Chapter 1

Seminggu yang lalu....

"Ayah... Tsumugi beneran sudah memutuskan untuk pindah ke Bandung. Ayah setuju, kan?" Tanya seorang gadis dengan rambut pirang yang diikat satu, ke arah seorang pria dengan pandangan penuh harap.

Pria yang memiliki warna rambut pirang, sama dengan gadis itu menghentikan pergerakan tangannya yang semula menata meja makan, dan dengan perlahan menarik sebuah kursi yang berhadapan langsung dengan gadis itu dan mendudukinya lalu memandang serius.

"Kalau Tsumugi mau, ayah ya setuju saja. Toh, yang menjalani kan kamu. Bukan ayah." Jawab Otoharu tersenyum kecil sebelum membawa piring kotor ke belakang.

Setelah membawa piring-piring kotor, Otoharu membersihkan meja makan dan kembali duduk ditempatnya semula. "Berangkatnya kapan kalau memang benar-benar pindah?" Tanya Otoharu lagi.

"Mungkin minggu depan." Jawab Tsumugi.

"Kamu mau tinggal di kosan atau tempatnya Seira?" Tanya Otoharu dengan serius.

"Mungkin kosan saja, biar tidak merepotkan bibi Seira." Dengan perlahan gadis itu berdiri dan berniat kembali ke kamarnya. Tapi ternyata, Otoharu masih belum puas dengan jawaban Tsumugi. "Gimana kalau Tsumugi tinggal si kosan ayah? Di sana ada kakak sepupu mu Yuki, terus banyak teman. Memang sih kosan khusus cowok tapi mereka semua baik loh."

Tsumugi terlihat berpikir sejenak sebelum menoleh ke arah Otoharu dan tersenyum kecil. "Baik, ayah."

Otoharu hanya bisa menggelengkan kepalanya sambil tersenyum kecil saat melihat putri semata wayangnya berjalan menujuk kamarnya.

.
.
.
.
.
.

Kosan || IDOLiSH7 AU

By

Lucian_Lucy_

.
.
.
.
.
.

Baru sejam rasanya Tsumugi menjadi kaum rebahan // plak (dipukul pake palu ama Tsumugi)

Ralat, maksudnya....

Baru sejam rasanya Tsumugi sibuk mengerjakan tugasnya yang menggunung, suara ayahnya kembali terdengar dari ruang tamu.

"Tsumugi! Keluar, nak! Yuki sama tante Seira datang!' Teriak Otoharu.

"Ya, ayah!" Tsumugi berteriak pelan, sebelum beranjak dari meja belajar dan mengunci pintu lalu pergi ke ruang tamu.

"Kak Yuki!" Gadis itu berteriak kegirangan sebelum membantu pemuda dengan rambut silver panjang mengangkat barang bawaannya yang terlihat dari luarnya saja sangatlah berat.

Setelah membantu sepupunya yang bernama Yuki. Kedua anak Adam dan Hawa itupun langsung duduk disamping orang tua mereka. Tapi, baru saja mereka berdua duduk, tiba-tiba wanita dengan rambut silver panjang yang indah seperti Yuki memulai pembicaraan dengan nada lembut.

"Tsumugi, beneran mau satu kosan dengan anak cowok semua?" Tanya Seira dengan wajah yang khawatir.

Tsumugi tersenyum canggung, sebelum menjawab dengan tegas. "Iya, tante. Sekalian mau belajar mengurus kosan yang dikelola oleh ayah."

"Yakin?" Seira sepertinya masih belum percaya.

"Iya!"

"Tapi, kan--"

"Ma..." Yuki menepuk-nepuk tangan ibunya dengan perlahan, sebelum memberi tatapan penuh pengertian. "Meskipun kosan milik om Otoharu memang khusus anak cowok, tapi Yuki dapat memastikan 100% kalau mereka tidak akan berani mengganggu Tsumugi."

"Tapi...."

