Keluhan Saya Terhadap Bekerja
Saat botol sirup Marjan telah diisi air putih, emping-emping sudah menempati kaleng Monde, dan kaleng Khong Guan isinya tinggal bubuk-bubuk rengginang, itu pertanda bila liburan Idul Fitri telah usai.
Saya kembali berangkat ke Bekasi tanpa motivasi untuk bekerja. Di perjalanan naik bus antar kota, dari jendela saya memandangi perlintasan jalan tol dengan tatapan hampa. Setiap meninggalkan kampung halaman, hati saya selalu mendadak melankolis. Padahal di Bandung juga saya enggak kemana-mana, tidak ada tambatan hati yang ditinggalkan, kebanyakan diam di rumah ngabisin ketupat dan sirup Marjan.
Liburan terlalu lama memang bagai pedang bermata dua. Awalnya antusias menyambut liburan panjang, tetapi setelah cuti habis penyesalan pun datang dengan sendirinya. Hari pertama bekerja setelah liburan panjang terasa sangat menyedihkan. Kembali pada rutinitas yang membosankan dan melelahkan, namun mau tidak mau harus dilakukan karena kebutuhan buat makan. Sebenarnya, di hari biasa pun saya malas kalau kerja. Penginnya sih diam di rumah sambil tiduran dan makan cemilan, terus duit nyamperin sendiri ke dompet saya. Jangan anggap saya sudah gila. Saya yakin Anda sekalian pasti pernah memiliki keinginan yang sama seperti saya barusan.
Ya, memang tidak semua orang. Ada juga yang hidupnya dihabiskan dengan semangat bekerja seperti Steve Jobs yang sukses dengan Apple atau yang populer sekarang Jack Ma dengan Alibaba. Saya akui dengan segenap jiwa dan seluruh ketampanan yang saya miliki bahwa mereka adalah manusia super. Pasti masih banyak lagi orang-orang gila kerja di luar sana tapi tidak bisa disebut satu-satu karena saya juga tidak kenal sama mereka. Jadi mohon untuk dimaafkan bila tulisan ini kurang informatif.
Bagaimana mereka bisa gila bekerja sedangkan saya sendiri hampir gila setiap kali mendengar, "Ayo kerja!" disebut-sebut. Lalu saya menyadari bila pekerjaan saya yang sekarang memang tidak sesuai minat dan bakat. Tahu sendiri, saya bekerja menjadi teknisi listrik pada awalnya cuma pengin tahu caranya mengakali meteran PLN biar tagihan lebih murah. Itu sebabnya mungkin kerja bagi saya hanya menjadi beban bukan kesenangan bagi mereka yang giat bekerja.
Terus gimana dong ya, sampai sekarang saya sendiri enggak tahu minat dan bakat saya di bidang apa. Saya cuma tahu pasti bahwa saya suka mengeluh dan mengkhayal. Kalau saja mengeluh bisa dijadikan pekerjaan dan menghasilkan uang, mungkin kekayaan saya bisa digunakan untuk membantu membayar hutang negara sampai lunas dan mempercepat pembangunan infrastruktur sepuluh tahun lebih awal. Impian yang mulia. Biar begini juga saya cinta tanah air.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top