Bab 3
"Keluar," usir Keano pada Farah.
"Mas? Kita belum .... " bibir Farah terkatup saat melihat tatapan tajam Keano. Sepertinya suasana hati Keano sedang tak stabil, dan semakin menjadi ketika ia membahas soal perceraian.
"Aku hanya tak ingin membelenggumu, Mas," lirih Farah yang hanya ia sendiri mendengarnya. Pada akhirnya Farah keluar dari ruang kerja itu, meski pembicaraan mereka belum menemukan hasil.
Kepergian Farah, Keano merenung. Kehadiran Maera membuatnya kesal, lalu tiba-tiba Farah mengajukan perceraian setelah tiga tahun pernikahan mereka.
Meski ia tak mencintai Farah, bukankah ia telah memenuhi kewajibannya sebagai suami? Keano memberi nafkah untuk Farah dengan nominal tak bisa dikatakan sedikit, apakah itu juga masih kurang?
Baginya pernikahan hanya sekali seumur hidup. Selagi ia bisa memberi nafkah untuk Farah, baginya itu sudah cukup. Walau dari awal hingga tiga tahun pernikahannya kini, mereka masih pisah kamar.
Keano akui Farah wanita yang cantik, tetapi tak bisa membuatnya jatuh cinta. Ia selalu menghindari Farah meski wanita itu menunjukkan sikap sebagai istri semestinya.
Farah baik, tapi untuk satu ranjang bersama, Keano tak siap. Ia juga tak bisa menyentuh wanita hanya berdasarkan nafsu semata.
Akan tetapi mendengar Farah mengajukan perceraian tadi, Keano merasa ada yang salah dengan hatinya.
Kenapa ia merasa tak terima?
Kenapa ia merasa marah?
Kenapa ia tak rela bila mereka berpisah?
Keano tak mengerti dengan perasaannya. Karena selama ini, hatinya telah tertutup sejak cintanya dipatahkan oleh Maera. Walau saat ini Maera ada di depan matanya, getaran yang dulu ada pada wanita itu hilang tak membekas.
Sejak saat itu Farah maupun Keano tak membahas soal perceraian. Farah yang takut untuk menanyakan, lalu Keano melupakan ajukan perceraian Farah padanya. Keano pikir, Farah hanya asal mengucap saja dan melupakan pembahasan malam itu.
Hal yang Keano tak menduga adalah Farah benar-benar ingin bercerai dan menyerah atas pernikahan mereka.
****
"Aku akan bercerai dengan Mas Kean," ucap Farah pada sahabatnya, Fatin.
"Kamu yakin soal percerain, Far? Apa tak sebaiknya kamu berpikir dengan matang?" Fatin mencoba membuat Farah tak teburu-buru mengambil keputuskan hal besar ini.
Farah menghela napas pelan.
"Sudah tiga tahun, Tin, kita menikah, tapi jangankan mencoba saling menerima, saling sapa pun kita jarang. Lalu untuk apa aku bertahan dengan sikap dingin seperti ini. Yang ada hanya aku yang terluka," lirihnya. Fatin mengusap bahu Farah guna menenangkan.
"Malah aku yang jatuh cinta duluan padanya. Bukankah aku bodoh jika tetap bertahan tanpa tahu ujungnya seperti apa?"
"Baiklah, jika kamu merasa itu pilihan terbaik, aku mendukung keputusanmu, Far. Tiga tahun memang bukan sebentar, jika kamu ikhlas melepas suamimu, aku akan tetap ada di sisimu."
Fatin mendukung apa pun keputusan Farah selagi memang itu terbaik. Fatin berharap ke depannya Farah menemukan pria yang benar-benar mencintainya dan dapat membahagiakannya.
"Terima kasih, Fatin," ucapnya terharu. Mendapat sahabat yang bisa saling mendukung satu sama lain itu hal yang jarang kita dapatkan.
