Andaikan
(songfiction lagu Daisuke-Moshimo)
Yume ni miru yokogao wa ano koro no mama de
(Sosok yang kulihat di mimpi sama seperti sebelumnya..)
Aku berada di suatu tempat yang sudah sangat kukenal. Tempat yang biasa kukunjungi bersama dia. Tempat di mana dunia kami berdua kami bangun bersama. Di mana pertama kali aku bertemu dengannya. Tempat di mana pertama kali kami tertawa bersama. Tempat di mana pertama kali aku jatuh cinta padanya. Tempat di mana pertama kali aku menyatakan cinta padanya. Tempat di mana pertama kali kami berpelukan. Tempat di mana kami bersenda gurau bersama, dan ... tempat di mana kami berdua berpisah.
Aku duduk di bangku kayu berwarna putih panjang sendirian saat ini. Ilalang tinggi mengelilingiku. Ilalang itu mengelilingi bangku ini dengan jarak kurang lebih 3 meter. Sehingga diameter rerumputan pendek disekitar bangku adalah 6 meter. Aku masih bingung sampai sekarang siapa yang menaruh bangku ini di tengah tengah lapangan ilalang ini. Tapi aku juga ingin berterima kasih pada orang itu, karena dia, aku dapat bertemu dengan gadis cantik itu.
Aku masih diam duduk di bangku ini. Entah apa yang akan kulakukan. Aku hanya diam saja. Aku menengok ke kanan, ilalang bergoyang diterpa angin. Aku menengok ke kiri, ilalang bergoyang diterpa angin. Aku menoleh ke belakang, ilalang bergoyang diterpa angin. Aku pun kembali menatap ke depan dan melihat seorang perempuan yang memakai gaun putih panjang yang sangat cantik. Ah, itu dia! Kania, kekasih hatiku yang pertama kali kutemui di tempat aku berada sekarang.
Kania, seorang gadis yang sungguh cantik di mataku. Rambutnya yang bergelombang berwarna hitam yang entah kenapa aku suka sekali mengelus-elusnya. Dia pun selalu senang jika aku mengelus-elus rambutnya. Disaat itu lah, aku langsung mengacak-acak rambutnya. Mata hitamnya yang selalu menatapku dengan hangat, selalu saja bisa membuatku tenang. Hidungnya yang mungil dan terlihat proporsional dengan bentuk wajahnya, selalu ingin kucubit dengan gemas. Bibirnya yang selalu menebar senyuman, selalu saja dapat membuatku luluh. Senyumannya itu bagai senjata yang dapat membuatku makin jatuh hati padanya.
Se no takai kusanami ni hashiri satte kieta
(Ia berlari dan menghilang di tengah rerumputan yang panjang..)
Kania, yang saat ini berada di hadapanku tersenyum lebar dengan matanya yang tertutup. Aku tak bisa bergerak, aku hanya duduk diam bagaikan patung. Aku benar-benar tak bisa bergerak. Aku hanya bisa menatapnya, menatapnya dari tempat dudukku yang membuatnya terlihat gelap karena cahaya matahari yang memancar tepat di belakangnya. Tiba-tiba dia berbalik dan mulai berlari melewati ilalang yang tinggi.
Omoidasu kioku wo kakiwake ato wou boku wa
(Aku berusaha mengejar dan mengingat kenangan itu kembali..)
Modokashiku mo iki wo kirashite saigo wa todokazu ni
tooku
(Namun aku tak dapat menggapainya dan akhirnya akan kehabisan nafas..
Begitu jauh..)
Aku hanya melihat Kania berlari menuju ilalang tanpa bisa bergerak. Kania menembus ilalang itu dan menghilang dari pandanganku. Aku berusaha dengan keras, dengan kekuatan penuh untuk bisa bergerak. Aku terus berusaha untuk bergerak, sampai akhirnya aku berhasil. Aku berhasil berdiri. Tanpa menunggu lama lagi aku berlari ke arah kania berjalan tadi. Aku berlari menembus ilalang. Berlari. Terus berlari. Mengejar Kania. Ilalang ini seakan tak ada ujungnya. Aku terus berlari, terus berlari. Sampai akhirnya aku kehabisan nafas. Aku tak bisa berlari mengejar Kania lagi. Aku berlutut. Aku menghantam tanah dengan tanganku yang terkepal. Gagal. Tiba-tiba langit berubah menjadi gelap. Perlahan tapi pasti, kegelapan mulai menyelimutiku. Sampai akhirnya berubah menjadi kegelapan total.
