5
Bragy menggeleng. Namun Sidney belum bisa menarik nafas lega.
"Anak yang dikandung Delia?"
"Bisa saja" jawab Bragy lemah. Sidney terhenyak. Bragy menatap mata istrinya dengan penuh rasa bersalah.
"Maafkan aku Ne. Aku salah sudah mengkhianati kamu"
Sidney terdiam mendengar pengakuan suaminya. Kejujuran itu sangat menyakitkan. Tapi ia sudah siap.
Flashback
Sidney sudah tertidur ketika mamanya menghubungi.
"Gimana kabar kamu Ne?" Tanya mama dengan nada hati hati.
"Buruk ma"
"Maaf, mama belum bisa ada disana. Ini sama ceci masih di bandara. Nunggu boarding"
"Nggak apa apa ma. Idne kuat kok"
"Idne sudah siap untuk besok? Seandainya semua tidak seperti harapan kamu?"
"Idne belum tahu ma?"
"Apa kamu bisa menerima kalau ternyata Bragy mengakui semua tuduhan perempuan itu? Apa kamu akan melepas suamimu?"
"Menurut mama aku harus gimana?"
"Bagaimana dengan perasaan kamu pada suamimu"
"Enggak tahu ma. Aku terlalu kaget"
"Kamu siap melepas Bragy?"
Sidney mengeleng lemah "enggak ma"
"Kamu mau mempertahankannya?"
"Sidney ragu ma"
"Tandanya kamu masih mencintainya. Kalau memang begitu cobalah bicara dengan dia besok. Dan semoga apa yang mama takutkan tidak terjadi"
***
"Aku mau mas jujur. Bagaimana dengan foto nikah siri itu"
"Kami sedang menghadiri acara pernikahan siri salah seorang temannya yang dilakukan di hotel. Kemudian teman temannya meminta kami membuat foto itu. Aku nggak tahu kalau akhirnya sampai begini jadinya"
"Mas nggak nolak?"
"Aku nggak berpikir ia sampai melakukan ini"
"Tapi mereka punya saksi mas. Kalau kalian sudah menikah"
"Apa ada dokumen video dimana aku mengucapkan?"
"Enggak, cuma foto"
"Kalau begitu minta mereka memberikan bukti itu. Aku benar benar tidak pernah menikah dengan cara itu Ne" tandas Bragy
"Dimana foto itu dibuat mas?"
"Di Bali"
"Mas kan nggak pernah pulang ke Indonesia? Mama pernah bilang begitu ke aku" desak Sidney marah.
"Aku ke Bali langsung dari Jepang kemarin. Tidak via Jakarta"
"Mas nggak menghubungi aku waktu itu?"
"Aku takut Ne. Kamu sangat membenciku selama ini. Dan nggak pernah mau mengangkat telefonku"
"Itu dia yang minta mas ke bali, atau mas yang memang mau mengunjunginya?"
"Dia yang minta aku menemani ke acara sahabatnya"
Sidney terdiam mendengar kalimat kalimat yang keluar dari bibir Bragy. Ia benar benar tidak habis pikir. Suaminya yang sangat keras tiba tiba saja lunak dihadapan seorang perempuan.
"Aku juga minta maaf mas. Secara tidak langsung aku ikut membuat ini terjadi. Sekarang bagaimana? Kalau itu anak mas, apa kalian akan menikah untuk status anak itu?"
"Apa kamu mengijinkan?"
Sidney menggeleng. "Aku gak akan pernah siap diduakan mas"
"Aku gak pernah berniat melakukan itu. Kesalahan ini sudah cukup besar"
"Terus bagaimana?"
"Aku harus membicarakan dengan papa dan mama nanti terlebih dahulu. Aku takut salah mengambil keputusan. Yang pasti aku memang tidak pernah menikah dengan orang lain. Kamu tetap satu satunya Ne, sampai sekarang"
"Semoga papa dan mama mengerti dan bisa membantu cari solusi mas. Aku juga bingung. Disatu sisia aku kasihan dia. Tapi aku juga nggak sanggup kalau harus kehilangan kamu lagi"
"Ne"
"Ya"
"Kamu masih mau aku peluk?" Bragy tampak memohon
Sidney segera memeluk Bragy. Walau masih ada rasa tidak menerima dalam hatinya. Pria itu segera menciumnya berulang ulang. "Aku minta maaf Ne. Kamu boleh gak percaya, kalau aku cuma bisa tenang didekat kamu" hanya itu kalimat yang keluar dari bibir pria itu.
