|pad see ew|
Semua sudah disiapkan. Kris segera meletakkan ponsel pada stand-nya lalu menekan layar siaran langsung. Sambil menunggu jaringan, ia membuka bungkus pad see ew lalu menuangnya di piring lebar. Tak lupa ia mengambil garpu karena tidak bisa menggunakan sumpit.
Hari ini ia telah berjanji untuk menemani makan siang pengikutnya. Benar saja, baru beberapa detik berlangsung, sudah ribuan akun menyerbu kolom komentar dengan berbagai sapaan. Kris yang masih sibuk mengambil gelas, sebotol cola dan tisu pun hanya tersenyum manis.
"Sawatdee khab. Tunggu sebentar, ya."
Anak itu keluar frame secepat kilat lalu mengeluarkan cermin dari kantong celana. Ia menata rambut untuk kali terakhir sebelum menatap para pemujanya. Bahkan, Kris memakai lipbalm tanpa warna agar bibirnya terlihat sehat dan berisi.
"Hari ini kalian makan siang dengan apa?" tanyanya seraya duduk.
Lagi-lagi, anak yang membasahi rambut supaya terlihat sedikit sexy itu harus berterima kasih pada Pan. Berkatnya yang telah membersihkan lantai, ia bisa duduk tanpa alas dengan nyaman. Jadi, tidak akan ada gestur seolah membersihkan pantat yang biasa ia lakukan di tengah-tengah siaran.
"Gimana tampilan makananku hari ini? Aku memesannya di tempat langganan, dekat toko buku sekolah di seberang lampu merah."
Kris lekas membaca satu per satu komentar yang memuji tampilan makan siang sekaligus ketampanannya. Ia pun tersenyum lalu menuangkan cola yang ia sita dari kulkas Pan ke gelas berukuran jumbo. Separuh gelas langsung tandas setelah ia meminumnya cepat.
"Aku makan dulu, ya."
Anak itu segera menyendok dan mengangkat tinggi-tinggi. Ia sangat antusias dalam memperlihatkan betapa nikmatnya mi bihun lebar berkecap tersebut. Dengan kepala menghadap samping kanan, Kris memakannya lahap.
Terlihat enak.
Ah, aku jadi ingin makan pad see ew.
Aku akan segera membelinya.
Jadi lapar, padahal aku sudah makan.
Dagingnya sangat menggoda.
P'Kris, kenapa kamu selalu minum soda saat mukbang?
Anak yang aktif mengunyah itu menelan makanannya terlebih dulu. Ia lekas mengulang pertanyaan terakhir yang menyita perhatian sebelum menjawabnya.
"Yang kutahu, minuman bersoda seperti ini lebih mudah mencerna karbohidrat dibanding air putih atau lainnya. Entahlah, aku merasa perutku punya banyak tempat kalau meminumnya."
Kris tertawa receh atas lelucon payahnya. Ia hanya bersikap sok pintar agar pandangan 'sempurna' dari followers-nya tidak kacau balau. Toh, memang fakta itu yang pernah muncul di beranda. Sampai-sampai ia memaksa diri untuk terbiasa dengan sensasi 'petir' yang muncul di lidah dan tenggorokan.
Apa dia tidak menambah cabai sedikit pun? Apa tidak enek makan pad see ew seperti itu?
Salah satu black box yang cukup panjang membuat Kris menghentikan kunyahannya. Kalimat tanpa emoji itu terlihat menakutkan sebab nada baca Kris sangat datar seakan penuh kebencian. Ia refleks menggaruk kepala dengan tatapan kosong.
"Ah, iya, sebentar."
Lelaki tersebut kembali beranjak menuju meja kecil di bawah meja belajar yang berisi aneka bumbu tambahan. Ia mengambil sebotol bubuk cabe dan membawanya ke tempat duduk. Sembari tersenyum, Kris menuangkannya sampai memenuhi permukaan mi.
Seperti biasa, Kris tahu apa yang dia lakukan.
Kris memang selalu paham apa yang kita pikirkan.
Ah, sekarang aku semakin ingin memakannya.
Aku juga makan mi, tapi kenapa sensasinya berbeda?