Nannen mae no koto deshou
Nidoto modorenai ano basho ni
Oitekite shimatta boku no kokoro sa
(Entah berapa tahun telah berlalu..
Aku tidak dapat kembali ke tempat itu..
Karena aku hanya akan meninggalkan hatiku..)
Aku membuka mataku. Aku bercucuran air keringat, tadi itu hanya mimpi. Mimpi buruk. Mimpi buruk yang akhir-akhir ini sering menghantuiku. Aku benar-benar khawatir akan hal ini. Aku pun duduk di kasurku. Kamarku masih gelap, tapi dapat kulihat sinar matahari memaksa masuk dari balik gorden jendela kamarku. Kulihat jam alarm digitalku yang bersinar warna merah di setiap angkanya, jam 07.14.
Mimpi yang tadi, selalu mengingatkanku padanya. Padahal kami telah berpisah, dan aku sudah berusaha melupakannya. Tapi akhir-akhir ini mimpi yang sama itu selalu datang. Hari inilah yang paling jelas. Aku melihat tempat itu dengan jelas. Aku melihat ilalang itu dengan jelas. Aku melihat Kania dengan jelas. Semuanya terlihat begitu jelas. Pertanda apa? Semua ini pertanda apa Kania?
Aku mengambil handphoneku di bawah bantal. Kunyalakan, dan kulihat tanggal, tanggal tiga belas September. Seketika aku ingat semuanya. Dalam satu detik, memori tiga tahun lalu menyambar keluar dari pikiranku yang telah lama terpendam. Tiga tahun yang lalu, di tanggal yang sama aku dan Kania berpisah. Aku tak mau mengingat-ingat kronologisnya lagi, karena itu bisa menghancurkan hatiku. Padahal ... padahal, kami sangat menyayangi satu sama lain, tapi aku tak menyangka, hal itu bisa memisahkan kami berdua. Jangan paksa aku untuk mengingat bagaimana kami bisa bertemu di tempat itu. Itu dapat membuatku bersedih yang lebih dalam lagi. Jangan paksa aku mengingat kembali betapa manis senyuman Kania itu, karena itu menusuk hatiku sampai menembus. Jangan paksa aku ... jangan paksa aku untuk menceritakan semuanya.
FLASHBACK START
Aku sampai di tempat yang sungguh indah. Ah, sial aku tak membawa kameraku. Kenapa aku baru tahu sekarang? Tempat ini indah dan sempurna. Aku hanya bisa mematung melihat pemandangan indah ini. Aku tahu ini tak seberapa, tapi lapangan ilalang yang luas ini benar-benar luar biasa. Untung sekali aku bisa menemukan tempat ini, padahal awalnya aku hanya berniat berjalan-jalan saja. Tiba-tiba aku mendapat ide yang bagus. Bagaimana jika aku masuk ke dalam ilalang ini? Ya, pasti sangat menyenangkan!
Aku pun melangkahkan kakiku memasuki lapangan ilalang yang tinggi itu. Aku mengangkat tanganku kedepan, menghalau ilalang yang menghadang jalanku. Aku terus maju. Berjalan lurus. Aku berpikiran kalau aku tersesat, aku hanya tinggal berbalik dan berjalan lurus lagi saja. Daripada harus tersesat selamanya di tempat seperti ini.
Aku terus berjalan lurus melewati ilalang ini berharap menemukan sesuatu yang aneh. Berharap menemukan sesuatu yang tak biasa. Aku terus berjalan, sampai akhirnya aku menemukan tempat aneh. Aku menemukan sebuah tempat berbentuk lingkaran kira-kira berdiameter enam meter yang bukan merupakan kumpulan ilalang, melainkan rumput pendek, hanya setinggi sol sepatuku. Di tengahnya terdapat bangku atau kursi kayu panjang berwarna putih. Kursi itu diduduki oleh seorang gadis cantik bergaun putih panjang yang sedang membaca buku. Awalnya aku terkejut, dia pun terlihat terkejut melihatku, tapi akhirnya aku bisa tenang. Dia adalah gadis yang sangat cantik, dengan rambut hitam bergelombang dan mata bulat. Aku menghampiri gadis itu dan duduk di sebelahnya sambil tersenyum.
"Hai," sapaku.
"Eh, hai juga," jawabnya sambil tersenyum.
"Ini tempat apa ya? Kok aneh banget."
"Hmm ... aku juga gak tau. Aku cuma nemu tempat ini, lengkap sama kursi ini."
"Oh ... kamu sering ke sini?"