***
"Delia tidak mau keluar dari rumah sakit. Dan mengancam akan melakukan tindakan yang membuat kita malu" desis Celia.
"Kita buat konfrensi pers aja mbak. Aku nggak suka perempuan seperti itu. Apalagi dia sudah tahu kalau Gy adalah suami Sidney" jawab Saras dengan nada marah.
"Ini negara orang Sar, aku nggak mau ada keributan"
"Aku bisa pakai lobby kantorku mbak untuk lokasi. Supaya perempuan itu juga nggak desak terus"
"Kalau anak itu benar anak kamu, mau gimana Gy?" Tanya mamanya
"Aku akan tanggung jawab dari segi biaya dan aku akan memberi waktu untuk bertemu anakku. Tapi tidak untuk menikahi ibunya"
"Kamu yakin nggak punya perasaan apa apa sama dia? Atau jangan jangan karena ada Idne kamu menolak dia" komentar Azka
"Aku salah sudah bermain api pa. Dan sekarang aku wajib memadamkan api itu sebelum membesar"
"Api itu sudah membesar Gy" bantah Dave tajam.
Setelah negosiasi yang cukup panjang. Akhirnya keluarga Wiratama bersedia menerima Delia dan tim pengacaranya.
Delia memasuki kamar Bragy dengan senyum kemenangan. Namun nyalinya yang begitu besar karena di dampingi beberapa pengacara ternama menjadi ciut. Melihat keluarga Wiratama yang hampir semua berkumpul di ruangan tersebut. Tatapan tajam yang diterima Delia membuatnya sedikit panik. Namun salah satu pengacara menggenggam tangannya seolah memberi kekuatan.
Bragy, sosok pria yang begitu dicintainya terlihat duduk di tempat tidur, ditemani oleh Sidney istri sahnya. Seketika Delia merasa sesak dan mulai menangis. Ia tiba tiba sadar bahwa perempuan yang disamping Bragy kekasihnya memang berhak duduk disitu.
"Kamu boleh bicara terlebih dahulu. Sampaikan apa maumu. Dan saya harap semua selesai hari ini juga" perintah Saras.
Kalimat yang diucapkan Saras adalah perintah yang harus dipatuhi. Delia berusaha menyusun kalimat yang sedari tadi sudah dihafalnya. Namun sayang semua buyar sekertika. Sehingga kalimat yang keluar dari mulutnya adalah
"Apa kabar mas Gy"
"Baik" jawab Bragy singkat sambil menatapnya dengan tajam.
Kemudian Delia mengelus perutnya yang membuncit.
"Dia sudah enam bulan. Dan dia butuh ayahnya. Karena itu aku memposting video di Ig. Sudah lama aku mencari mas tapi keluarga mas menutup semua akses
untuk ketemu dan minta pertanggung jawaban. Aku nggak mau anak ini lahir tanpa ayahnya mas" ucap Delia pelan
"Aku akan tetap bertanggung jawab. Baik dari segi biaya maupun pembagian waktu sesuai yang akan ditentukan. Tapi maaf tidak untuk pernikahan. Aku masih terikat pernikahan dengan Sidney sampai sekarang"
"Tapi anak ini butuh status mas. Supaya nanti tidak disebut anak haram"
"Dari dulu saya sudah bilang kita tidak bisa bersama. Mau menikah dengan keyakinan siapa? Kita berbeda Del. Dari awal sudah kubilang kan? Aku tidak mungkin beristri lebih dari satu"
"Tapi ini demi anak kita mas. Kamu tega membuat dia hidup tanpa ayah? Kita bisa menikah dengan keyakinanku. Setelah anak ini lahir kita bisa bercerai"
"Delia, agama bukan untuk dipermainkan" bentak Bragy
"Mbak Sidney tega melihat aku? Aku perempuan mbak. Bagaimana kalau mbak berada dipihakku" kali ini Delia beralih ke Sidney.
Mendengar itu emosi Sidney terasa naik keubun ubun. Namun ia berusaha menekan kemarahannya sampai ketitik nol. Selama ini ia tidak tahu menahu tentang hubungan mereka. Lalu sekarang tiba tiba ia kena getahnya.
