Jurig II
REVIEW CERPEN MONTAKS KRIMINALITAS TAHUN BARU
Ahaha! Otak-otak kriminal kalian keluar, Kakak-Kakak! :D Baik, terima kasih bagi yang sudah berpartisipasi dan berusaha untuk tetap menulis^^ Harapannya skill menulis dan memikirkan ide kalian terasah untuk penulisan cerita yang lebih baik ke depannya. Jangan jera ya! ^O^
1. Indri, Masker Gas, dan Kembang Api (76)
Ada dua kalimat berbeda yang sebenarnya kalau dilihat-lihat, bisa disatukan. Misalnya:
• Diiringi suara lato-lato di tiap gang. Kami menyiapkan kembang api, tapi yang bukan meluncur ke atas."
Hal ini bisa disajikan dalam bentuk:
• "Diiringi suara lato-lato di tiap gang, kami menyiapkan kembang api, tapi yang bukan meluncur ke atas."
Apabila terpisah menjadi dua kalimat, bakal terdapat kerancuan. 'Diiringi' di sini merujuk pada sesuatu yang mengiringi suara lato-lato. Nah, ada baiknya hal ini tidak dijelaskan di kalimat selanjutnya, tetap satukan ke kalimat sebelumnya dengan tanda pisah koma (,).
Ini salah satunya, memiliki keserupaan di bagian-bagian lain.
Kemudian, ada sedikit hal mendadak pada alur menuju ending. Tidak dijelaskan kenapa Indri mendadak mau meninggalkan tokoh utama. Entah ini memang tujuannya penulis agar pembacanya menerka-nerka kenapa si Indri memilih minggat dari rumah. Akan tetapi, ada baiknya hal ini disiratkan dalam cerita. Ceritakan alasan kenapa si Indri meninggalkan tokoh utama hanya gara-gara sudah tidak dianggap teman lagi sama si tokoh utama.
Dibalik semua itu, saya menyukai ceritanya. Penulis sudah berusaha menambahkan 'kejutan' dan hal ini perlu dihargai. Cukup latih lagi cara penyajian dan cara menambahkan plot-twist-nya.
2. Ayo Kita ke Mana (80)
"Nanti kita ke mana?"
"Ke mana."
Saya be like: "Ya di mananya?" :')
Penulis rupanya sudah tahu bagaimana cara menarik perhatian pembaca. Dialognya serasa diberi jiwa sehingga sekali baca, langsung bisa ditentukan cara membaca ini tuh logatnya bagaimana.
Namun, ada sedikit penyimpangan di ending. Orang-orang di cerita ini berhasil menangkap buruannya sebelum senja berubah gelap. Tapi, di ending dikatakan bahwa buruannya ini ditangkap pas siang hari. Penulis sepertinya bertujuan hendak membuat alur kalau orang-orang ini dapat buruan pas siang, kemudian lupa—atau ada tujuan lain sehingga waktunya diubah ke senja menjelang gelap. Hal ini usahakan dihindari dan diatasi agar saat pembaca baca, dia tidak mengernyit bingung kalau ada keanehan pada cerita ini.
Penulis masih perlu belajar bagaimana cara menyiratkan profesi tokoh pada narasi. Penulis bisa dikatakan berhasil pada hal ini, tapi tidak juga. Saran saya, ada baiknya penulis sudah menyiratkan profesi tokoh di awal, selain sebagai pelaku pembakaran rumah.
Juga, jelaskan kenapa mereka ini tidak ditangkap pihak berwajib. Apakah ada faktor uang atau merekanya memang licin dan perbuatannya apik. Kurangnya penjelasan mengenai ini membuat cerita jadi hambar sedikit.
Meski begitu, saya suka alurnya. Alurnya tidak bisa ditebak, sayangnya tidak memberikan 'kejutan', tapi tidak apa-apa. Nuansa humornya bisa menambal kekurangan ini.
3. Kesumat (90)
Cerita ini fokus pada satu konflik dan penulis berhasil mengembangkannya! Penulis berhasil mengemas masalah yang diangkat sehingga menghasilkan cerpen yang mengejutkan.
Penulis membuat saya menerka-nerka tentang apa yang sebenarnya terjadi pada cerpen ini. Percayalah, saya membacanya dua kali untuk memastikan. Kemudian, saya menyadari bahwa ini ada hubungannya dengan ilmu gaib terkenal di Indonesia. Penulis menyiratkannya. Hal ini membuat pembaca tertarik membaca kembali untuk mencari apa sih yang disiratkan penulis.
Meskipun begitu, saya memiliki perbaikan. Seorang tokoh dikisahkan berubah karena pindah dari kampung ke Jakarta, dari tokoh yang baik hati menjadi tokoh yang ringan tangan. Penulis di sini bisa menjelaskan kenapa sih dia berubah, apakah faktor dari kecil, lingkungan, pergaulan dengan orang lain, atau dari segi lainnya. Faktor-faktor ini nantinya diperbesar pas si tokoh pulang dari RS dan tahu sesuatu yang tidak dia inginkan.
Hal ini nantinya akan meningkatkan potensi menariknya sebuah cerita.
Teruslah dikembangkan!
4. Hidrangea (76)
Awal membaca ini, saya terus terang malah memikirkan serial Wednesday yang pas Desember 2022 kemarin ramai banget diperbincangkan. Atau memang inspirasinya dari sana?