"Mereka anak-anak yang baik, kau tidak perlu khawatir." Otoharu mencoba untuk ikut meyakinkan Seira agar tidak perlu terlalu khawatir.

Dan atas kehendak Lucian selaku author, Seira pun menyetujuinya // plak!

"Baiklah....."

"Hore!"

"Tapi tante bakalan datang ke kosan kalian setiap malam."

"Ahhhh..." Abaikan suara background barusan.

"Tidak masalah kok, tante."

"Ya sudah, ayah sama tante Seira mau jalan-jalan." Tsumugi dan Yuki menganggukkan kepala mereka sebelum melanjutkan kembali pembicaraan tentang kosan milik ayahnya Tsumugi.

"Kakak senang sih kalau kamu memang benar-benar mau mengurus kosan di tempat kami, tapi...." Yuki menggantungkan kata-katanya. Tsumugi terlihat menyimak dengan elitenya, tapi karena Yuki tidak melanjutkan perkataannya, akhirnya gadis itu mulai penasaran dan bertanya. "Memangnya kenapa dengan kosan ayah? Berhantu? Kalau berhantu, kita panggil saja pendeta di kuil." Kata Tsumugi.

"Bukan begitu, penghuninya neraka sama malaikat maut pada kumpul di situ semua!" Jawab Yuki.

"Berarti kan memang ada setannya, tinggal panggil--"

"Percuma! Walaupun dikasih air suci sama di doakan, mereka ga bakal tobat!"

Tsumugi vakum dari dunia selama lima jam // HEH!
Sebelum kembali mendengarkan penjelasan Yuki. Sesekali gadis dengan rambut pirang itu mengangguk-anggukkan kepalanya, meskipun belum dapat dipastikan apakah dia memang memahami karakter anak kosan di tempat ayahnya atau merencanakan untuk mengundang pendeta dari kuil sekitar kosan tempat tinggalnya nanti.

Karena terlalu sibuk melamum sendiri sambil membayangkan penampilan anak-anak cowok yang bakal satu kosan dengannya. Tsumugi yang hendak bertanya malah menemukan kalau Yuki sedang sibuk makan biskuit sambil ngelamun sendiri. Sepertinya pemuda itu memang dalam level stress tingkat tinggi. Tapi karena gadis itu mulai merasa sedikit tidak sabaran, ia memanggil nama Yuki sambil menarik-narik rambut silver panjangnya. "Kak Yuki! Lanjutin dong!"

"Ih! Sakit su! Eh..." Yuki baru sadar kalau yang narik-narik rambutnya adek sepupu sendiri. "Aduh! Maaf dek, ga sengaja!" Katanya dengan raut wajah bersalah.

"Iya, tidak masalah."

"Emangnya barusan nanya apa?"

"Eh... Apa ya?" Tsumugi terlihat berpikir sejenak sebelum menjentikan jemarinya. "Ah! Soal penghuni neraka."

"Oh... Jadi, maksudnya penghuni ne--" Belum selesai ngomong, handphone milik Yuki bunyi alias ada panggilan telepon. "Shit! Bentar ya? Teman kakak nelpon." Yuki menjauh sedikit, setelah itu dia mengangkat teleponnya dengan emosi luar biasa.

"Bangke! Cok! Lo kalo ga ada hal penting ga usah nelpon! Gue lagi ngelepas stress anjer!" Teriak Yuki. Tsumugi yang mendengar teriakan Yuki terlihat sungkem ditempat. Kalau logat SBY-nya Yuki muncul, berarti dia sedang berada dalam mode kesetanan alias ngamuk luar biasa. Dan biasanya sangat mustahil Yuki bisa ngamuk seperti ini.

"Lo sama Touma pasti nyari contekan, kan? Ga ada! Ambil aja bukunya si Ryuu! Gosah nyari-nyari punya gue!" Teriakan season 2 Yuki ternyata masih berlanjut. Setelah itu dia menutup telepon secara sepihak dan duduk kembali di ruang tamu.

