Keluhan Saya Terhadap Teman yang Tidak Bayar Hutang

Pembaca budiman, bila Anda saat ini sedang mengurus anak, mencari nafkah, belajar, mencuci pakaian, makan, buang hajat, menonton sinetron, membaca cerita percintaan, ataupun debat capres di dunia maya, tolong tinggalkan segera kegiatan yang tidak penting itu sekarang juga. Rupiah melemah tidak ada apa-apanya, kasusnya lebih serius daripada pemanasan global, bahkan ada yang lebih berfaedah daripada memikirkan masa depan hidup Anda sendiri, karena ini menyangkut nasib saya. Tahun sudah berganti dan saya masih jomblo. Bayangkan, perkara ini lebih gawat daripada kiamat!

Eh, enggak juga sih. Pokoknya gawat. Teman seangkatan saya hampir semua sudah menikah atau seenggaknya mereka punya calon untuk dikenalkan kepada orangtua. Macam mana, sedangkan saya kenalan cewek yang bisa dijadikan gebetan pun belum punya.

Sugeng teman kerja saya yang sudah tujuh tahun kawin sok memberi petuah. "Cepet kawin, Bray. Kawin itu enak. Ada yang ngurusin. Saya nyesel nggak kawin dari dulu. Malah kalau diizinin saya rencana mau nambah istri lagi." Kemudian dia berbagi pengalaman, dan dengan antusias ngomong panjang kali lebar kali alas kali tinggi gimana caranya dapat jodoh sampai air liurnya muncrat ke wajah saya. Merupakan kejijikan yang tak terampuni karena saya tahu dia habis makan semur jengkol.

Dalam hati saya bilang, "Wedus gembel!" Gayanya mau nambah istri lagi, sedangkan hutang tahun kemarin saja dia belum bayar. Giliran ada butuhnya maksa-maksa supaya dipinjamin duit. Pakai alibi segala buat beli susu. Anak sendiri dijadikan alat untuk mendapatkan hutang. Saya langsung kesal waktu tahu uang yang saya pinjamkan ternyata dia pakai buat karaokean sama janda petugas kebersihan. Dasar manusia pendusta, makhluk khianat! Orang kayak gini nih yang harusnya kena ombak tsunami.

Kelakuan Sugeng setiap baru gajian mendadak pura-pura amnesia. Sampai satu tahun jalan masih juga belum bayar. Saya enggak nagih sama sekali, sebab hutang kewajibannya dia buat ingat dan bayar. Saya biarkan saja supaya dia mati meninggalkan hutang. Salah sendiri kalau nanti rohnya luntang-lantung karena enggak diterima di alam kubur.

Dikira enak punya hutang sama orang yang enggak nagih. Justru mereka lebih sadis daripada rentenir. Mungkin ada sebagian dari pembaca budiman yang berpikir lebih kejam rentenir online yang terus-terusan meneror lewat telepon setiap kali kita telat bayar. Mereka juga enggak segan-segan buat menghubungi teman, atasan, saudara, dan mertua (bagi yang sudah kawin) hanya untuk menyebarkan aib bahwa kita secara menyedihkan menunggak hutang. Nama baik tercemar dan harga diri turun secara drastis di mata orang-orang terdekat sampai ke titik kita menyebut diri sendiri sebagai sampah masyarakat.

Tapi sebenarnya tidak. Rentenir hanya memberi beban psikologis, sedangkan orang yang enggak nagih hutang menyumpahi Anda sampai ke alam akhirat!

Biar saya jelaskan. Di balik diamnya kelompok orang yang enggak nagih, terdapat berbagai sumpah serapah dan bermacam kutukan yang akan membuat hidup Anda tidak berkah dan selalu sial. Yang gawatnya adalah Anda sendiri tidak menyadari penyebab mengapa kehidupan Anda selalu ditimpa masalah yang berkelanjutan.

Nah, bila Anda saat ini merasa hidup selalu sulit, bisa jadi itu berkat sumpah serapah dari orang yang uangnya sudah Anda pinjam tapi lama atau lupa tidak bayar. Coba ingat-ingat lagi hutang Anda, terus cari orang yang tidak pernah nagih tapi uangnya belum dikembalikan. Kepada orang itulah Anda harus minta maaf dan bayar hutang. Setelah melakukan usaha itu, saya hanya bisa doakan semoga masalah hidup Anda menjadi agak mendingan.




Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top