Motoran

"Rumah gue jauh, Ace."

Adalah kalimat berulang yang Pamela utarakan untuk meyakinkan jika mengantar dirinya pulang bukanlah pilihan yang tepat. Masalahnya, lokasi rumah Pamela memang terbilang cukup jauh di antara teman sekelasnya.

"Gapapa, gue gabut abis ini nggak tau mau ngapain. Daripada lo balik dianter mang ojol, 'kan, mending dianter gue aja. Selain biar hemat ongkos, gue bisa pastiin lo pulang dengan selamat sampe rumah," tukas Ace. Dia kembali menyodorkan helm yang telah ia pinjam dari Jordi.

Jika bukan karena deadline yang sudah di depan mata, mungkin mereka tidak akan pulang saat langit sudah gelap seperti sekarang. Ini menjadi salah satu alasan kenapa Pamela kurang menyukai tugas yang harus dikerjakan berkelompok.

Meski awalnya merasa tidak enak, Pamela berakhir menyambut uluran helm dari Ace dan mengenakannya segera. Sementara itu, Ace menggerakkan tangan untuk menurunkan footsteps motornya.

"Ace!" Pamela memekik. Tangan kirinya refleks mencubit lengan atas cowok yang sedang menyetir untuknya. "Ada polisi, anjir!"

Ace yang semula terkejut, memelankan laju motor dengan tampang heran. "Emangnya kenapa? Gue bawa STNK, bawa SIM, KTP sampe ATM juga gue selalu bawa. Lo tenang aja."

"B-bukan. Lo nggak takut diberhentiin mereka, terus kita masuk ke 'Siap, 86!'?"

Seketika, Ace terbahak di tempatnya. Ia mengembalikan laju motor seperti semula, lantas berkata, "Kita, 'kan, nggak ngapa-ngapain. Apa yang lo takutin? Lagian, mereka biasanya tangkap remaja yang nakal-nakal. Sedangkan kita?"

"Kita, 'kan, cewek sama cowok. Boncengan, malem-malem. Masih pake seragam sekolah. Emang nggak papa?"

Lagi, Ace tertawa. Pamela memikirkan hal yang tidak perlu. Untuk beberapa saat, Ace memperhatikan raut polos Pamela di kaca spion. "Nggak papa, Pamela. Lo tenang aja. Gue bakal bawa lo dengan selamat sampe tujuan."

Meski Pamela terlihat jutek di luar, perlu diakui cewek itu tidak pernah boncengan atau pun jalan dengan cowok manapun selain Ace di malam ini. Pamela tidak pernah begitu welcome menyambut cowok yang berniat mendekatinya. Akhirnya, mereka memilih mundur karena tidak pernah ada respons baik dari Pamela.

Karena itu, tidak heran Pamela sedikit waswas karena ini kali pertama dirinya diantar pulang oleh cowok selain ojol atau dijemput papanya.

"Hotel, Pam." Ace mengedikan dagu, menunjuk sebuah bangunan tinggi nan mewah yang akan dilewatinya.

"Terus?" tanya Pamela tertarik. Ia mencondongkan badan untuk bisa mendengar kata-kata Ace setelahnya.

"Mau mampir, nggak?"

Pamela memasang wajah jenaka. Diliriknya Ace yang tengah melihatnya lewat kaca spion, Pamela mengangguk mengiyakan.

Tidak sesuai dengan ajakannya, Ace malah terkekeh tanpa membelokkan sepeda motor menghampiri hotel yang dimaksud.

Pamela menegakkan badan seraya berbisik, "Yaah, payah."

"Oh!"

Mendengar celetukan Pamela, Ace langsung terkoneksi menghentikan sepeda motor, hendak putar arah namun Pamela menggeplak bahu Ace dengan keras.

"Orang gila." Pamela terbahak.

Ace terkekeh. "Manatau lo beneran pengin rasain digrebek terus masuk TV di acara 'Siap 86'."

"Nggak dulu," sambar Pamela dengan tawa yang tersisa. Ia mengusap lengan atas tak sadar ketika mulai merasakan hawa dingin dari angin malam yang menembus kulitnya.

Hal itu tidak terlepas dari atensi Ace, yang dengan cekatan menepikan motor lalu melepas jaket kulit yang dikenakannya.

"Ngapain?" Pamela bertanya dengan keheranan.

"Pake, Pam. Rumah lo masih jauh. Tar lo sakit kalo kedinginan."

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top