat dan mendoakan hal-hal baik untuknya, meskipun hanya lewat sms.
"Eh, Mas Ali kan hari ini juga ulang tahun. Ucapin selamat juga ah.." aku teringat pada seorang kakak kelas yang sudah kuanggap kakakku sendiri. Dia pula yang suka dengerin curhatku tentang gebetanku, yang kebetulan adalah teman sekelasnya. Sandi.
Tanpa menunggu lama, jariku segera memencet-mencet keypad dan mencari kontak Mas Ali. Tapi aku tak menemukan namanya, apalagi nomor hp-nya di phonebook. Kucari-cari petunjuk yang lain, tapi tetap saja nama dan nomor hp Mas Ali tak juga muncul. Pantas saja, karena memang sudah hampir lima tahun kami tak pernah lagi saling kontak.
"Ah ya sudahlah, mungkin lain kali" aku pun menyerah dan menaruh hp ke meja. Lalu menyambar handuk yang selalu tersampir manis di sandaran kursi depan komputer kamar kostku.
Baru dua langkah menuju kamar mandi, tiba-tiba aku teringat pada seseorang yang mungkin bisa kumintai nomor hp Mas Ali.
Sandi. Ya, Sandi. Gebetan yang dulu sering aku curhatin ke Mas Ali.
Tanpa pikir panjang, segera kuketik sms untuk Sandi, lalu memencet angka-angka yang sudah kuhafal di luar kepala meski tak sekalipun aku pernah menghubunginya.
Dan benarlah dugaanku. Tanpa menunggu lama, aku mendapatkan nomor hp Mas Ali dari Sandi. Maka segera kuketik ucapan selamat ulang tahun untuk Mas Ali.
'Assalamualaikum Mas Ali. Selamat ulang tahun, semoga selalu sehat dan bahagia. Sukses terus yaaa dengan segala aktivitasnya. Ini aku, Aliya, adik kelasmu SMA. Masih ingat kan? Awas kalau lupa. Haha..'
Hp pun kutaruh kembali ke meja dan aku melanjutkan niatku untuk mandi. Siang nanti aku ada janji bertemu dosen pembimbing.
Tulalit tulalit.. Nada dering tanda sms masuk berbunyi tepat ketika aku keluar dari ruang dosen pembimbing. Ternyata sms dari Mas Ali.
'Hai Aliya, terimakasih ya masih ingat ulang tahunku. Dan mana mungkin aku lupa sama kamu, cewek paling ngeyel yang bertahun-tahun bertahan menunggu temanku. Hahaha.. Ini tahun ke delapan kan ya? Gimana, udah ketemu yang lain apa mau digenapin sepuluh tahun nunggu Sandi-nya?'
Asem... Malah ngeledekin lagi.
Dan sejak saat itu kami, aku dan Mas Ali, menjadi dekat kembali seperti waktu SMA dulu. Bahan obrolan masih sama. Dan aku habis jadi bulan-bulanan digodain melulu tentang cintaku pada Sandi yang bertepuk sebelah tangan. Huh...
***
Aku kembali tersenyum geli mengingat kejadian tiga belas tahun yang lalu. Dan dua detik kemudian senyumku berganti menjadi senyum penuh kebahagiaan, menatap ketiga anakku yang masih tertidur pulas bersama ayahnya, Mas Ali.
Semarang,
10 Juli 2018.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top