Kos Sultan 2.9
Grup Kos Sultan Nan Kece
HayamaKoutarou
Tanam-tanam ubi, tak perlu dibajak
Yoshitaka_cogan
Orang kerja bakti, kita ngewibu saja
Nijimura Shuuzou
KELUAR LO PADA! BERSIH-BERSIH CEPAT! KAYAK GUBUK GEMBEL AJA KOS KITA NGGAK PERNAH DIBERSIHIN
HayamaKoutarou
Ashiap
HaijakiShou
Males
Nijimura Shuuzou
EH KAMPRET, GUE SERET LU PADA
Nebuya Eikichi
Ih, takut
***
Rumah mereka telah kinclong. Lelah bersih-bersih, pemuda-pemuda itu berbaring di ruang keluarga, menikmati angin hasil putaran baling-baling kipas yang tergantung di atas.
“Enak ya bisa menang undian bisa liburan ke Bali,” ujar Shun membuka ponselnya yang memperlihatkan foto Ryouta di kamar hotel.
“Teppei nggak diajak Mbak Riko liburan? Mereka 'kan dekat,” celetuk Shinji yang ingin ikut penghuni Kos Sultan kerja bakti.
“Nggak tau. Riko sukanya Junpei, Teppei di-friendzone,” sahut Shun ngawur dan terlihatlah foto Daiki, Taiga, dan Ryouta pamer ABS berlatarkan pantai berpasir putih di belakang mereka dan langit oranye.
Pemandangannya bagus tapi terhalang oleh tubuh besar ketiga pemuda itu.
“Aduh, sakitnya friendzone.”
“Hadeh, si Kuning post foto mulu menuh-menuhin beranda,” keluh Shun. Ingin blokir tapi ia tak tahan mendengar rengekan Ryouta yang minta diunblokir.
“Hiiih. Capek gue liat kuning-kuning, kayaknya gue benci warna kuning mulai sekarang,” lanjut Shun mematikan ponselnya. Semakin menggulir beranda Instagram ke bawah, semakin banyak foto-foto Ryouta yang ter-post. Shun jadi emosi.
Hayama Koutarou tertohok, apa Shun tidak mau berteman lagi dengannya? Padahal Koutarou ingin mendengar lelucon-lelucon garing dan permainan kata yang dibuat Shun.
“Teteh Reo. Koutarou mau curhat teh,” rengek Koutarou ke pemuda berwajah cantik di sebelahnya.
“Sebentar, Teteh lagi nyobain make up baru.” Reo memoles bedak di wajah yang baru ia beli dan merk yang berbeda dari yang biasa ia pakai.
“Hm ... cepetan ya, Teh.” Koutarou menyandarkan kepala di lengan kekar Reo, menyembunyikan wajah suramnya.
Selama setengah jam tak ada seorangpun yang beranjak dari ruang keluarga. Lelah kerja bakti membuat pemuda-pemuda itu bersantai dan bermalas-malasan.
“Kita nggak ada makan siang. Tatsuya ngerjain tugas bareng temannya. Gue belikan nasi bungkus aja,” tukas Shuuzou setelah membaca pesan dari Tatsuya. Setelah Junpei, dialah yang dipercaya mengatur semua urusan kos-kosan. Jarang-jarang sih ia menggantikan tugas Seijuurou dan Junpei.
“Yeay! Makanan gratis!” Koutarou merentangkan kedua tangannya yang terkepal ke atas, bibirnya yang melengkung kembali tertarik ke atas sampai matanya menyipit.
“Eits. Siapa bilang gratis? Patungan dong. Shougo! Lu duluan!” tagih Shuuzou, mengulurkan telapak tangannya ke pemuda yang rambutnya dikepang dua dengan pita.
“Bokek. Gue ngutang lagi,” sahut Shougo tanpa minat. Sibuk bermain game di ponsel.
“Cih. Nggak ada duit berarti nggak makan ya.”
Tiga jam berlalu, di tempat yang berbeda. KiseDai bersama Riko, Junpei, dan Kagetora menaiki pesawat menuju Julikarta. Besi terbang itu membawa mereka menembus awan putih yang bergerak pelan di langit oranye keunguan.
Pemandangan ke bumi terhalang awan putih yang ditembus pesawat. Ryouta menyandarkan sikunya ke jendela dan menopang wajahnya menggunakan telapak tangan, ia tersenyum ke arah sekelompok burung yang terbang ke sarang mereka.
Terbang pesawat semakin tinggi dan mendatar di ketinggian ratusan meter dari tanah. Di sebelah Ryouta, ada Daiki yang wajahnya tertutupi majalah seorang perempuan berpakaian minim.
Cinta sekali Daiki dengan majalahnya. Selalu dibawa ke mana ia pergi.
“Oi, Ryouta. Panggilin pramugari atau apa kek, gue pengen mesen kopi. Capek tenan,” suruh Daiki mengangkat majalah yang menempel di wajah. Majalah berpindah tempat ke atas kedua pahanya.
“Gue males nih ssu yo.”
“Cepetan, Ryouta.”
“Iya ssu.”
Ryouta melambaikan tangannya ke seorang wanita berseragam ungu. Tersenyum ramah, wanita bercepol hitam itu menghampiri pemanggilnya. Detak hak sepatu hitam tingginya beradu lembut dengan karpet yang melapisi lantai pesawat.
“Ada yang bisa dibantu, Tuan?” tanyanya lembut.
“Tuh, udah datang, Daiki-cchi,” senggol Ryouta.