"Apa'an sih kamu ini." Fatin tersenyum melihat tingkah Farah. Melihat Fatin tersenyum, Farah juga ikut tersenyum. Farah tak mengatakan secara gamblang keputusannya ini pada Fatin. Andai ia tak melihat dan mendengar ucapan Kiana tentang Maera dengan suaminya, ia pasti masih bertahan dengan pernikahannya.
Namun apa daya, Keano telah memiliki tambatan hati yang ia akui wanita itu sangat cantik. Pantaslah jika mereka bersama.
Dan itulah satu-satunya cara agar Keano bahagia dengan cara melepaskan pria itu. Jika ia bukan sumber kebahagiaan suaminya, untuk apa membertahankan. Mereka akan sama-sama sakit.
"Tapi, ini sudah sebulan aku membahas tentang perceraian. Jangankan menyerahkan surat cerai, Mas Kean cuma diam saja. Apa aku aja ya yang mengajukan cerai?"
"Mungkin bisa jadi suamimu lupa?"
Farah mengerucutkan bibirnya. Apa mungkin seorang Keano lupa? Tak lama kemudian Farah menggigit bibirnya, jika Keano hanya diam saja seperti ini, kapan mereka bercerainya?
Sebenarnya tak ada wanita yang mau gagal dalam pernikahannya. Begitu pula dengan Farah, namun apa daya jika takdirnya seperti ini.
"Lebih baik kamu tanyakan saja pada suamimu, atau bisa juga kamu mengurus sendiri. Walau aku berharap kalian memperbaiki lebih baik lagi. Kamu seperti kurang berani dan suamimu sepertinya pria pendiam," saran Fatin. Siapa tahu mereka salah paham meski menikah karena juga salah paham.
Ah, Fatin jadi pusing sendiri. Padahal ia sendiri masih lajang dan belum pernah menikah. Jadi ia tak tahu apa pun yang benar-benar di rasakan sahabatnya selain mendukungnya.
Setelah pertemuan dengan sahabatnya, Farah memilih pulang ke rumah. Ia menghela napas saat melihat mobil terparkir di rumahnya. Mengulas senyum, Farah masuk ke rumah dan menyapa mertuanya.
"Mama," sapa Farah dan menyalimi ibu mertuanya.
"Dari mana kamu?" Andin, ibu dari Keano tampak cantik diusia senjanya.
"Farah habis bertemu dengan Fatin, Mah." Farah duduk di sebelah Mama Andin dan melihat beberapa paper bag di sofa.
"Ini oleh-oleh buatmu dan buat Keano. Mama jamin kalian nanti semakin mesra." Mama Andin tertawa kecil dan menyerahkan pada Farah.
Farah tersenyum tipis, tanpa diberitahupun ia tahu apa isinya. Sayangnya apa yang diberikan Mama Andin hanya berakhir sia-sia. Farah tak bisa membayangkan jika Mama Andin tahu jika ia dan Keano akan berpisah.
Sejujurnya mempunyai mertua seperti Mama Andin adalah hal yang patut disyukuri. Mama Andin baik, menyayanginya layaknya anaknya sendiri, tak seperti mertua yang jahat pada menantu. Sayangnya Farah tak bisa membuat anaknya mencintainya.
"Makasih, Ma." Farah berterima kasih atas hadiah ini.
"Kamu ini, seperti sama orang asing aja."
Mama Andin menatap Farah dengan serius.
"Mama mau bicara serius denganmu, Far," ucapnya dengan sorot tegas.
Entah kenapa Farah merasa gugup. Apakah Mama Andin tahu perihal perceraiannya dengan Keano?
"Apa itu, Ma?"
Mama Andin menghela napas pelan.
"Ini soal wanita bernama Maera."
Deg.
Farah tersenyum masam mendengar nama itu. Ia pikir pembicaraannya kali ini sangat-sangat serius.
....
23/01/25
Hai, hai. Sementara up ini dulu ya. Karena blum bisa up Siera dan Kalandra. Soalnya seminggu ini aku lagi sakit gays, buat ketik cerita kepalaku masih kliyengan.
Thanks udah baca ya ❤️
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top