Bab I
Jakarta, 2020
Kiera menyuapkan makanan lagi, pagi hari sekali ia hendak berangkat kuliah, ini adalah hari pertamanya di semester kedua. Pikirannya masih melamun teringat semester pertama, di mana sang tetangga, Lala dipenjara karena membunuh kakeknya sendiri. Sudah hampir beberapa bulan ia tidak ada kabar, yang jelas, kabar terakhir Lala kabur dari penjara dan kini menjadi buronan polisi. Namun, sampai sekarang kabar itu tidak ada lagi.
Gadis berambut hitam panjang itu menggaruk-garuk piring dengan sendok, meraup nasi dan lauk, lalu melahapnya. Sementara kedua orangruanya duduk ikut makan bersamanya. Di samping Kiera, ada Yuna, adiknya yang fokus makan saja, tidak bicara.
"Kamu hari ini kuliah apa?" tanya Pak Odit pada anaknya.
"Mata kuliah wirausaha."
"Oh, sama dosennya biasanya suruh ngapain?"
"Suruh presentasi aja sih. Hehe."
Istri Pak Odit, Bu Tuari menimpali, "Udah Pak, jangan diajak ngobrol terus anaknya, entar telat."
"Nggak kerasa ya Kiera, kamu udah kuliah, perasaan kamu baru SMA terus nunda beberapa waktu karena latihan nari. Terus bapak bangga kamu juara terus di masa cuti kamu. Terus jadi artis di media sosial.
"Hahaha, Kiera kan juga pengen kuliah Pak," ucap Kiera.
"Udah Ki, minum susunya, jangan makan mulu."
"Iya Bu," jawab Kiera yang menoleh kepada ibunya yang memakai sanggul.
Kiera kemudian bersiap-siap, ia memesan ojek daring lalu menunggu, ketika sang ojek sampai rumah. Ia mencium bersalaman dengan kedua orang tuanya dan pamit kepada adiknya. Lalu Kiera menaiki motor, duduk di belakang sopir ojek. Lalu ojek pun melesat.
Di tengah perjalanan, ia melihat ponselnya. Terlihat video seorang motivator yang memotovasi para pengikutnya.
"Ayo semua hadirin kita bersyukur untuk diri kita, jadilah semuanya jadi orang kuat. Kita harus mampu mandiri! Kita tidak boleh lemah dan lembek! Kita diciptakan untuk menjadi mandiri!" seru sang motivator.
Dialah Mbah Papat, seorang motivator yang lumayan terkenal, Kiera suka melihat video-videonya bahkan video di deep web pun ia tonton. Video yang berkonten tentang spiritual dan supranatural Kadang ada video-video yang menarik hatinya di deep web.
Kapan-kapan ikut seminarnya ah.
Tiba-tiba muncul pengumuman di akun Mbah Papat
MOTIVASI BERSAMA MBAH PAPAT: MELANGKAH KE JALAN YANG KUAT
Selama ini Anda terlihat lemah? Anda ingin menjadi kuat dan mandiri? Bergabunglah ke dalam acara seminar motivasi bersama Mbah Papat yang akan diselenggarakan pada
Waktu: Senin, 20 Januari 2020
Tempat: Aula Gedung Kuat Abadi
Pukul: 10:00 WIB
Seperti dihadiahi kejutan, Kiera berteriak girang di dalam hati. Sesampainya di kampus, sambil menunggu jam kuliah mulai, ia makan di kantin bersama Kiyam, temannya. Gadis berkerudung putih itu makan sambil menonton video motivasi dari Mbah Papat.
"Eh, kita ke seminar Mbah Papat yuk, lo juga suka kan?"
"Iya, gue juga suka. Mbah Papat sangat menginspirasi gue. Dia bisa nyembuhin orang, terus memberikan motivasi, mengajak kita untuk menjadi manusia yang kuat dan mandiri."
"Yuk, katanya gratis?"
"Iya, bahkan kalau kita jadi stafnya, kita dibayar malah. Banyak loh anak muda yang ke dia. Dia juga jualan madu dan beberapa obat-obatan gitu.," cerita Kiyam.
"Wah obat apa tuh?" Kiera penasaran.
"Obat untuk kuat belajar, kesehatan, dan sebagainya. Nih kamu baca sendiri, obat kuat untuk memuaskan istri. Obat pemanjang penis—" Kiyam membaca namun tertahan.
"Jangan keras-keras ah!" seru Kiera.
Beberapa penjaga kantin menoleh kepada mereka. "Yang penting motivasinya. Kalau soal obat-obatan bisa bapak aku nanti yang urus. Hahaha kutawari saja biar betah terus sama ibu aku," lanjut Kiera. Tak terasa jam sebentar lagi menunjukkan kelas dimulai, merkea segera menyelesaikan makan lalu pergi ke kelas kuliah akan diadakan.
***
Jari-jari tangan Mbah Papat bertaut bagaikan tali yang saling menyatu, ia duduk sambil memegangi cerutu yang ada di kekuasaan jarinya. Mulutnya menghisap cerutu, matanya memandang Faruk, ajudannya.
"Faruk, bagaimana gadis-gadis itu? Pulang menjadi janda setelah dari sini?"
Faruk, pria berambut pendek itu berdehem sedikit lalu menjawab. "Orang tua mereka menerima walaupun mereka setengah kaget. Tapi saya sudah mengurusnya Mbah."
"Bagus sekali Faruk. Kamu tahu, kamu sudah membuat saya bangga. Tidak sia-sia saya membebaskan kamu dari penjara sebelum waktunya. Kamu tidak perlu mendekam di sana bertahun-tahun lamanya. Aku dari awal tahu, kamu adalah pria yang berpotensi."
"Terima kasih Mbah," kata Faruk menunduk, baju safari hitamnya membuat ia terlihat gagah di mata Mbah Papat. "Saya tak menyangka ya, orang desa bisa kita manfaatkan."
"Maksud Mbah?"
"Kamu jangan pura-pura polos Faruk. Kamu pernah kan memanfaatkan gadis dari desa? Yang membantai kakeknya di ranjang? Begitu juga saya. Kamu tahu Faruk, kita berada di jalan yang sama. Ingin membuat orang-orang desa, khususnya gadis-gadis itu biar kuat. Biar mental mereka tidak lemah. Makanya saya jerat mereka ke dalam perkawinan kontrak. Biar mereka mandiri. Tidak menjadi gadis manja terus. Mereka harus beradaptasi dengan lingkungan. Harus semangat setiap hari, tidak boleh lemah. Sementara soal lelaki, saya mengendalikan burung mereka biar naik terus. Makanya saya bikin produk obat pembesar penis." Mata Mbah Papat masih memandang Faruk, ia mengambil cangkir berisi kopi hitamnya. Meneguknya, lalu meletakkan kembali. Kedua tangan Mbah Papat membetulkan blangkonnya, lalu ia bersandar.
"Terus kenapa Mbah mengembalikan mereka ke orang tua mereka?"
"Hanya memberi kejutan, kali saja mereka mau mengangkat kamu, atau pasukan saya menjadi menantu mereka. Anggap saya adalah trialnya. Test drive. Kalau nggak salah kamu juga test drive kan dengan perempuan pulau seberang?"
"Ya Mbah, tapi saya nggak cocok, satu bulan menjalin hubungan dengan dia."
"Apakah kamu nggak enak dengan saya Faruk? Karena waktu itu dia menjalin kawin kontrak dengan saya?"
"Sedikit tidak sopan."
"Tidak perlu sungkan-sungkan. Karena saya tidak sungkan-sungkan berbagi istri."
"Tapi Mbah, apakah Mbah tidak khawatir dengan sikap Mbah yang sedikit gila ini?"
"Tenang saya sudah mempersiapkan segala sesuatunya. Semua orang yang pernah ke rumah saya akan bungkam. Mereka yang ikut seminar saya, hanya menikmati saja. Menikmati tanpa tahu kegiatan saya yang tersembunyi di rumah ini."
"Mbah tidak takut disantet?"
"Faruk ... Faruk ... saya sudah menghadapi dukun dari berbagai daerah. Semua gadis dari berbagai pulau saya sudah taklukan. Saya pakai tekanan kepada orang-orang di daerah mereka untuk tidak bicara. Yang penting, motivasi saya tercapai. Tujuan untuk menjadikan manusia menjadi makhluk yang mandiri tercapai. Laki-laki atau perempuan harus bisa berdiri sendiri. Tidak boleh lelah, harus semangat! Jelaskah penjelasan saya?"
"Sangat jelas Mbah."
"Tapi –"
"Mau tanya apalagi?"
"Saya heran melihat Mbah bisa bikin para wanita akur walaupun enam sekaligus Mbah nikahi secara kontrak. Dari berbagai pulau pula."
"Saya ini kan punya ribuan pusaka, jadi saya tahu kuncinya. Jangan terheran-heran." jelas Mbah Papat dengan mulut yang terkekeh-kekeh lalu terbahak-bahak. "Kamu sekarang panggilkan istri-istri saya. Saya mau makan. Oh ya, bilang ke Kamur jangan lupa beli beras dan bahan yang lainnya!" perintah Mbah Papat.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top