My Go-Jek HERO

Ini adalah cerpen pertamaku yang dipublish di wattpad di akun ksap dan menjadi salah satu cerpen dari 14 cerpen dari buku 'One Short Story' karya KSAP yang telah terbit di Guepedia. Kalian bisa membacanya juga di contoh gratis Google Play book buku 'One Short Story'. Dan bagi yang ingin memiliki ebooknya bisa download di playstore atau jika ingin mengoleksi versi cetaknya bisa dipesan di guepedia.

***

"Nope Daddy!!" Pekik Prilly saat ayahnya melarang dirinya untuk ikut pergi ke Hongkong. Larangan ayahnya kali ini ia rasakan janggal. Prilly biasanya tak pernah dilarang setiap kali ia ingin ikut, dan ini pertama kalinya ia tidak diperbolehkan mengikuti ayahnya. Profesi detektif yang ia jalani sembunyi -sembunyi tanpa sepengetahuan ayahnya membuat Prilly mencium gelagat yang kurang baik dari larangan ayahnya.

"Stay home!Okay?" perintah Erza sembari mencium kening putrinya, ia kemudian masuk ke dalam kamarnya. Prilly tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, ia segera berlari ke arah kamarnya dan sebentar kemudian sudah keluar menuju mobil ayahnya, dipasangnya sebuah memory chip di tempat yang tersembunyi. Prilly kemudian kembali masuk ke dalam rumahnya.

Erza keluar dari kamarnya tergesa-gesa, ia membawa tas koper kerjanya dan beberapa pakaian yang ia masukkan ke dalam travelbag.

"Jaga diri baik-baik, Daddy pulang seminggu lagi, jangan bertindak macam-macam," peringatkan Erza pada Prilly putrinya. Erza Rahardian, ayah dari Prilly Meilya Rahardian adalah seorang pengusaha ternama yang mengembangkan usahanya di bidang properti dan industri elektronik, dan juga pemilik salah satu provider jaringan di negeri ini.

Prilly menghela nafasnya pelan, "Take care Daddy," kemudian mencium pipi ayahnya, "Prilly pasti bakalan rindu sama Daddy."

Erzapun pergi meninggalkan Prilly, selama ini mereka hanya tinggal berdua bersama beberapa asisten rumah tangga dan bodyguard, sementara mama Prilly sudah meninggal semenjak Prilly masih kecil.

*****

Seorang laki-laki keluar dari sebuah rumah mewah dengan melajukan motor Ninja250cc-nya membelah jalanan ibukota, menembus kemacetan yang setiap hari menjadi makanan sehari-harinya, ia kemudian berhenti di sebuah rumah kontrakan petak dan segera memarkirkan motornya. Sesaat kemudian ia masuk ke dalam rumah kontrakan dan tak berapa lama kemudian ia sudah berganti baju dan jaket bertuliskan GO-JEK , tak lupa ia membawa serta dua buah helm berwarna senada dengan jaketnya yaitu warna hijau.

"Eh, ada Mas Hero, selamat pagi Mas," sapa salah satu penghuni kontrakan di sebelah lelaki tersebut. Lelaki yang di panggil Hero tersebut lantas tersenyum pada wanita yang tadi menyapanya.

"Pagi juga Mbak Marsha," balasnya sembari mengunci pintu rumah kontrakannya, ia kemudian pergi meninggalkan rumah kontrakannya, menuju ke tempat member yang sudah menyewa jasanya sebagai Go-jek yang ia ketahui dari notifikasi smartphone-nya.

Motornya kini menuju ke daerah di bilangan Jakarta Barat, Perumahan Green city, sebuah perumahan elit di pinggiran Jakarta barat yang berbatasan dengan Tangerang. Kini ia berhenti di sebuah rumah elit bergaya mediterania, Hero pun turun dari motornya dan segera membunyikan bel. Nampak seorang satpam membukakan pintu gerbang.

"Non! Go-jek nya sudah datang!" Teriak satpam itu pada seseorang di dalam. Hero kemudian menunggunya sambil bersidekap dan menyandar di jok motornya. Tak berapa lama kemudian orang yang ditunggunya datang.

