Bab 1
"Ampun Kanaya! Ampun!" Andrea berkata.
"Pokoknya lo harus ke rumah gue! Gue nggak nerima alasan apapun dari lo. Ngerti?! Ngerti weak princess?"
Andrea mengangguk sambil menangis, ia dilepaskan oleh Kanaya. Ia pun membersihkan diri. Kanaya pun tertawa terbahak-bahak. Andrea keluar dari kamar mandi dengan muka dengan sedikit sisa sabun. Andrea menuju tempat parkir. Di tempat parkir, Gunas sedang menunggunya.
"Andrea ke mana saja kamu? Muka kamu kenapa?"
"Nggak, kena sabun saja."
"Pasti ada yang merundung kamu?"
"Kanaya tuh."
"Mau apa sih dia?! Aku samperin nih!"
"Jangan! Ayo antar aku pulang!"
Andrea dan Gunas masuk ke dalam mobil. Gunas menyetir mobil menuju ke rumah Andrea. Gunas adalah lulusan di mana Andrea sekolah sekarang. Mereka saling mengenal di acara perkemahan. Waktu itu Gunas adalah alumnus yang Andrea taksir. Mereka berkenalan di perkemahan lalu semakin dekat. Lima bulan yang lalu mereka menjadi sepasang kekasih. Gunas bukan hanya menjadi kekasih Andrea, namun juga teman belajar. Gunas selalu mengajarkan Andrea pelajaran yang Andrea tidak bisa.
Kesopanan yang dimiliki Gunas adalah salah satu faktor yang membuat Andrea jatuh cinta, apakagi pria berkacamata itu suka sekali membaca buku. Gunas selalu memberikan wawasan baru kepada Andrea. Andrea semakin cinta dengan Gunas tatkala ia menghadiahinya dengan buku yang idam-idamkan.
Tak terasa mereka sudah sampai rumah Andrea. Andrea dan Gunas turun dari mobil. Andrea mengepalkan tangan, masih kesal dengan sikap Kanaya tadi di sekolah. Gunas mengantarkannya sampai ke dalam rumah lalu diajaknya Andrea berbicara.
"Kamu harus melawan mereka, jangan mau ditindas terus. Kasihan kamunya. Kamu juga harus jagain nenek kan. Nenek sudah tua, kalau kamu lemah begini kasihan nenek kamu."
"Aku sudah ngelawan tadi, tapi dia narik aku, padahal aku sudah teriak-teriak. Tapi nggak ada yang peduli."
"Kamu harus lapor guru!"
"Sudah dan tidak mempan!"
Gunas lalu menaikkan alisnya, ia memeluk Andrea. Ia menyuruh Andrea sabar. Ketika mereka berpelukan, nenek Andrea keluar dari kamar. Eyang Surti heran dengan keadaan Andrea yang murung.
"Andrea kenapa?"
"Diganggu temannya nih."
"Nggak kok, aku gak apa-apa." Andrea menghapus wajah murungnya.
"Kalau kamu ada apa-apa kamu akan nenek ajarkan ilmu nenek yang pamungkas. Bisa melawan orang yang menggganggu kamu."
"Jangan Nek! Jangan! Aku nggak mau!"
"Yah, kalau kamu nggak mau nenek tidak bisa memaksa. "
"Nek, nanti malam Andrea mau ke rumah Kanaya ya."
"Kenapa ke rumah Kanaya?" tanya Gunas yang heran.
"Nggak apa-apa, aku mau bicara sama dia."
"Bukannya kamu kesal sama dia? Pokoknya nanti aku jemput ya. Kamu nggak boleh ke sana sendiri." Gunas berkata sambil menatap wajah Andrea tajam.
"Nggak apa-apa. aku bisa sendiri."
"Andrea kamu jangan nekat!"
Andrea tidak mempedulikan ucapan Gunas, ia langsung masuk ke dalam. Gunas bingung, mengapa Andrea jadi seperti itu. Eyang Surti malah terkekeh-kekeh. Ia menepuk pundak Gunas sambil menatapnya.
"Gunas, Andrea itu berarti hendak menaklukan ketakutannya sendiri. kamu jangan khawatir. Dia tidak akan kenapa-kenapa. Yang penting kamu tahu alamatnya si Kanaya itu, namun kasih kesempatan Andrea berangkat sendiri."
"Iya Nek. Gunas pamit pulang dulu."
Eyang Surti mengangguk, Gunas mencium tangan Eyang Surti yang sudah seperti neneknya sendiri. Gunas pun tancap gas dari rumah Andrea dengan kepala yang penuh dengan pikiran. Otaknya tidak bisa berpikir jernih.
