[i] wanna try!
a/n: fujoshi jangan hujat saya dong, saya multishipper karma kok kalo ship nonlurus, nah makanya saya bingung dan nulis straight nya aja /HEH
anw saya ikhlas dan tulus mengeship karmanami ehe, hint yang ditampilkan di animu sangat cocok dengan selera saya dan tidak berlebihan alias wajar sebagaimana anak smp makanya saya suka saya sukaaa >.<
[warning: semi canon, kissu scene, cliche, tidak relatable dengan kehidupan anda-anda semua /HEH]
-
Karma meregangkan tubuhnya.
Hari yang cukup melelahkan. Ia masih menyesuaikan diri dengan pekerjaannya di Kementerian Ekonomi. Hampir satu bulan berangkat pagi dan pulang malam. Menghadiri rapat, mempersiapkan proposal, menggunakan mulut licinnya untuk bernegosiasi dengan pihak eksternal.
Tidak salah sang atasan menempatkan Karma di posisi biro hubungan masyarakat dan marketing. Si rambut merah menyala ini memang sangat lihai dalam memprovokasi, menyetir pemikiran orang lain untuk melakukan hal-hal yang sesuai dengan kemauannya. Beberapa perusahaan besar menjadi semakin patuh pada tempatnya bekerja, menaati perjanjian dan memberikan lebih banyak benefit dari yang disangka.
Tetap saja melelahkan bagi Karma. Kemampuan memikat intensi lawan bicaranya memang terkenal baik sejak lama, namun ia masih harus mengontrol ucapannya agar tetap sopan dan nyaman diterima orang-orang penting yang berinteraksi dengannya. Karma sewaktu-waktu dapat berbuat nekat, culas, dan iseng, dan itulah yang harus ia kurangi jika tidak ingin terjebak dalam masalah. Terlebih, posisinya masih sebagai pegawai baru, belum banyak kultur perusahaan dan hal-hal tersembunyi yang perlu ia ketahui sebelum menjalin hubungan baik dengan sesama rekan kerja, atasan, maupun pihak eksternal.
Langkah kaki jenjangnya terhenti di sebelah sebuah vending machine. Karma merogoh saku celananya, mengambil dompet khusus uang recehan yang ia siapkan khusus untuk membeli barang-barang melalui vending machine, memberikan donasi pada para penggalang dana dan relawan yang kebetulan ia jumpai, atau membayar ongkos transportasi umum. Ia menunggu gadis di depannya selesai menggunakan vending machine tersebut.
Karma memperhatikannya dengan seksama. Ia merasa pernah mengenal gadis itu. Helaian surai gelapnya dikepang satu ke arah kanan. Topi baret berwarna krem menutupi kepalanya. Tubuh mungilnya terbalut cardigan berwarna senada dengan baretnya, memberi kesan awet muda seusia anak sekolah. Rok coklat bermotif kotak-kotak dengan panjang sampai ke bawah lutut yang dipadukan dengan sepatu boots kulit membuat penampilan sang gadis nampak profesional namun tetap manis.
Saat sang gadis membungkuk, ia tak sengaja menjatuhkan sebuah map dari totebag yang ia kenakan. Suara yang ditimbulkan saat map itu menghantam trotoar cukup kencang, menandakan banyaknya isi map yang ia miliki.
"Ini milikmu."
Karma mengulurkan map milik sang gadis, lalu tertegun. Ternyata benar ia mengenal sang gadis. Okuda Manami, teman sekelasnya di SMP Kunugigaoka.
"Ah, terima kasih... Karma-kun?" ucap sang gadis dengan suara pelan, nampaknya juga berusaha mengingat sang pemuda.
"Hehe, aku senang kau mengingatku." Karma terkekeh sembari tersenyum. "Mau ke mana malam-malam begini? Pulang kerja?"
"Iya." ucap Manami.
"Aku juga. Ngomong-ngomong, mapmu berat sekali. Pasti isinya penting, kan?"
"Ya, semua hal penting untuk penelitianku ada di sini!" ujar Okuda dengan semangat. Gadis ini ternyata masih menyukai ilmu pengetahuan alam, pikir Karma.