"Maaf kalau membuatmu menunggu lama," ucap gadis itu pada Hero sambil memperhatikan ponsel yang ada di tangannya, "Apa benar kamu yang bernama Alifian Hero Pradipta? Go-jek yang baru saja ku pesan?"

"Benar Mbak, saya siap mengantarkan kemana saja Anda pergi," jawab Hero sambil tersenyum. Gadis itupun segera naik di belakang Hero.

"Panggil saja saya Prilly," bisiknya di telinga Hero, "sekarang antar saya ke alamat ini," seraya menyodorkan secarik kertas ke tangan Hero. Hero pun mengernyitkan keningnya.

"Puncak?" Tanya Hero tak percaya, selama bergabung di Go-jek satu bulan terakhir ini ia hanya melayani rute di wilayah Jakarta, pekerjaan Hero lainnya lah yang membuatnya tidak bisa jauh-jauh meninggalkan Jakarta.

"Ayolah, please! Tolong aku, aku butuh kamu sekarang juga," Pinta Prilly pada Hero. Hero menatap ke arah gadis itu, ada sorot kegelisahan dan kekhawatiran terpancar dari matanya.

"Baiklah, aku akan mengantarmu sampai Puncak," Jawab Hero kemudian. Prilly pun memekik kegirangan.

"Yeaayyy, makasih ya!" Reflek bibirnya mencium pipi Hero, membuat Hero terkejut. Belum pernah selama ia menjadi Go-jek dicium oleh pelanggannya seperti ini. Untuk menutupi rasa terkejutnya Hero pun segera memakai helmnya, tak lupa ia pun memberikan satu helmnya lagi untuk Prilly.

Pagi itu akhirnya Hero mengantarkan Prilly ke daerah puncak, sesekali mereka berhenti untuk beristirahat sejenak dan membeli minuman.Prilly memegang pinggang Hero begitu erat saat Hero melajukan motornya dengan kecepatan tinggi.

"Heroooo, jangan kencang-kencang aku takuuuuttt!" Teriak Prilly, namun teriakannya tak dihiraukan oleh Hero, ia semakin menaikkan kecepatan motornya sambil tersenyum jahil di balik helmnya.

*******

Matahari sudah berada di atas kepala saat Hero dan Prilly sampai di puncak. Hamparan kebun teh yang luas langsung menyapa mereka. Ada juga beberapa kebun strawberry yang mereka lewati.

"Sekarang sudah sampai di Puncak nih, kemana lagi kita?" Tanya Hero pada Prilly. Tangannya melepaskan helm yang ia pakai kemudian mengusap peluh yang ada di dahinya dengan tangannya, namun belum sampai Hero mengusapnya sapu tangan Prilly sudah terlebih dahulu mendarat di keningnya. Hero pun tersenyum lantas meraih tangan Prilly dan mengecupnya. Prilly pun tersipu dan segera menarik tangannya.

"Dasar!! Go-jek nakal!" Umpat Prilly saat ia sudah menarik tangannya. Bibirnya mengerucut sementara matanya menatap Hero jengah.

"Nakal bagaimana? Bukankah kamu yang mulai duluan? Tadi pagi tiba - tiba menciumku! Atau mau aku perkosa?Hmm?" Hero tiba - tiba mendekatkan wajahnya ke arah Prilly, Prilly pun segera mendorong wajah Hero untuk menjauh. Kebersamaan mereka sedari pagi membuat mereka semakin akrab, tak jarang Hero mencandai Prilly hingga muka Prilly merona merah.

Tiba - tiba terdengar suara dering telpon dari smartphone Hero, iapun segera menjauh dari Prilly sembari memberi kode. Prilly pun mengangguk dan hanya bisa melihat dari kejauhan Hero yang sedang menerima telepon dari seseorang dan terlihat sangat serius, mukanyaterlihat sedikit tegang, namun sesaat kemudian ekspresinya berubah kembali seperti semula.

Hero sudah kembali lagi ke tempat Prilly, ia pun masih sibuk dengan smartphone di tangannya. Ia sedang melacak keberadaan seseorang dengan GPS yang berada di smartphone-nya.

"Masih jauh tempatnya?" Tanya Hero kemudian. Prilly pun mengeluarkan smartphone miliknya lantas membukanya. Tak berapa lama kemudian ia menunjukkan sesuatu yang ada di smartphone-nya pada Hero. Hero pun terbelalak saat melihat posisi GPS tujuan Prilly sesuai dengan posisi GPS yang ada di smartphone-nya.