"Mending mabar yok! Kakak masih kesal sama setan-setan jahanam di kosan sana!" Tsumugi mengiyakan, soalnya melihat Yuki ngamuk ternyata ngeri juga.

Setelah itu Tsumugi dan Yuki main game, nonton film dan rebahan sampai sore. Setelah Otoharu dan Seira pulang, kedua keluarga dekat itu terlihat makan bersama. Ternyata maksud kedatangan Seira dan Yuki dihari itu adalah karena mereka berdua ingin menginap selama 2 hari di rumah Takanashi.

Seminggu kemudian Tsumugi berangkat ke Bandung naik kereta. Dan sekarang disinilah gadis musa itu, di kota Bandung. Tsumugi bertemu dengan Yuki di stasiun, setelah itu diantar langsung ke kosan barunya.

.
.
.
.
.

"Jadi ini kosannya?" Tsumugi melihat-lihat kesana-kemari, sedangkan Yuki menganggukkan kepalanya sekali sebelum menarik koper Tsumugi.

"Ayo, Tsumugi! Keburu setan-setannya balik." Ucap pemuda dengan rambut silver panjang itu. Tsumugi hanya bisa mengerjabkan matanya karena bingung.

Yuki dan Tsumugi masuk ke kosan atau mungkin lebih tepatnya rumah gaya Jepang lama yang terletak dipinggi kota Bandung, milik keluarga Takanashi. Mereka masuk dan pergi menujuk kamar kosong yang bakal ditempati oleh Tsumugi. Waktu baru membuka pintu, Yuki loncat kaget karena ternyata ada seorang pemuda dengan rambut merah muda lagi rebahan sambil main game.

"Anjrot! Kaget gue cok!" Teriak Yuki, Tsumugi pun mengintip pemandangan di depannya terus ketawa kalem.

"Santuy napa! Btw welcome to the club Mumugi~" Ucap Tenn, sekarang posenya normal, handphone-nya sudah dimatikan.

"Ah... Terima kasih." Gadis itu tersenyum manis, "Apa ini kamar milik ku?" Tanya Tsumugi sambil memperhatikan seluruh sudut kamar.

"Yup! Ini kamar mu. Anggap saja seperti rumah sendiri." Ujar Tenn lagi sambil mulai berbaring kembali.

Yuki melirik-lirik Tenn sebelum menghela napas dan ikut berbaring di samping Tenn. "Ahh! Rebahan habis jalan-jalan memang the best!" Teriaknya tanpa mempedulikan keberadaan sang empu kamar.

Tsumugi tersenyum kecil ketika merasakan keakraban yang begitu kental dari kedua pemuda yang kini sibuk perang bantal. "Aku mau bersih-bersih dulu, soalnya bosan nih." Ujar Tsumugi sambil mengikat kembali rambut pirangnya.

Yuki dan Tenn yang mendengar perkataan Tsumugi langsung menghentikan perang bantal mereka dan saling bertukar tatap, sebelum menarik tangan Tsumugi tanpa aba-aba agar ikut berbaring bersama mereka.

"GAK! Hari ini giliran setan-setan jahanam yang beres-beres! Lagian kamu baru sampai, mending selesaikan skripsi dulu sana."

Tsumugi menghela napasnya sebelum menjawab dengan santai. "Kak Yuki, skripsi ku sudah selesai, tinggal menunggu hasil koreksinya Pak Okazaki."

Tenn dan Yuki sungkem dalam hati ke Tsumugi, soalnya anak-anak di kosan itu bisa dibilang tidak pernah menyentuh skripsi jenis apapun, mungkin guru mereka sampai berdebu menunggunya. Biasalah, penganut mengerjakan seminggu sebelum deadline.

"Enaknya ngapain, ya?" Tanya Yuki. Tenn bangun lalu mengusulkan ide.

"Makan, yok! Gue belom sarapan jir, laper..."