"Apa dari awal mas Gy nggak ngasih tahu kamu kalau dia pria beristri?" Tanya Sidney
"Ini bukan pengadilan dimana anda berhak mengintimidasi klien saya dengan pertanyaan menyudutkan seperti itu" bentak pengacara Delia.
Sidney terdiam, namun kemudian meraih beberapa lembar hasil print di nakas. Dan memberikannya kepada pengacara tersebut
"Itu transkrip percakapan di WA suami saya dengan Delia. Dia sudah berkali kali menolak untuk bertemu klien anda. Tapi Delia nekat menyusul kemanapun suami saya pergi. Maaf kalau saya bilang. Selama ini suami saya pria kesepian. Dan tentu saja tidak menolak kalau Delia sudah berada di depan kamarnya. Apapun nama hubungan mereka menurut anda. Saya tegaskan. Saya tidak bersedia dimadu. Dalam kondisi apapun. Kalau kalian ingin membawa kasus ini ke pengadilan silahkan.
Oh ya Delia, coba tunjukkan pada saya video pernikahan siri kalian itu. Kalau hanya foto maaf saya kurang percaya"
Setelah itu Sidney melangkah keluar ruangan. Diikuti oleh Ceci dan mamanya. Sesampai diluar Sidney menangis dalam pelukan mamanya
"Kenapa ma, disaat aku mulai mau mengawali semuanya. Malah jadi seperti ini?"
"Ini cobaan sayang. Kamu tenang dulu. Supaya bisa berpikir jernih. Mau pulang ke Jakarta sama kami supaya kamu trnang dulu?" Tanya mamanya
"Enggak ma, nggak mungkin aku ninggalin semua yang belum selesai seperti ini"
"Gue akan temenin elo disini" ujar Ceci tegas
"Thanks ci, tapi kerjaan elo pasti banyak"
"Kita harus saling menopang. Lo ingat pesan papa kan? Kerjaan gue bisa dihandle dari sini"
Akhirnya mereka bertiga berpelukan. Beberapa bodyguard langsung mengelilingi mereka saat pintu ruangan Bragy terbuka dari dalam. Ternyata itu adalah Delia dan tim pengacaranya.
"Selamat mbak Sidney, anda tidak akan pernah berhasil memisahkan ayah dan anak. Saya akan terus berusaha memperjuangkan hak anak saya. Dia akan tetap punya ayah. Dan anda yang harus menyingkir"
Kali ini Sidney hanya diam. Karena Ceci membisikan ketelinganya untuk tidak menjawab apapun. Karena khawatir kalimat kalimat yang keluar dari mulutnya akan dipelintir dan bisa menimbulkan kasus baru.
Melihat rombongan Delia menjauh Sidney kembali masuk. Bragy sudah kembali tiduran. Sidney memilih duduk di sofa dekat ibu mertuanya
"Ne, masalahnya akan tambah rumit. Perempuan itu ngotot minta dinikahi secara resmi. Diluar negeri juga nggak apa apa katanya. Walau Gy menolak tegas. Bagaimana dengan kamu?"
"Apa keputusan mas Gy ma?"
"Gy, kamu ngomong sendiri ke Sidney"
Bragy tidak berani menatapnya. Namun laki laki itu berkata
"Aku tidak akan menikahinya Ne. Tapi aku akan menyediakan waktuku untuk ikut membesarkan anakku. Apapun yang terjadi dia adalah darah dagingku Ne. Dan kamu tahu kan kata dokter kemungkinan aku tidak akan bisa punya anak lagi. Apa kamu siap Ne?"
Mendengar itu Sidney menatap Bragy dengan pandangan menghunus.
"Selama ini aku tidak mempermasalahkan mas yang tidak bisa punya anak lagi. Aku hanya ingin memperbaiki hubungan kita. Kalau itu menjadi pilihan mas. Aku yang mundur. Menikahlah dengannya berikan seluruh waktu dan cinta mas. Jangan pedulikan aku. Permisi"
Selesai mengucapkan itu Sidney melangkah keluar ruangan. Diikuti teriakan Bragy dan juga keluarganya yang sibuk mengejar Sidney. Namun kali ini Sidney tidak peduli. Sudah cukup ia menghabiskan waktunya menjadi istri seorang Bragy.
02 oktober 2018
happy reading.... jangan kesal dulu ya baca part ini.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top