"Ya lumayan lah. Aku udah beberapa minggu ini sering ke sini. Ini tempat yang sempurna. Kamu sendiri? Kamu udah pernah ke sini sebelum aku sering ke sini kah?" tanyanya dengan ekspresi bingung.
"Gak. Baru pertama kali aku ke sini. Hmm ... by the way, nama kamu siapa?"
"Kania Lestari. Salam kenal. Kalau kamu?" Senyum mengembang di wajahnya. Aku tak pernah melihat senyuman semanis itu dari seorang gadis cantik.
"Putra Wijaya. Salam kenal juga."
FLASHBACK END
Moshi mo yume naraba
Torimodosenai no nara
Kono kimochi wa dou shite tsutaereba ii no?
(Jika hanya ini mimpi yang kumiliki..
Dan jika aku tak dapat kembali lagi..
Entah bagaimana caranya aku mengungkapkan perasaan ini?)
Saat ini aku masih terduduk di kasurku. Masih mengingat, masih membayangkan, masih memikirkan kejadian empat tahun yang lalu, saat aku bertemu dengannya pertama kali. Sungguh waktu yang sangat indah kami alami bersama. Aku hampir tak percaya, bagaimana bisa kami berpisah.
Setelah pertemuan pertama kami itu, setelah dua minggu rutin bertemu, aku menyatakan cinta padanya dan dia menerimaku. Unik bukan? Seorang gadis yang kutemui di tempat random bisa menjadi kekasih hatiku. Kami hanya dapat menikmati waktu kami hanya selama setahun. Setelah itu kami berpisah. Berpisah tak pernah bertemu lagi. Berpisah selamanya.
Di sinilah aku sekarang, di rumahku. Aku tak pernah mengunjungi tempat itu lagi semenjak dua tahun yang lalu, satu tahun setelah kami berdua berpisah. Semua terasa sangat cepat. Aku berusaha melupakan semua hal tentang Kani, tapi kenangan itu kerap kembali di pikiranku, memaksaku untuk mengingatnya kembali. Aku ingin sekali mengungkapkan perasaan kehilanganku ini. Aku ingin sekali mengunjungi tempat itu lagi. Apakah aku bisa dan sanggup kembali kesana lagi dengan semua kenangan yang menyakitkan ini? Ya, aku bisa! Aku telah memutuskan, hari ini tepat 3 tahun hari perpisahanku dengan Kania, aku akan kembali mengunjungi tempat itu.
imada ni woikaketeru ano hi no zanzou wo
(Namun kini aku terus mengejar bayangan pada hari-hari itu..)
Aku bersiap-siap untuk pergi kesana. Aku memakai kaos berwarna cokelat, celana panjang hitam, lengkap dengan jaket hitamku. Aku pun mulai berjalan menyusuri jalan yang telah lama tak kulewati. Semakin lama, kenangan-kenangan lama itu semakin menyambar keluar dari memori lamaku. Aku melihat toko bunga di pinggir jalan, entah kenapa aku berhenti untuk membeli bunga. Aku membeli bunga mawar. Entah kenapa, padahal aku tak tahu apa yang akan terjadi disana nanti. Setelah membeli bunga itu, aku pun melanjutkan perjalanan yang telah lama kulupakan ini. Kania, aku tidak melupakanmu. Walaupun aku berusaha melupakanmu, tapi aku tak melupakanmu. Lihat, sekarang aku menuju kesana, Kania. Menuju ke tempat kita berdua.
Aku pun sudah sampai di jalanan yang menyuguhkan pemandangan lapangan ilalang yang luas. Tak ada yang berubah. Masih indah seperti dahulu. Sekarang, aku hanya perlu masuk ke dalam, berjalan lurus, dan sampailah di tempat itu. Aku masih terdiam sejenak, menikmati keindahan alam yang kutakut aku takkan pernah melihatnya lagi. Lagi-lagi aku ingat Kania.
Aku pun melangkah masuk ke dalam hutan ilalang itu. Aku mengangkat tanganku ke depan dengan bunga mawar di tangan kananku. Aku terus berjalan lurus. Terus berjalan. Sampai akhirnya di sinilah aku. Aku sudah sampai di tempat ini lagi. Tempat yang sudah dua tahun tak kukunjungi. Tempat di mana aku dan Kania berpisah. Tempat di mana aku jatuh cinta padanya. Tempat di mana kami berdua pertama kali bertemu. Tempat ini. Aku melihat kursi putih panjang di tengah-tengah. Tak ada siapa-siapa. Tak ada yang duduk di sana. Aku kecewa. Siapa yang kuharapkan duduk di sana? Kania? Tidak. Aku hanya kecewa tidak ada siapa-siapa disana. Aku pun berjalan menuju kursi itu. Rerumputan pendek itu sekarang sudah setinggi lututku. Aku duduk di kursi itu, lagi-lagi aku ingat Kania. Tidak, jangan paksa aku mengingat bagaimana kami berpisah.