Yuki dan Tsumugi langsung mengikuti jejak Tenn yang duluan pergi ke dapur. Tapi... Tenn malah terlihat libur sendiri karena isi kulkas tinggal mie kuning, sawi, bawang, sana telur.

"Jir! Mana nuggetnya cok?" Tanya Tenn.

"Lha kok takon aku? Bungul!" Jawab Yuki. Bukannya berhenti, tapi malah adu bacot. Kasihan telinga Tsumugi.

"Udah-udah, diem! Sini biar aku yang masak!" Tsumugi lelah banget aslinya, tapi bakal lebih lelah lagi kalau dia mendengarkan adu bacot sodara-sodara kosannya.

"Mau kamu masak apa?" Tanya Tenn.

Tsumugi menghela napas entah untuk keberapa kalinya hari ini. "Mie." Jawabnya pelan.

"Serius 1--"

"DIEM! GUE LAGI MASAK!" Akhirnya keluar juga bahasa gaul dari biji-biji terbaik khas +62 versi Tsumugi.

Yuki yang kebetulan hafal banget sikapnya Tsumugi kalau lagi marah langsung menyuruh Tenn diam.

Yuki dan Tenn diam. Benar-benar diam. Karena muka Tsumugi yang lagi marah itu datar dan tenang banget, itu yang bikin ngeri.

.
.
.
.
.


Di Pintu Masuk Kosan

"Hei! Entah yang kalah tebak-tebakan bakal nyikat wc!" Teriak Torao.

"Pengecualian buat gue! Soalnya kemaren gue udah nyikat!" Kata Gaku sambil memasukkan permen karet ke dalam mulutnya.

"Lha ya ga bisa! Kalo lo kalah ya lo harus nyikat wc!" Kata Yamato. Gaku yang tidak setuju langsung masuk duluan.

"Oi bangke! Bantuin ntar!" Teriak Yamato. Gaku cuma angkat tangan.

.
.
.
.
.

[Gaku Pov]

"Anjir lah! Pake tugas gue gunung gini anjj--" Gue berhenti ngeluh ketika nyium aroma masakan, enak banget anjir...

Gue pun celingukan kesana-kemari buat nyari asal aroma nih masakan. Dan gue langsung lari ke dapur ketika tau asalnya dari sana. Tapi ketika sampe, ternyata... udah ga ada.

"Xianying! Cok kenapa udah ga ada? Laper bet gue..." Gue akhirnya balik ke kamar dan langsung rebahan.

"Kira-kira siapa yang masak mie coba?" Tanya gue penasaran, dengan usil gue lempar bantal ke arah pintu dan ternyata ada orang yang masuk anjir!

"Bisa ga, orang yang baru masuk jangan di lempar pake bantal?" Ternyata kak Yukitod yang masuk.

"Bisa ga sih ngetuk dulu?" Tanya gue ketus, kak Yuki nyuruh gue buat gabung ke bawah bareng sama yang laen.

[Gaku Pov End]

.
.
.
.
.

"Gak! Gaku!" Yuki lumayan kesal karena dianggap angin lalu, akhirnya dia teriak. "Oi bangke! Kuping lu masih berfungsi, kan?" Tanya Yuki ketus.

"Apansih?!" Ganggu bat suara lo Asu!" Jawab Gaku kesal.

"Lo kek badmood anjir. Napa lo? Laper?" Tanya Yuki. Gaku mengangguk, Yuki cuma hahah hahah doang.

"Ada yang abis masak mie, ya?" Tanya Gaku. Yuki mengangguk sekali.

"Napa?" Tanya pemuda dengan rambut silver panjang itu sambil memainkan bolpoin yang ada di tangannya.

"Aroma mienya bikin jatuh cinta." Jawab Gagak a.k.a Yaotome Gaku sambil memandang langit.

"Haaahh?"

.
.
.
.
.
.

TBC

Sampai jumpa next chapter✨

Palangka Raya, 13 Januari 2022

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top