"Benar ini alamat yang kamu tuju?" tanya Hero tak percaya. Prilly pun mengangguk.

"Daddy ada di sana, entah apa yang Daddy lakukan di sana, tapi Daddy sudah membohongiku, Daddy bilang padaku jika Daddy akan pergi ke Hongkong untuk acara bisnis, aku biasanya diperbolehkan ikut tapi kali ini aku di larang," tutur Prilly sedih,"aku hanya ingin tahu apa yang dilakukan Daddy di tengah perkebunan teh yang sepi seperti ini." Lanjutnya.

Hero kemudian memarkirkan motornya di pinggir jalan di bawah pohon rindang, tangannya kemudian menarik tangan Prilly.

"Kita harus segera sampai kesana sebelum semuanya terlambat!" Peringatkan Hero mempercepat langkahnya.

******

Hero dan Prilly bersembunyi di balik sebuah pohon, nampak dari kejauhan sebuah gudang tua dengan beberapa bodyguard bertubuh tinggi tegap sedang menjaga tempat itu. Tiba - tiba terdengar deru mobil dari kejauhan, perlahan mendekat dan berhenti di depan gudang tua tersebut. Seorang laki - laki keluar dari pintu kemudi kemudian berjalan memutar membukakan pintu. Perlahan keluar sesosok cantik dari dalam mobil menyambut uluran tangan lelaki tersebut. Sontak Hero membulatkan matanya.

"Mbak Marsha?" Hero menyebut nama wanita tersebut. Wanita yang tadi pagi sempat ia temui di sebelah rumah kontrakannya. Sementara Prilly juga tersentak kaget melihat lelaki yang bersama Marsha.

"Om Vino?" desis Prilly saat melihat adik almarhumah mamanya berada di tempat yang sama sekali tidak ia sangka - sangka. Om Vino yang begitu gigih mempengaruhinya untuk memberontak pada ayahnya namun tak pernah mempan. Nampak mereka berdua masuk memasuki gudang tua tersebut, bahkan para bodyguard itupun terlihat begitu hormat pada mereka berdua. Prilly mendengus kesal.

"Hero, perasaanku tiba - tiba tidak enak, aku khawatir sama Daddy." Keluh Prilly sambil memegangi lengan Hero. Mereka masih belum beranjak dari balik pohon. Tiba - tiba Hero menarik Prilly sambil menaruh jari telunjuk di bibirnya agar Prilly tak bersuara. Merekaberdua berjalan mengendap - endap menuju ke belakang gudang, sesampainya di sana mereka mencari celah untuk melihat ke dalam. Akhirnya merekapun menemukan sedikit celah di bagian pintu yang sudah rusak, sepertinya pintu itu sudah jarang dipakai. Prilly menempelkan matanya ke lubang kecil itu, matanya sontak terbelalak, ia melihat ayahnya dalam keadaan terikat sedang di depannya ada Om Vino dan Marsha. Mereka sedang tertawa terbahak-bahak.

"Jangan pernah kalian sentuh Prilly! Sekali saja kalian sentuh dia, kalian berdua kuhabisi!" Teriak Erza dari dalam, yang langsung mengundang tawa jahat Vino dan Marsha.

"Oh ya? Coba buktikan kalau bisa! Hebat bisa membunuh kami dengan tangan terikat seperti itu!" Tantang Vino dengan tawa menyeringai. Prilly yang melihatnya dari celah - celah semakin tak tahan. Dan tiba-tiba BRAAAAKKK!! Pintu tempat Prilly dan Hero mengintip roboh. Mereka pun ikut jatuh tersungkur mengikuti pintu yang roboh.

"Siapa kalian?!!" Teriak Vino dan Marsha saat melihat ada sosok yang jatuh bersamaan dengan robohnya pintu. Segera Hero menarik tangan Prilly dan kemudian menghampiri Ayah Prilly yang masih terikat.

