Keluhan Saya Terhadap Patkai
Nama saya enggak penting. Panggil saja saya Bray. Karena apalah arti sebuah nama, kalau Anda sudah memiliki nama panggilan. Biasanya nama panggilan pertama kali diberikan oleh salah satu teman Anda dan diikuti oleh teman-teman Anda yang lainnya. Mereka itu sejatinya adalah teman-teman yang sok asik.
Terbilang beruntung bila nama panggilan yang diberikan berupa singkatan seperti SBY, JK, Jokowi, UAS, Aa Gym, dan masih banyak lagi nama panggilan sejenis di luar sana yang tidak bisa saya tulis satu-satu karena memang enggak penting buat ditulis. Atau, ada juga yang sengaja agar namanya terdengar lebih imut, contohnya Icha, Acha, Ocha, Uchi, dan masih banyak lagi nama panggilan serupa di luar sana yang tidak bisa saya tulis satu-satu karena memang sama sekali tidak bermanfaat juga buat ditulis.
Yang celaka adalah bila teman-teman Anda memberikan nama panggilan berdasarkan perilaku buruk yang tercermin dari diri Anda sendiri.
Seperti teman saya yang dipanggil Patkai. Kami memanggilnya begitu karena ngomong dan bercandanya suka jorok. Coba bayangkan dipanggil dengan nama seperti itu untuk seumur hidup Anda! Padahal nama aslinya Rizal Rahadian. Dia selalu sesumbar kalau aktor Reza Rahadian itu adalah sepupu jauhnya. Dia berbicara sampai berbusa seakan itu memang benar adanya. Cuma gara-gara nama belakangnya kebetulan sama. Tentu, saya tidak mungkin percaya dengan dusta yang demikian.
Patkai salah satu teman kerja saya waktu di Batam. Saya harus menerima kenyataan pahit kalau dia lebih ganteng daripada saya. Karena saya sudah terbilang tampan, jadi saya harus menerima berada di peringkat dua di antara dua belas orang lainnya yang merantau ke Batam.
Tepat di sini saya ingin mengeluh. Kelakukan Patkai yang bercandanya suka ngomong mesum ternyata tidak dipermasalahkan oleh cewek-cewek yang sedang kami incar. Malah, kami selalu kalah bersaing bila head to head dengan dirinya untuk merebut hati kaum hawa. Mentang-mentang ganteng, setiap cewek yang didekati oleh Patkai cuma cengengesan setiap kali mereka dirayu dan digombali dengan kata-kata yang agak tidak senonoh. Bila diibaratkan sinetron, rayuannya itu bukan tergolong bimbingan orangtua lagi, melainkan pantas mendapatkan rating 18+, yang pasti akan segera terkena teguran dari KPI.
Si Jono yang mukanya kelihatan jauh lebih tua daripada umurnya, melakukan kesalahan fatal dengan meniru rayuan gombal 18+ tersebut. Hasilnya sudah jelas, dia ditampar oleh cewek yang sedang didekatinya. Jono pulang ke rumah dengan cetakan tangan merah di sebelah pipinya, dan kami tidak sungkan-sungkan untuk tertawa sampai terpingkal-pingkal. Itulah arti sahabat.
Salah sendiri. Si Jono tidak memperhitungkan modal tampang yang dimilikinya. Cewek tidak semudah itu. Dia pikir cuma pakai rayuan gombal saja, cewek sudah mau diajak ke KUA. Kalau cara kerjanya seperti itu, dari tahun kapan saya sudah kawin!
Namun, dalam hati saya meringis. Begitu tidak adilnya dunia. Manusia-manusia tampan dan cantik kadang suka dimaklumi kalau mereka melakukan kesalahan. Hidupnya mudah. Cari kerja gampang. Kalau susah-susah amat ngelamar jadi kasir Indomaret juga sudah pasti diterima. Terus selfie, terus viral, terus terkenal, terus jadi selebgram. Giliran muka kayak Si Jono yang mirip abon sapi diunggah di Facebook, semua teman-temannya kompak menghujat, termasuk saya.
Orang ganteng sama orang cantik cari pasangan gampang. Chelsea Islan kalau jalan di gang, pemuda-pemuda belangsak yang lagi nongkrong di sana pasti langsung pada godain. Nicholas Saputra cuma bersin, cewek-cewek bakal berebut buat nawarin kartu BPJS-nya buat dipakai.
Eh, tapi mungkin belum tentu semuanya benar. Buktinya, sampai sekarang saya masih jomblo.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top