Dulu saya cowok idaman. Serius, saya pernah digilai banyak perempuan, bukan sering dikata-katain kalau saya gila, tapi ini dalam arti yang sebenarnya. Enggak percaya? Sama, saya juga.

Kira-kira sekitar lima belas tahun lalu, saya yang baru lulus STM nggak punya biaya buat nerusin kuliah. Jangankan buat kuliah, ijazah saya saja masih ditahan sama sekolah karena SPP masih nunggak. Kasihan ijazah saya, padahal dia enggak salah apa-apa tapi harus ditahan. Takutnya tuh ijazah saya nantinya dibakar kayak orang maling ayam. Untuk itu saya sekuat tenaga cari kerja buat ngambil ijazah terkasih yang ditawan oleh kepsek. Ngeri juga ngebayangin ijazah saya diikat di kursi pakai tambang, dibekap mulutnya, ditodongin pistol sama kepsek.

Saya mondar-mandir nyari kerjaan, sayangnya enggak dapet-dapet, katanya saya nggak ngelampirin ijazah di surat lamaran. Akhirnya saya punya ide cemerlang. Saya minta fotocopy ijazah sama kepsek dan untungnya beliau ngasih. Karena waktu itu saya ngancem bakal telanjang sambil hujan-hujanan kalau permintaan saya enggak dituruti.

Akhirnya saya dapat pekerjaan. Tapi saya harus merantau ke kota Batam, yang kalau disuruh nyari tuh kota di peta, saya mending disuruh beli minyak tanah ke warung sama emak. Nostalgia banget, sekarang minyak tanah kemana, ya? Setelah dicampakkan karena tergantikan oleh tabung gas, mungkin sekarang si minyak tanah lagi nangis dipojokkan, terus nulis status "COWOK TUH SEMUA SAMA, BAJINGAN!" dan sekarang saya baru sadar kalau si minyak tanah adalah seorang perempuan.

Di Batam, tepatnya di Muka Kuning saya sudah disediakan dormitory atau tempat tinggal. Enggak terbayang sama sekali kalau saya bakal jadi cowok idaman di sana.

Orang yang tinggal di dormitory sama kayak saya yaitu perantau. Nah, seperti kata bang Napi, "Kejahatan terjadi bukan hanya karena ada niat, tapi juga ada kesempatan" dan di sana kesempatan saya buat jadi cowok idaman sangatlah besar. Hampir rata-rata semua yang tinggal di sana adalah perawan, mungkin. Karena saya juga lihat ada yang mukanya sudah kaya emak-emak.

Rambut saya aslinya keriting kayak Giring Nidji, tapi setelah saya rebonding katanya jadi mirip Ryan D'masiv. Waktu itu lagi jaman-jamannya lagu cinta ini membunuhku, jadi setiap saya jalan pasti cewek-cewek godain saya pakai nyanyi-nyanyi lagu itu. Sejak saat itu saya mulai menyadari bahwa wajah saya cukup tampan.

Tapi ternyata cuma setahun saya digila-gilai sama cewek-cewek karena rambut saya mulai kembali keriting kayak semula. Karena waktu itu saya haus akan pujian dan pujaan para cewek, akhirnya saya memutuskan buat di rebonding, ah bukan, kali ini saya milih di smoothing. Padahal menurut saya hasilnya nggak ada bedanya, tapi saya nurut-nurut saja sama bencong yang ada di salon.

Kali ini saya katanya mirip Kevin Aprilio, karena pas saya di smoothing bandnya si Kevin lagi booming-boomingnya. Jadi setiap kali saya jalan, cewek-cewek bakal nyanyi, "~Jujurlah padaku, jujurlah padaku~" dengan suara sumbang. Saya sih nanggapinnya senang-senang saja, karena kan si Kevin lumayan ganteng tuh.

Waktu itu bisa dibilang zaman keemasan saya sebagai lelaki. Tapi lagi-lagi setahun kemudian rambut saya balik lagi ke asal. Saya nggak ganteng lagi, nggak mirip artis lagi, nggak dipuja lagi. Saya ditinggalkan, dilupakan, dicaci dan dihina. Saya bertranformasi dari angsa menjadi itik yang buruk rupa. Tampang saya enggak lucu lagi, bahkan teman saya yang paling jelek punya kepercayaan diri buat ngata-ngatain saya.

Sempat berpikir buat di smoothing lagi, tapi sekarang saya sadar itu enggak akan ada habisnya. Sepertinya waktu itu saya buta akan pujian-pujian dari cewek, sampai lupa jati diri saya yang sebenarnya, bahkan saya sempat enggak ingat siapa saya sebenarnya.

Biarlah saya yang sekarang ini jomblo dan terasingkan, tapi beginilah saya adanya, jadi diri sendiri. Sempat hati terguncang di saat saya dengan tampang pas-pasan ini bergombal ria mencari pasangan, di berita gosip waktu itu saya dengar kalau Limbad sudah punya bini dua.

Tapi itu jadi pelecut semangat, bahwa enggak perlu di rebonding atau berbusa merayu buat mencari pasangan. Sepertinya sekarang saya harus kayak Limbad agar punya bini dua, yaitu belajar debus.