"Prilly, cepat kamu lepaskan Daddymu, biar aku hadapi orang ini!" Seru Hero sambil melayangkan pukulannya ke arah Vino. BUGHHHH!!! Vino yang tidak siap menghadapi pukulan Hero pun tersungkur, namun tak berapa lama kemudian ia sudah bangun dan siap melawan Hero. SementaraPrilly yang akan membebaskan ayahnya kewalahan karena mendapatkan serangan dari Marsha. Prilly pun dengan sigap melawan Marsha dengan kedua tangannya, ia arahkan pukulannya telak di muka Marsha lantas Prilly melayangkan kakinya tepat di ulu hati, Marsha pun tersungkur dengan darah yang mengalir dari sudut bibirnya. Buru - buru Prilly melepakan tali yang mengikat Erza ayahnya.

"Daddy, are you akay?" tanya Prilly sesaat setelah ayahnya terlepas dari ikatan, Ayahnya mengangguk lantas memeluknya.

"Maafkan Daddy, telah berbohong padamu sayang, Vino telah menjebak Daddy." Bisik Erza di telinga puterinya. Prilly tersenyum pada ayahnya.

"Yang penting Daddy selamat, Prilly tidak akan bisa memaafkan diri Prilly seandainya Daddy kenapa - napa," balas Prilly mengeratkan pelukannya.

Sementara itu Hero masih belum berhenti beradu pukulan melawan Vino, Posisinya kini terjepit, para bodiguard yang tadi berjaga - jaga di depan kini mulai bersatu mengeroyoknya. Satu lawan enam itulah yang terjadi sekarang. Hero sedikit kewalahan menghadapi mereka berenam, Vino dan lima bodyguard-nya. Prilly yang melihat Hero kewalahan segera bersiap untuk membantu namun tangan Erza menahannya.

"Biar Prilly yang membantunya Daddy, Daddy awasi saja itu si ular," kata Prilly seraya menunjuk pada Marsha, "siapa tahu dia tiba-tiba nyerang Prilly." lanjutnya kemudian mencium pipi ayahnya. Prilly pun segera membantu Hero, kemampuannya di bidang bela diri tak perlu diragukan lagi, penyandang Sabuk Hitam ini dengan sangat lincah mengembalikan serangan lawan. Hero pun dengan penuh semangat menghajar lawan-lawannya meski mereka terhitung cukup banyak, penyandang Sabuk Hitam Karate ini pun bertubi - tubi melayangkan serangannya yang sulit dielakkan oleh lawannya. Namun tanpa Hero dan Prilly sadari ada seseorang yang bermain curang, salah satu dari bodyguard itu mengeluarkan senjata tajam sesaat setelah Hero dan Prilly melumpuhkan Vino dan keempat bodyguard-nya. Dan sesaat sebelum bodyguard itu menyerang Prilly dengan pisau. tajamnya, Hero menangkap gelagatnya dan ....

"Prilly awas!!" Hero mendorong Prilly ke samping dan, "Ahhh!" pekik Hero saat sebuah benda tajam menggores lengannya. Darah berucucuran membasahi jaket Go-jeknya. Bodyguard yang baru saja melukai Hero segera berlari hendak meninggalkan tempat itu namun tiba-tiba, DOORRRRR!! Sebuah suara tembakan terdengar. Satu peluru menembus paha kanannya. Hero dengan cekatan telah mengambil pistol di balik sepatu PDL-nya dan melumpuhkan musuhnya yang masih tersisa satu orang. Dan tak berapa lama terdengar suara derapan langkah mendekati tempat tersebut.

"Jangan bergerak!!" Perintah seseorang yang baru masuk ke dalam gudang tersebut diikuti beberapa orang berseragam polisi. Vino dan para antek - anteknya pun mengangkat tangan mereka. Beberapa orang polisi segera meringkus para kawanan penjahat itu.

"AKP Ali baik - baik saja?" tanya salah satu anggota polisi yang mendekati Hero saat melihat lengan jaketnya telah merah oleh darah. Hero hanya tersenyum menanggapi kekhawatiran anak buahnya itu.

"Tenang saja, AKP Ali Ghany Pradipta tidak akan mati hanya karena luka gores seperti ini, tapi bisa mati pelan - pelan jika harus menahan perasaan, nanti setelah saya siapkan surat perintah penangkapan, segera lakukan penangkapan pada gadis itu." Ujar Hero sambil menunjuk ke arah Prilly yang berada agak jauh dari dirinya. Ia pun hendak keluar meninggalkan gudang saat tiba - tiba Prilly memanggilnya.