FLASHBACK START
Aku sungguh rindu pada Kania. Sudah seminggu aku tak bertemu dengannya semenjak tanggal enam September kemarin. Entah kenapa, sekarang aku membawa bunga mawar di tangan kananku. Mungkin karena aku sangat rindu padanya. Aku sungguh bersemangat ingin bertemu dengannya. Aku rindu pada senyumnya yang dapat menyejukkan hati, aku rindu pada rambutnya yang ingin kuelus-elus kemudian kuacak-acak, dan aku rindu pada mata bulatnya yang selalu menatapku dengan hangat. Ah, aku sungguh rindu padanya. Ingin rasanya aku langsung memeluknya saat aku bertemu dengannya nanti.
Aku saat ini berlari sangat cepat, tak peduli pada ilalang yang menerpa wajahku. Aku hanya ingin cepat-cepat bertemu dengan Kania. Aku terus berlari sampai akhirnya aku sampai. Tak ada siapa-siapa. Tak ada yang duduk di kursi itu. Bukan main kecewa yang kurasakan. Kemana Kania? Aku memutusan untuk menunggunya di kursi itu sampai di datang.
Lumayan lama aku menunggu, sampai akhirnya aku mendengar bunyi gemersik dari depanku, dan seseorang muncul dari balik alang-alang. Kukira itu Kania, ternyata bukan. Dia adalah seorang lelaki yang memakai setelan hitam. Dia tersenyum melihatku.
"Ah, Anda dengan saudara Putra Wijaya?" tanya lelaki itu.
"Hmm ... iya benar. Maaf, Anda siapa ya?"
"Perkenalkan nama saya Rido. Saya perwakilan keluarga Kania. Saya om nya Kania."
"Oh, iya om." Aku beranjak dari tempat dudukku. "Hmm ... ada apa ya? Kalau boleh tau, Kania ada di mana ya?"
"Soal itu, om ada pesen dari Kania. Om diminta temuin kamu di sini dan kita akan ke sana." Kata Om Rido.
"Emm ... ke mana ya?"
"Udah ikut aja."
Akhirnya aku pun mengikuti Om Rido menyusuri lapangan ilalang ini ke arah seberang dari arah aku datang tadi dan sampai di tempat itu.
FLASHBACK END
Kanashimi ni akekure nagara mo ima
(Meski pun saat ini aku merasakan kesedihan..)
Aku menggenggam bunga mawar yang ada di tangan kananku sekencang-kencangnya setelah mengingat kembali kejadian itu. Perasaanku campur aduk saat ini, tapi yang paling dominan adalah kesedihan. Kenangan itu memukulku sangat keras setiap kali aku mengingatnya. Kania, lagi-lagi aku mengingatmu. Aku beranjak dari tempat dudukku, lalu berjalan menuju arah seberang dari arah aku datang tadi. Aku berjalan dengan lemas melewati ilalang. Terus menembus sampai akhirnya aku sampai di lapangan yang luas. Yang dari kejauhan terlihat sesuatu. Aku mendekatinya. Aku sampai. Aku sampai, Kania. Aku meletakkan bunga mawarku di atas kuburan itu, lalu mengelus-elus batu nisan bertuliskan "KANIA LESTARI" itu.
anata naki sekai de boku wa ikiru yo
(Aku akan hidup di dunia ini meski pun tanpamu..)
Kania, kau telah memberitahuku tentang hari ini padaku lewat mimpi-mimpi itu. Maafkan aku Kania, aku berusaha melupakanmu. Aku tak mau terus menerus mengingatmu. Aku takkan bisa hidup karena itu. Kania, aku mencintaimu. Aku tidak tahu apakah hari ini terakhir kalinya aku akan mengunjungimu atau tidak. Karena aku akan sesegera mungkin melupakanmu. Jangan ganggu aku lagi ya, Kania. Percayalah, aku akan tetap cinta padamu walaupun aku telah melupakanmu, tapi yang pasti, biarkanlah kali ini aku berusaha melupakanmu dulu. Berusaha hidup di dunia ini tanpamu.
TAMAT
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top