"Tasmu sepertinya berat. Mau aku bawakan?"
"Eh? Tidak usah, Karma-kun..."
"Tidak usah sungkan begitu~" Karma berucap dengan manis, lalu mengambil tas Okuda di bahunya. Dugaannya sungguh tepat, tas itu jauh lebih berat dari kelihatannya. Karma menduga jika di dalamnya ada laptop dan beberapa barang lain, mungkin jas laboratorium yang dipakai Okuda dalam pekerjaannya.
"Senang melihatmu masih bersemangat seperti dulu, Manami-chan." Karma merangkul bahu Okuda dengan lembut. Kedua iris Manami melebar, menunjukkan reaksi terkejut atas perlakuan Karma yang barusan. "Lebih baik kau segera pulang. Sudah malam, tidak baik untukmu berada di luar sendirian."
"Tidak apa, aku sudah biasa begini..." balas Okuda lembut. "Lagipula, aku berencana membeli gelato di kedai yang baru buka, tidak jauh dari pertokoan di sebelah utara jika aku tidak salah."
"Eh... Ge-la-to~?" Karma berucap dengan nada khasnya, namun sedikit berbisik di telinga Okuda. "Aku juga mau..." sambungnya sembari merengek laksana anak kecil.
"U-Uwaah! A-Aku tidak bawa cukup uang untuk membelikanmu-"
"Hahaha, jangan bicara seolah-olah aku akan memerasmu, ah. Kau saja yang kubelikan, simpan saja uangnya untuk hal lain." Karma lagi-lagi tersenyum, memainkan kepangan sang gadis dengan tangannya.
Okuda mengangguk. "Hum!"
-
"Ah, tidak terlalu ramai..." Okuda berkomentar dengan suara lembut setibanya di kedai. Ia mengedarkan pandangan, memikirkan tempat duduk yang akan mereka gunakan.
"Sudah jam segini, lagipula ini hari kerja." jawab Karma yang baru saja selesai memesan makanan untuknya dan Okuda. "Sepertinya duduk di sebelah sana nyaman. Bagaimana, Manami-chan?" Karma menunjuk meja dengan dua tempat duduk di sisi jendela.
"Baik!" Okuda mengangguk. Karma tersenyum lagi, kali ini sedikit menggigit bibirnya.
Sial, Okuda manis sekali.
Penampilannya tidak banyak berubah sejak SMP. Rambutnya sudah bertambah panjang, namun gaya rambut kepang masih tak lepas dari dirinya. Kepangan satu arah membuatnya terlihat imut dan dewasa di saat bersamaan. Ia tak banyak melihat Okuda dengan pakaian selain seragam di masa lalu, maka melihat Okuda dalam pakaian sehari-hari membuatnya terpana. Secara stereotip, Okuda bisa diklasifikasikan sebagai gadis kutu buku yang culun, tidak keren, tidak menarik. Namun, Karma merasakan hal yang sebaliknya saat memandang sang gadis.
Aduh, kacamata itu masih sama seperti dulu. Mungkin Okuda mengganti lensanya sesuai dengan kebutuhan, namun frame yang digunakannya masih sama.
Menggemaskan.
Terlebih tubuhnya mungil.
Karma cukup yakin Okuda bertambah tinggi setelah sekian tahun, namun apa bedanya? Karma tumbuh menjulang tinggi selama tahun-tahun tersebut, menjadikan perbedaan tinggi di antara keduanya masih terpaut jauh, malah semakin jauh.
Karma menggenggam ibu jarinya. Kenapa pikirannya jadi begini? Saat para siswa kelas 3-E berwisata ke Kyoto, ia ingat pernah memilih Okuda saat ditanyai oleh cowok-cowok yang membuat peringkat best girl di kelas. Sousuke meragukannya, Maehara langsung menginterogasinya. Saat itu Karma menjawab sekenanya, kalau kemampuan kimia Okuda akan sangat membantunya mengerjai orang-orang, entah dibius dengan kloroform atau membuat mereka menenggak larutan aneh.
