Keluhan Saya Terhadap Celana Pendek
Saya enggak bakal bohong. Saya suka lihat cewek pakai celana pendek yang lagi jalan-jalan di mal. Ini sangat aneh. Mata saya yang tadinya mengantuk seketika menjadi segar saat ada paha mulus lewat. Ternyata paha mulus lebih ampuh daripada kafein! Harusnya para ilmuwan mulai melakukan penelitian tentang hal ini.
Cewek-cewek pakai celana pendek berseliweran kesana kemari, enggak nyadar banyak mata buaya yang lirik-lirik penuh nafsu. Mungkin dari luar para lelaki itu terlihat biasa saja, padahal mereka lagi menahan air liurnya supaya enggak ngeces.
Oh, mungkin saya terlalu naif. Saya belum memperhitungkan kalau cewek sebenarnya memakai celana pendek buat mengundang perhatian. Mereka cuma pura-pura saja enggak peduli saat semua mata lelaki tertuju kepadanya, namun bisa jadi di dalam hatinya menjerit bahagia, "Yes, gue jadi pusat perhatian!"
Mungkin yang ada di pikiran cewek-cewek waktu itu, "Aduh, gue butuh perhatian. Gimana ya caranya? Aha! Gue ada ide. ke mal aja pake celana pendek."
Dan benar saja, setelah sampai di mal mereka menjadi perhatian para lelaki jomblo di sana yang memang cuma punya tujuan buat cuci mata. Lelaki model gini ke mal paling beli air mineral doang. Itu pun terkadang belinya di Indomaret terdekat biar lebih murah.
Soalnya kalau lama-lama lihat paha bisa bikin haus juga. Energi saya lumayan terkuras untuk memilah-milah mana yang mulus mana yang enggak. Apalagi di zaman milenial ini kaum perempuan makin percaya diri memakai celana pendek. Dulu saya ingat cuma cewek-cewek muda yang yakin memiliki kaki mulus saja yang berani memakai celana pendek. Sekarang? Wah ... sampai emak-emak ikutan pakai celana pendek!
Sungguh, pergeseran budaya sangat tidak terasa. Sewaktu kecil saya masih ingat, ada gadis pakai celana sampai lutut doang langsung disambit pakai bakiak. Kalau para orangtua zaman dulu dihidupkan kembali pakai edo tensei, pasti sekarang di mal bakal penuh sama lemparan-lemparan bakiak.
Saya pernah lihat emak-emak pakai celana pendek, garis-garis kulit belakang pahanya jadi kelihatan. Bukan bikin mata segar, malah membuat saya kesal. Kenapa tidak ada satu pun dari anggota keluarganya yang menghentikan emak-emak itu sebelum keluar dari rumah! Ini saya tidak sedang bertanya, tapi sedang emosi!
Saya keberatan kalau begini caranya. Sekarang banyak perempuan pakai celana pendek tanpa memperhatikan kualitas kakinya terlebih dahulu. Sebelum keluar rumah mereka enggak memikiran pantas apa enggaknya, ada bekas kenalpot di betis atau tidak, terdapat urat mengerut atau tidak, ada selulit di belakang paha atau enggak. Harusnya check list dulu satu-satu sebelum berangkat dari rumah. Itu jadi menurunkan minat saya dalam berkegiatan memandang paha. Adrenalin saya ketika melihat cewek pakai celana pendek kini menghilang dan perasaan ini sudah tidak sama lagi.
"Hak mereka dong mau pake celana pendek atau enggak. Jadi orang usil amat, ngurusin hidup orang lain!"
Bila pembaca budiman sekalian ada yang mengatakan demikian, terpaksa saya harus bilang pikiran Anda sempit. Kita hidup bermasyarakat, tentu harus memikirkan perasaan orang lain juga. Ini jelas-jelas urusan saya! Coba tempatkan diri Anda di posisi saya. Kenikmatan satu-satunya yang saya miliki dalam melihat cewek pakai celana pendek direnggut dengan semena-semena. Pemandangan yang dulu indah jadi rusak. Saya terganggu. Tingkat gangguannya enggak jauh beda dengan orang yang buang sampah sembarangan atau pengendara motor yang pakai jalur pejalan kaki. Mereka sama-sama egois, enggak memikirkan perasaan orang lain. Sekarang kalau sudah begini siapa yang mau tanggung jawab!
Dan, dengan berakhirnya keluhan ini, saya nyatakan bahwa memandang cewek pakai celana pendek telah kehilangan esensi seninya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top