***
Di malam hari Andrea naik taksi ke rumah Kanaya. Pagar rumah Kanaya dibuka oleh asisten rumah tangga Kanaya. Andrea masuk ke dalam dan di ruang tamu sudah ada Kanaya serta teman-temannya.
"Lo hebat ya, berani ke sini! Lo tahu lo harus apa biar jadi teman kita?"
"Lo mau apa? Gue nggak mau yang aneh-aneh."
"Lo harus makan air sabun."
"Makan air sabun?! Gila lo!" Andrea hendak pergi namun tangannya ditarik Kanaya.
"Eh lo mau ke mana? Jangan jadi pengecut!"
"Gue bukan pengecut! Lo nggak berhak giniin gue!"
"Hah? Gue berhak. Karena lo di rumah gue."
Kanaya memakai bahasa isyarat, Tori mengambil sebuah ember besar lalu disiramkannya ke kepala Andrea. Andrea berteriak. Megan mengambil lipstick lalu mencoret wajah Andrea. Andrea semakin takut.
"Salah gue apa sama kalian hah?!"
"Salah lo?! Lo udah dekat sama Gunas! Lo gak pantas sama dia! Lo pantasnya sama kambing!"
"Kambing lebih hebat dari Gunas tenaganya. Gunas lihat wajahnya culun begitu! Dia juga masih manusia! Lo cocoknya sama hewan!" bentak Elin.
Andrea hendak pergi, ia tidak kuat mendengar ocehan Kanaya serta konco-konconya. Namun nasib Andrea tidak mujur, ia malah terpeleset dan terbentur hingga pingsan. Andrea langsung diseret ke kamar Kanaya.
"Mampus tuh anak," ucap Kanaya setelah meletakkan Andrea di kamarnya.
Suara mesin mobil berhenti terdengar, seorang pria masuk ke dalam rumah Kanaya lalu mencari Andrea. "Di mana Andrea?"
"Andrea ..."
"Di mana Andrea?!" tanya Gunas sekali lagi.
Kanaya lalu memegang tangan Gunas. "Jangan marah-marah Gunas. Andrea ada kok di dalam. Lagi di kamar. Tapi kamu main sama kita dulu aja ya." Kanaya memperhalus ucapannya.
Tiba-tiba, Tori memukul kepala Gunas dari belakang menggunakan ember. Gunas pun terjatuh. Gunas pernah mengalami gegar otak, Ia memegang kepalanya yang sakit, sepertinya hantaman ember mengenai saraf vital bagian kepalanya.
Gunas berteriak-teriak, di hadapannnya, Kanaya sudah menanggalkan bajunya, hingga hanya terlihat beha dan celana dalam hitam. Telunjuk Kanaya menutup bibir Gunas. "Gunas Sayang, Andrea nggak pantas buat kamu! Pantasnya kamu sama aku! Dia pantasnya sama setan!"
"Diam! Dasar anak generasi Z nggak tahu diri!" teriak Gunas sambil meringis.
Gunas diam, ia terkecat ketika Kanaya mencekiknya, sementara Megan memegang lipstick mencoret-coret hidung dan mulut Gunas. Kanaya secara paksa membuka celana Gunas hingga tersisa batang tegak di hadapan Kanaya.
"Barangya berdiri!"
"Diam kalian pelacur Z!" teriak Gunas. Teriakan Gunas tidak dihiraukan Kanaya. Kanaya malah membuka celana dalamnya sendiri.
"Gunas jangan marah, ayo Gunas. Ini aku udah siap. Kini Kanaya duduk, kakinya melingkar di atas tubuh Gunas. Gunas mau bangkit tidak bisa. Tubuh Kanaya malah naik turun, sementara dirinya menahan sakit kepala dengan kaki yang selonjoran. Tubuh Kanaya naik dan turun di atas tubuh Gunas. Tori, Megan, dan Elin merekam kegiatan mereka berdua. Gunas berteriak hingga parau, kesakitan menerima hujaman Kanaya.
"Ah keluar! Enak Sayang," Kanaya pun tertawa keras.
"Dasar Z tukang rundung! Hentikan AH!"
"Aku maunya terus digoyang, gimana dong?" balas Kanaya sambil memanyunkan bibirnya. Kanaya menghujani leher dan bibir Gunas dengan ciuman-ciuman ganas.
Suara langkah kaki turun dari lantai atas, suara itu seperti tertahan namun keluar secara keras. "Gunas!" panggil seseorang.
Gunas dan Kanaya menoleh, tampak Andrea berdiri di sana dengan air mata yang mengalir.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top