"Hero tunggu!" Teriak Prilly berlari ke arahnya, "makasih ya, sungguh aku tidak tahu harus membalasnya dengan apa." lanjut Prilly menatap dalam mata Hero. Hero pun tersenyum penuh arti menanggapi perkataan Prilly.

"Mudah, kamu cukup membalas dengan datang ke kantor polisi setelah surat penangkapan kamu disiapkan." Jawab Hero kemudian pergi meninggalkan Prilly begitu saja. Prilly yang kebingungan akan kata - kata Hero dan tiba - tiba Hero meninggalkannya begitu saja membuatnya kesal.

"Herooooooo!!!!"

*****

Dua minggu telah lewat semenjak peristiwa di Puncak , Hero telah kembali ke kesatuannya di Kepolisian. dan meninggalkan profesinya sebagai Go-Jek karena kamuflasenya sudah berakhir. Saat itu ia dan kesatuannya sedang melakukan rencana untuk menangkap Vino Setiawan, seorang mafia kelas kakap dan penyelundup barang - barang ilegal serta terlibat dalam perdagangan manusia. Hero kini telah kembali ke identitas semula dari seorang bernama Alifian Hero Pradipta kembali menjadi AKP Ali Ghany Pradipta.

Prilly termenung di pinggir kolam renang, kakinya menjuntai memainkan air di kolam tersebut, entah sudah berapa lama ia melamun di tempat itu, pikirannya kini dipenuhi oleh satu nama, HERO. Sudah dua minggu ia tidak melihatnya, Prilly sangat merindukan Hero. Kebersamaannya bersama Hero selama satu hari telah menorehkan kenangan yang begitu berarti di dasar hatinya. Cinta, mungkin itu yang ia rasakan. Berapa lamanya waktu ia mengenal Hero itu tidak penting, karena cinta tidak mengenal waktu berapa lama ia mengenal pasangannya.

"Non Prilly, ada yang mencari Non di luar," ucap salah satu satpam yang masuk menemui Prilly.

"Siapa?" tanya Prilly penasaran, berharap Hero datang mencarinya.

"Polisi Non, mereka ingin menangkap Non Prilly," jawab satpam itu ragu. Prilly pun terkejut. Ia pun segera menemui Polisi yang di sebutkan tadi, ada tiga orang berseragam polisi masih berdiri di samping pos satpam.

"Maaf, dengan terpaksa saya menagkap Anda Nona, Anda telah melakukan tindak pidana pencurian. Mohon ikut saya ke kantor polisi untuk memberikan keterangan." Tegas salah satu orang berseragam polisi tersebut, dengan terpaksa Prilly menurutinya tanpa protes, protes pun tidak akan ada gunanya.

Sesampainya di kantor polisi Prilly pun di giring ke sebuah ruangan. Nampak seseorang yang sedang duduk membelakangi meja.

"Duduklah," perintah orang itu pada Prilly, Prilly pun kemudian duduk di depan meja orang tersebut, perlahan orang itu membalikkan badannya.

"Hero?" pekik Prilly terkejut saat menjumpai Hero sangat gagah dengan seragam polisinya.Hero pun tersenyum kemudian bangkit dari duduknya lantas berjalan mendekati Prilly.

"Selamat datang pencuri." Sambut Ali pada Prilly, Prilly yang dituduh sebagai pencuri pun tak terima.

"Aku bukan pencuri!!!" Pekiknya. Ali menatap tajam pada Prilly.

"Kamu pencuri Prilly! Dan saya akan menghukummu untuk mendampingi saya seumur hidup, kamu telah mencuri hati saya. Will you marry me Prilly Meilya Rahardian?"
Prilly tak bisa berkata apa - apa lagi, Hero telah membuatnya bertekuk lutut, Hero telah melamarnya dengan caranya sendiri.

"Will you marry me Prilly Meilya Rahardian?" Ulang Ali sekali lagi. Prilly pun menghambur ke pelukan Ali sembari melirik ke badge name polisi HEROnya, AKP Ali Ghany Pradipta.

"Yes I will, Ajun Komisaris Polisi Ali Ghany Pradipta."

****END***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top

Tags: