Kopi Kenangan
Kopi Kenangan
Di sebuah kedai kopi aku menanti
Akan datang harap melangkahkan kaki
Membawa serta jawaban hati
Oleh tanda tanya yang menanyakan pasti
Sudah cangkir yang kesekian kali
Dan tatapan mataku yang terus berputar mencari
Namun kamu tak kunjung menampakkan diri
Atau sekadar pesan singkat yang kau beri
Pahitnya robusta menjadi saksi penantian ini
Dengan pelayan yang selalu menawarkan tambahan kopi sedari tadi
Seakan mengerti yang sedang kulakukan di sini
Sebab pandangannya memperhatikanku sesekali
Selang tiga puluh menit berlalu
Seorang wanita tak asing datang mengarah padaku
Ya, itu kamu
Bersama lelaki yang menggandeng tangan dan berjalan di sebelahmu
Aku menyambutmu serta luka yang sejak tadi kau bawa
Luka yang kau jabarkan dihadapan kedua mata
Dengan senyum bahagia yang terpampang di wajahnya
Dan kehancuran hebat pada hatiku dibalik ketidaktahuan kau dan dia
Aku menawarkan secangkir kopi
Namun ternyata kau sudah tak menyukainya lagi
Hal yang kurasakan pada perasaanmu
Yang tak sedikitpun lagi ada rasa untukku
Aku menjelma sekuat karang
Meski nyatanya aku rapuh bagai arang
Aku mencoba tegar
Meski nyatanya aku hangus terbakar
Hingga pada titik terang
Kau memutuskan untuk menghilang
Dari segenap rasa yang hampir tumbang
Serta ruang hati yang selalu merindukanmu pulang
Aku mencoba sekali lagi menawarkan kopi
Ini kopi terakhir yang aku beri
Karena setelah ini, takkan ada kalimat kembali
Atau bahkan yang sudi memaknai
Tanpa sedikitpun menghargai
Kau justru memberi ketegasan yang membuatku mengerti
Bahwa, tanpa harus kau berbicara
Kopi yang kutawarkan akan memberikan jawaban tentang segala rasa
Kau berdiri
Lalu bergegas beranjak pergi
Menggenggam erat jemari lelaki itu
Menghiraukan seseorang yang telah menunggumu beberapa waktu
Dan yang untuk terakhir kali
Aku memesan secangkir kopi
Bukan untukmu ataupun kita
Tapi untuk segala kenangan, yang pahitnya jelas terasa
Muhammad Kusnaedi
Sabtu, 1 Mei 2021
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top