Mungkin dia belum kepikiran alasan lain waktu itu.
Gelato cone Karma sampai terlebih dahulu. Satu scoop gelato dengan rasa stroberi dan satu scoop rasa yogurt menjadi pilihannya. Karma menjilat panganan beku miliknya dengan perlahan, meresapi rasa segar stroberi dengan indera perasanya.
"Enaknya! Kukira rasanya sama dengan es krim biasa."
"Gelato memiliki kandungan lemak yang lebih rendah dari es krim, jadi citarasanya lebih kuat dan lebih sulit meleleh." Okuda memberi penjelasan singkat.
"Kau jualan gelato saja kalau begitu."
"Ah, ini IPA dalam kehidupan sehari-hari..." Okuda tersipu. Karma mengelus rambut Okuda.
"Manami-chan hebat~ Aku yakin Koro-sensei pasti senang melihatmu seperti ini."
Okuda tersenyum. Ia meraih laptop dari tasnya, lalu membuka map yang tadi sempat terjatuh. Sembari menunggu laptopnya menyala, ia mengeluarkan beberapa kertas, lalu mengembalikan map itu ke dalam tasnya. Okuda dengan cekatan mengetik data-data yang terdapat pada kertas tersebut.
"Kenapa tidak bilang kalau mau kerja? Tadi bisa saja kupilihkan tempat yang mejanya luas." celetuk Karma.
"Tidak apa, di sini saja." jawab Okuda. "Lebih sejuk rasanya bekerja sambil melihat pemandangan begini."
Karma melongok ke jendela. Memandang pemandangan kota di malam hari. Temaram lampu neon dari restoran dan kafe menyinari jalanan, merayu pengunjung untuk singgah sejenak di tempat makan. Jam pulang kerja, banyak orang seusia mereka yang berlalu-lalang menuju rumah. Beberapa bercakap-cakap sembari melakukan perjalanan, beberapa hanya hening, bahkan berjalan sendirian. Ada yang sibuk dengan ponselnya, ada pula yang tidak. Berjalan kaki maupun menunggu bus di halte, semuanya ingin segera sampai di rumah.
"Hei, mau coba?" Karma menawarkan gelato miliknya pada Okuda. "Pesananmu belum diantar, kan? Coba punyaku dulu."
"Boleh?"
"Sudah kubilang tidak usah sungkan." Karma mengulurkan gelato miliknya ke hadapan Okuda. Okuda menggeser laptopnya, lalu mencicipi rasa stroberi dari dessert manis nan dingin tersebut.
Setitik gelato yogurt menodai hidungnya. Karma tertawa kecil, lalu mengambil tisu dan membersihkannya. Wajah Okuda memerah seolah ingin menyaingi warna rambut pemuda di depannya.
Ah.
Karma tak bisa memalingkan pandangannya.
"Ngomong-ngomong, aku belum lama ini bertemu Asano!" Okuda membuka pembicaraan lagi, mengembalikan si merah pada dunia. Karma sedikit terkejut, entah karena Okuda menatap wajahnya di saat pikirannya sedang melayang, atau karena Okuda menyebut nama orang yang ia kenang sebagai rival.
"Hmmm? Asano? Kapan?"
"Minggu lalu SMA Kunugi mengadakan kunjungan ke laboratorium tempatku bekerja. Ternyata Asano-kun ikut mendampingi juga, bersama dengan Kouyama-kun."
"Ah, begitu. Asano melanjutkan pekerjaan ayahnya?"
"Sepertinya begitu. Dari yang kudengar, Asano menjabat di SMA, sedangkan ayahnya masih menjadi kepala sekolah di SMP. Kouyama menjadi kepala laboratorium di SMA." terang Okuda.
"Ngomong-ngomong, bagaimana dengan Takebayashi? Seingatku kalian berdua sama-sama bekerja sebagai peneliti, kan?" Karma bertanya lagi ketika ia teringat dengan salah satu teman sekelas mereka.
"Takebayashi tinggal di daerah pantai sekarang. Ia lebih banyak meneliti biota laut."
"Begitu rupanya..." ucap Karma. "Semua orang sekarang berada di jalannya masing-masing, ya?"