Jadi membayangkan gimana kalau Kris dan Dao makan berdua kayak kemarin.
Kris hampir tersedak saat membaca nama Dao. Senyum yang semula melekat di wajahnya berubah penuh tanya. Ia buru-buru menandaskan segelas cola yang tersisa. Pertanyaan serupa yang menanyakan hubungan keduanya membuat anak itu memijat tengkuk.
Memang, sejak kolaborasi kemarin, ia dan Dao sering bertukar pesan kecil. Sekadar bertegur sapa dan menanyakan hal-hal basi, seperti sudah makan, mandi, tidur, belajar dan lain-lainnya. Namun, Kris belum berani meneruskan perjuangan tantangan Pan kalau lampu hijau belum benar-benar terlihat.
" 'Kapan P'Kris bikin konten lagi dengan P'Dao? Aku ingin melihatnya'," Kris membaca salah satu komentar, "em, aku juga tidak tahu. Kalian bisa bertanya ke Dao."
Kris tersenyum saat mereka mengatakan Dao tidak ada di siaran langsung hari ini. Bahkan tidak sedikit yang keluar sebentar untuk mengirim pesan ke Dao. Agaknya dalam hal ini semangatnya jauh lebih kalah dari para pengikutnya.
Aku di sini.
Sebuah umpatan hampir keluar saat username Dao sungguh bergabung di live streaming Kris. Untung saja ia dengan cepat menutup mulut dan memalingkan wajah. Lelaki itu lekas menyapa Dao dengan senyum lebar yang menghilangkan garis matanya.
"Kamu sedang apa, Dao? Mau bergabung?"
Boleh.
Beberapa detik setelah ajakan tersebut, Dao mengirim permintaan untuk siaran langsung bersama. Kris segera menerimanya tanpa pikir panjang. Ronanya memerah saat melihat wajah segar bebas make up Dao memenuhi layar.
"Hai, kamu sedang apa?" ulang Kris sebab sebelumnya belum dijawab.
"Aku? Sama denganmu. Makan siang."
"Sejak tadi kamu di sini?"
"Er, kamu gak lihat akunku masuk?"
"Mai na." Kris tertawa kecil.
Dao mengangkat piringnya dan memperlihatkan nasi goreng udang yang tampak merah dibanding putih--seperti kebanyakan. Gadis itu lekas bercerita mengenai masakannya siang ini yang membuat sang lawan bicara melupakan mi-nya.
"Aku kemarin sudah masak pad thai untukmu, kapan giliran kamu yang masak untukku, Dao?" Kris mulai menggoda.
"Aw, bukannya kamu bilang kita memasaknya berdua?"
"Kamu juga yang bilang kalau aku lebih dominan memasaknya."
Dao mengerucutkan bibirnya lucu. Kris pun tertawa, begitu pula pengikutnya yang tidak henti mengatakan bahwa mereka sangat cocok satu sama lain. Lelaki tersebut lekas memanfaatkan momen untuk membaca komentar sekaligus melempar kode.
" 'Sebenarnya hubungan kalian itu apa?', 'apa kalian pacaran?', 'P'Kris dan P'Dao kesayanganku'. Oh-ho, terima kasih. Em, jadi gimana, Dao?"
Sang gadis tampak celingak-celinguk dan mengerutkan kening. "Bagaimana apanya?"
"Kita itu apa?" Kris menopang dagu dan menaik-turunkan alisnya.
"Aa … itu, teman kha."
Kris tidak heran. Kalau Dao menjawab yang lain, ia bisa melompat saat itu juga. Anak itu tidak kecewa dengan jawaban yang muncul. Setidaknya, ia sekarang bisa melihat gelagat Dao dan mulai mencerna maknanya--tentu saja dengan bantuan black box yang tidak henti mengirim hipotesis.
"Sekarang teman, kalau nanti apa?"
Pertanyaan maut Kris lemparkan dengan nada serius. Kini duduknya tegap menatap mata Dao yang belum berkedip. Kedua insan itu terdiam menyelami ekspresi masing-masing.
Wajah itu … pasti menginginkanku, 'kan?
DAY 15
19 April 2021
Lima bab lagi 😎
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top