Bab 1
"Dia Maera, cinta pertama kak Keano. Setelah 3 tahun mereka berpisah, akhirnya mereka bertemu juga."
Suara adik iparnya membuat tubuh Farah membeku. Matanya menatap lurus pada dua pasangan yang sepertinya tengah melepas rindu.
Sakit, kenapa hatinya terasa sakit?
Farah memegang dadanya dan menekannya agar rasa sesak itu segera menghilang. Ia melihat suaminya tengah bahagia bersama wanita lain, bukan bersamanya.
"Farah, tolong lepaskan Kak Keano untuk Maera. Mereka saling mencintai. Pernikahanmu dengan Kakakku juga tak bahagia, 'kan? Kenapa tak bercerai saja?"
Kata-kata adik iparnya semakin menjadi, kian membuat Farah menyedihkan. Kiana, adik Keano tak menyukai Farah sebagai kakak iparnya. Apalagi ia juga tahu jika kakaknya terpaksa menikah dengan Farah. Kiana tak ingin Kakaknya bertahan dalam pernikahan yang tak diinginkan. Bagaimanapun matanya memandang, Keano sama sekali tak bersikap hangat pada Farah.
Pernikahan Farah dan Keano sudah berjalan 3 tahun, tak ada kehangatan dalam pernikahan itu. Kamar pun mereka terpisah, seakan mereka hanya orang asing yang kebetulan satu atap.
"Kebahagiaan kakakku bukan bersamamu, Farah, tapi bersama Maera. Bukankah kamu jahat memisahkan dua orang yang saling mencintai?" Kiana semakin kesal dengan keterdiaman Farah, namun saat melihat mata memerah Farah seperti hendak menangis, Kiana tersenyum puas. Kiana berharap Farah menyerah pernikahan dingin itu.
Karena bagi Kiana, Maera lah yang pantas menjadi pendamping Keano.
Farah menggigit bibirnya keras, menahan diri agar tidak menangis. Semakin hari, ucapan Kiana semakin menyakitkan. Farah tahu Kiana tak menyukainya bahkan memusuhinya. Tapi, ini bukanlah salahnya.
Karena ia tak tahu jika Keano telah memiliki wanita yang dicintainya.
Lalu, apakah ia harus menyerah dengan pernikahannya ini?
Farah tetap terdiam, tak menjawab kata-kata Kiana, tetapinmemilih membalikkan badannya dan pergi dari tempat itu. Farah tak sanggup, dan lebih baik ia pergi saja.
Disetiap langkahnya, disaat itu juga air matanya mengalir lembut di pipinya. Farah berjalan tegak, tak ingin dipandang Kiana jika ia menangis saat ini juga.
Sesampai di rumah dan memasuki kamar, tangis Farah pecah saat itu juga. Terisak-isak dengan dada kian terasa sesak dan berat.
Kenapa? Kenapa sampai detik ini ia tak bisa meraih hati Keano? Apa pun telah Farah lakukan untuk menarik perhatian suaminya agar melihatnya ada, tapi jangankan untuk merespon pada akhirnya hanya bahu dingin yang ia dapatkan
"Ternyata mencintai sendiri itu memang sakit," rintihnya dengan air mata berderai. Napasnya terputus-putus, sesekali menyeka air matanya.
Farah menekuk kedua kakinya, lalu menenggelamkan wajahnya di antara dua lututnya, lalu menangis sepuas hati, agar dapat mengurangi rasa sakitnya.
Kali ini saja, kali ini saja biarkan ia menangis sampai air matanya kering dan tak akan menangis lagi.
Setengah jam kemudian tangis Farah mereda, meski menyisakan isakan kecil. Farah memiringkan kepalanya, hingga pandangannya terjatuh pada foto pernikahannya yang ia pajang di kamarnya. Matanya yang merah menatap miris, lalu ia terkekeh kecil kemudian tertawa.
Saat ini ia seperti wanita yang tak waras.
"Haruskah aku melepasmu? Apa setelah itu kamu bahagia dengannya? Kalau iya, mungkin... aku akan berlajar dengan ikhlas melepasmu pergi bersama dengannya."
Kiana benar, ia hanya duri dalam percintaan suaminya dengan wanita yang dicintainya. Mempertahankan pernikahan tanpa ada cinta hanya akan membuat keduanya terluka.
Mungkin, inilah akhirnya puncak lelahnya setelah berjuang sendirian. Dan berhenti untuk menyakiti dirinya sendiri. Meski luka itu tak tahu kapan sembuhnya, yang pasti Farah harus melepaskan cintanya dan perlahan menyembuhkan lukanya.
***
Farah menurunkan foto pernikahannya, ibu jarinya mengelus foto tersebut dengan lembut. Ia dapat melihat foto dirinya yang tersenyum penuh bahagia, lalu melihat foto pria di sampingnya yang hanya menampilkan wajah datar namun terlihat tampan dan berkharisma.
"Pernikahan yang kupikir akan bahagia ternyata hanya pernikahan hambar. Tak ada cinta, tak ada kasih sayang, dan juga sampai kapanpun, hatimu tak bisa kumiliki." Menyerah, Farah memilih menyerah atas pernikahan ini. Ia akan melepaskan Keano pada cinta pertamanya. Tak apa ia tak bisa memiliki pria yang dicintainya, karena ia tersadar, cinta seharusnya tak saling memiliki. Melepas prianya pada cintanya juga bentuk rasa cinta Farah untuk Keano.
"Aku melepasmu Mas Kean, semoga kamu bahagia dengannya." Senyum pedih terukir di bibirnya, lalu Farah tersadar ia harus kuat, tak boleh terlihat lemah. Jika cinta tak bisa kamu dapat, lebih baik lepaskanlah.
Misinya sekarang adalah mengubur cintanya dalam-dalam. Ia harus menghilangkan perasaannya secepat mungkin. Menjadi janda muda juga tak memalukan, apalagi ia sama sekali tak pernah tersentuh oleh pria mana pun termasuk suaminya.
Satu persatu, apa pun berkaitan dengan Keano, Farah menyingkirkan dan memasukannya didalam kardus, termasuk foto pernikahannya. Itu hal pertama yang Farah lakukan sebagai tanda bukti ia tak akan lagi menginginkan cinta suaminya.
Di sisi lainnya, Kiana yang melihat Farah pergi dengan hati terluka tersenyum bahagia. Kiana, adik dari Keano itu terlalu lancang ikut campur dalam pernikahan kakaknya. Apalagi sejak awal, Kiana sama sekali tak menyukai Farah menjadi kakak iparnya. Bagi Kiana, Farah hanya merusak cinta antara Maera dan Keano. Keano dan Farah menikah karena salah paham, sehingga mengakibatkan mereka menikah. Kiana yakin, Farahlah yang menjebak Keano agar kakaknya bisa menikahinya. Bagaimanapun kakaknya memang tampan, mapan, dan banyak wanita menginginkan Keano sebagai pasangan. Dan tak mungkin kakaknya mau menyentuh sembarang wanita.
"Aku harap dia mau melepaskan kakakku. Lihatlah mereka, dua insan yang tak pantas untuk dipisahkan." Kiana menatap Maera dan Keano dengan mata berbinar. Di matanya, mereka pasangan yang serasi.
....
22/01/25
Hai, ini cerita baruku. Kalau menurut kalian bagus, aku lanjutin wkwkwk..
Terima kasih sudah mau mampir
See you next chapter 👋
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top