"Hum.." Okuda hanya menggumam, sembari mengangguk tanda setuju. Tak lama kemudian, parfait apel hijau pesanan Okuda diantar. Sang gadis lalu mengakhiri pekerjaannya, mematikan laptop dan menyimpan barang-barang yang ia keluarkan.
"Tidak diselesaikan?"
"Nanti saja... Lagipula, kapan lagi mengobrol denganmu?" Okuda tersenyum sembari menyendok parfait. "Kesibukan membuat kita jarang bertemu, seperti katamu... Berjalan di jalan masing-masing."
"Ah, beberapa hal tetap sama, sih." Karma merespon setelah menikmati gelato dengan rasa yogurt-ukuran kedua scoop gelato miliknya telah mengecil, kira-kira besarnya sama. "Seperti Manami-chan yang menyukai IPA, juga aku yang menyukai dirimu."
"Eh?"
"Ahaha, lupakan saja yang tadi~" Karma memasang wajah jahilnya, menahan rasa gemas melihat wajah Okuda yang semakin memerah. "Hei, boleh aku mencoba parfaitnya?"
"U-Uhm... Ambil saja..." Okuda menyodorkan segelas parfait dan sendoknya sembari memalingkan wajah, tidak berani bertatapan dengan iris bak emas milik Karma.
"Heee? Ayo lihat wajahku. Kalau kau tidak melihatku, aku akan menghabiskannya~"
Okuda perlahan menoleh, beralih menatap Karma. Bukan karena ia tidak ingin Karma menghabiskan parfait miliknya. Ia tahu pemuda bermarga Akabane ini tidak akan berhenti bercuap-cuap sebelum mendapatkan apa yang ia inginkan.
Menuruti Karma akan membawa dirinya pada hal-hal yang tidak disangka-sangka, dan itulah yang terjadi sekarang.
"Manami-chan, buka mulutmu." Karma ternyata telah mempersiapkan sesendok parfait di tangan kanannya. Okuda membuka mulutnya tanpa rasa curiga. Ia mengetahui beberapa prank kampungan yang dilakukan oleh bocah-bocah, salah satunya berlagak akan menyuapi, namun akhirnya makanan itu mengarah ke mulut mereka sendiri.
Rasa dingin dan manis dari es krim vanilla, berpadu dengan potongan apel hijau yang diselubungi karamel. Asam dan manis menyatu, menimbulkan citarasa yang ia sukai.
Bukankah tadi Karma bilang ingin meminta parfait miliknya? Baru saja Okuda bertanya-tanya, ia merasakan sensasi lain di mulutnya.
Hangat dan bertenaga, namun bergerak dengan lembut. Menyapu rongga mulutnya, seolah tak ingin melewatkan satu titik pun.
Karma bahkan meraih punggungnya, sedikit mendorongnya untuk memperdalam ciuman yang ia lakukan.
Perasaan Okuda campur aduk. Entah panik, malu, bahagia, marah, takut, semuanya melebur. Entah apa kata orang saat melihat pemandangan ini-ah, apalagi mereka melakukannya terang-terangan sekali, di tempat umum begini. Perlahan, rasa tenang dan nyaman mulai menjalar dalam tubuhnya, matanya terpejam menikmati perlakuan Karma terhadapnya.
Karma perlahan melepaskan ciumannya.
"Manis."
- e n d -
HEIYYAAAAA. THIS AUTHOR JUST FINISHED WATCHING ANSATSU AND SHIPPING BOTH OF THEM SO HARD RN. UWWWWOOOOGGGHHHH!1!1!1!1!
sekali kali ga buat drabble ah. sedang menantang diri untuk nulis oneshot yang beneran oneshot minimal 1k words gitu ah. (drabble is a very Ne dom moment ik)
see u in another chappie! ><
(p.s: im still liking bxb ship, i just cant write n post it ahaha takut dosa)
(p.s.II: *also jeje: writing a kissu scene*)
(p.s.III: KISSU SCENE EXISTS AT THE SHOW SO I GUESS ITS OK /HEH)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top