Sebenarnya alur pada cerita ini bagus, hanya saja kurang bersambung dan kesannya gantung. Si tokoh mau membuah petasan dari bubuk-bubuk Hidrangea yang mengandung sianida. Kemudian dia tahu kalau bunga Hidrangea jarang yang jual, bahkan tidak ada yang berani jual karena berbahaya.
Di saat ini, saya berharap penulis menjelaskan tindakan apa yang dilakukan si tokoh untuk mendapatkan bunga Hidrangea. Namun, saya malah ditampilkan kalimat; "Selalu ada jalan menuju Roma." Apa penulis sedang bermain tebak-tebakan untuk menebak bagaimana si anak mendapatkan bunga Hidrangea sampai ada sirine polisi? Kemudian menebak apa yang terjadi dengan tokoh lain yang dimusuhi tokoh ini?
Bermain tebak-tebakan ini akan membuat pembaca bingung. Mereka akan berhenti membaca karena tidak mendapat jawaban yang memuaskan akan segala pertanyaan yang dibuat. Saat akan bertemu jawabannya, malah disodorkan, "Selalu ada jalan menuju Roma." Pembaca menginginkan jawaban, dia tidak bisa menerka lagi karena dia sudah menerka sebelumnya dan ingin mencocokkan jawaban pada saat itu.
Pada titik ini, penulis usahakan memberitahu dulu bagaimana caranya si tokoh mendapatkan bunga Hidrangea, apakah dari belanja online secara ilegal atau sebagainya. Kemudian paparkan secara tersirat apa yang terjadi setelah dia menemukan bunga itu. Bagaimana bisa ada sirine polisi, apa hubungan polisi dengan tindakan si tokoh ini.
Penulis masih kurang dalam menggarap idenya. Teruslah berlatih untuk garapan dan penyajian yang lebih baik lagi.
5. Happy New Year, Sayang! (86)
Keambiguan masalah di cerpen ini membuat saya tercengang di akhir. Meski tidak membuat saya kaget-kaget amat, saya suka bagaimana penulis memberikan puzzle yang perlahan tersusun seiring dibacanya cerpen.
Hal yang menurut saya harus diperbaiki adalah tanda titik-titiknya (kalau tidak salah namanya elipsis ya). Saya punya saran untuk penulis, kurangi penggunakan tanda ini ya. Misalnya:
• "Ups ...." Bla bla bla. "... aku lupa."
Sebenarnya bisa dijadikan begini saja kalau mau:
• "Ups ...." Bla bla bla. "aku lupa."
Tidak mengapa kalau tetap ingin memakai yang di atas, tapi hal ini akan menganggu membaca. Belajarlah banyak-banyak mengenai pada momen apa saja kita bisa menggunakan tanda elipsis. Ini nantinya bisa merapikan tulisan penulis kok, sehingga tulisannya jadi lebih menjiwai dan tidak terkesan berlebihan.
6. Ketidaksengajaan yang Disengaja (84)
Saya suka betapa dinginnya tokoh di cerita ini. Dia membiarkan seseorang menemui ajalnya padahal ia seharusnya menyelamatkan karena masih memiliki hubungan darah dengan korban.
Kemudian diketahui apa saja alasannya untuk tidak menyelamatkan. Bagian ini agak heart-breaking sedikit. Terserah hendak memanggil saya terlalu terbawa perasaan, tapi saya sendiri tahu bagaimana rasanya kerja keras sampai lelah hanya untuk memenuhi kebutuhan seseorang.
Kekurangan yang bisa saya tangkap pada cerpen ini tentang spasi dan memotong kata. Jadi, misalnya ada kalimat begini:
• "Alsi, apakah sosisnya sudah ma—Hei, apa yang kaulakukan di situ?"
Hal tersebut bisa kita ubah ke sini:
• "Alsi, apakah sosisnya sudah matang— Hei, apa yang kaulakukan di situ?"
Baik, untuk spasi, tidak perlu saya jelaskan, penulis mungkin sudah tahu kenapa. Untuk saat ini, peraturan menulis dengan tanda seperti di atas, adalah tanda menulis yang tepat. Mungkin akan berubah seiring berjalannya waktu.
Kemudian, bagaimana dengan memotong katanya? Saat membaca, kita tentu melihat bacaan dengan mata kita. Mata kita tahu bacaan bagaimana yang nyaman dibaca dan potongan katanya tidak mengarah ke kata lain.
Untuk perkataan yang terkesan 'dialihkan' begitu, katanya tidak perlu dipotong. Dikhawatirkan malah salah kata nantinya. Seperti pada contoh di atas, ma- bisa bersambung jadi 'mata', 'makan', atau 'mati'. Diganti ke mata-, hal ini bisa bersambung menjadi 'matahari', dan semua ini sudah keluar konteks. Maka dari itu, untuk menghindarinya, bisa ditulis semua huruf-huruf dari katanya ditambah tanda (—) (saya lupa namanya :'v).
Baik, hanya segini review yang bisa saya sampaikan. Kurang-lebihnya saya minta maaf, apalagi kalau ada salah kata saat mengomentari :') Terima kasih sudah berpartisipasi, Kakak-Kakak! ^O^ Tetap semangat menulis ya!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top