Mengangkat wajah dari majalah, Daiki menatap malas wanita itu. Ryouta tahu Daiki sedang mager ngomong, jadinya Ryouta menggantikan Daiki memesan apa yang ia inginkan.
“Dua cangkir kopi hangat aja ssu,” pesan Ryouta.
“Manis atau pahit?”
“Manis. Terserah takaran gulanya berapa ssu.”
Mengangguk singkat, wanita itu berbalik lalu menuju tempat yang biasanya digunakan memasak dan menyiapkan pesanan penumpang. Ekor mata Daiki mengikuti ke mana wanita itu pergi.
“Woi! Jaga mata lu ssu!” tegur Ryouta menabok kepala Daiki sampai terdorong ke depan.
“Eh sakit, Bambang. Kalau mau liat ya liat aja,” umpat Daiki menatap tajam balik Ryouta sambil memegangi kepalanya yang jadi sasaran.
“Jangan bertengkar nanodayo. Kalian mau diturunkan di sini nodayo? Gue sih nggak masalah, beban berkurang,” tegur Shintarou dari belakang, menendangi kursi Daiki dan Ryouta.
Di belakang Shintarou dan Atsushi ada Tetsuya tidur yang menggumamkan Nigou. Anjing peliharaannya ia serahkan ke Teppei.
Apa Nigou sudah mandi? Apa Nigou cukup makan? Apa tidur Nigou nyenyak?
Tetsuya memikirkannya sepanjang liburan di Bali. Di bangku sebelah, Taiga menikmati majalah olahraga yang kebetulan ada di kantung belakang kursi penumpang. Pura-pura tidak mendengar percakapan Riko dan Junpei yang duduk di belakangnya.
Menusuk hatinya sebagai seorang jones saja.
Dua jam perjalanan, pesawat mendarat di Bandara Internasional Julikarta. Mereka tiba dengan selamat di kota yang memiliki Bukit Bintang sebagai destinasi wisata kebanggaan itu.
Menunggu taksi datang, mereka memilih restoran cepat saji di bandara sebagai tempat makan malam. Ditraktir Kagetora, mereka bebas memesan apa saja. Taiga, Atsushi, dan Daiki berpacu membeli makanan terbanyak.
Meratapi dompetnya, Kagetora merelakan isinya terbang dan hangus. Melihat KiseDai yang keadaan mental mereka stabil, Kagetora menjadi optimis bisa mengalahkan Jabberwock. Sudah ditetapkan hari Sabtu di minggu ini mereka akan bertanding lagi, tentu setelah melihat jadwal kegiatan para anggota KiseDai dan kesepakatan yang ia buat dengan Jabberwock.
“Mbak Eto, istirahat dulu. Jangan mikirin strategi,” tegur Satsuki lembut.
“Eh? Iya, hehe. Udah selesai makan, sekalian bantu kalian dikit,” balas Eto seraya menyengir. Ia kembali membaca coretan di kertas HVS yang tertempel di papan ujiannya. Padahal Eto bukan manajer tim malah dia yang sibuk.
“Nih coba udang goreng crispy. Enak lho,” ujar Satsuki menjejalkan udang goreng yang telah terbalut tepung crispy itu ke mulut Eto.
Gadis berkacamata itu menelan udang yang tergantung di mulutnya. “Enak! Mau nambah!”
Eto melupakan strategi yang ia pusingkan dan mencocol udang pada saus sambal yang diambil Ryouta.
“Eh sausnya abis. Ambilin lagi, Ryou,” suruh Daiki menggigit daging lobsternya yang masih tersisa dan menyodorkan mangkuk kecil saus ke Ryouta.
“Ck, gue lagi ssu,” decak Ryouta sebal dan mengisi mangkuk yang disodorkan Daiki dengan saus. Beberapa orang gadis yang merupakan penggemar Ryouta pun menghampirinya.
“Yah ... kayaknya Ryouta bakal lama,” keluh Daiki berdiri dan menyusul Ryouta yang berfoto dengan salah satu penggemarnya.
Melirik sebentar kepergian Daiki, orang tertua di kelompok itu bertanya, “Kalian udah semangat lagi?”
“Sudah, Pak!” jawab Taiga semangat menyeruput kuah sup tofunya yang ketiga. Iya, Taiga sudah makan sup tofu tiga mangkuk.
“Terima kasih, Pak Kagetora. Kita sebelumnya nggak kenal, tapi Bapak sudah mau mengajak kita liburan dan mentraktir kita makan. Padahal Bapak bisa pakai tiket itu untuk liburan sama keluarga lain,” ucap Tetsuya mewakili teman-temannya. Ia makan paling sedikit, yakni segelas vanilla milkshake dan nasi goreng daging ayam. Ia alergi makanan laut.
Ketika makan di restoran seafood waktu di Bali, Tetsuya hanya makan salad. Semua menu utama berbahan makanan laut.
“Nggak apa-apa. Santai aja, Nak. Lagian keluarga yang saya punya cuma Riko,” balas Kagetora.
Tatapannya yang menyendu sedikit memberi pengaruh ke KiseDai yang mengecilkan suara mereka, merasa bersalah membuat Kagetora teringat dirinya yang sebatang kara.
Riko ikut sedih karena nasib ayahnya yang anak tunggal dan yatim piatu. Sepupu-sepupu Kagetora sama sekali tidak memedulikannya. Kagetora menetap di Julikarta, berpisah dari keluarga besarnya yang tinggal di Jakarta. Ia kehilangan kontak dengan keluarganya sendiri.
Daiki kembali bersama Ryouta membawa mangkuk saus lebih banyak. Mereka menikmati makan malam hingga taksi pesanan Kagetora sudah datang.
KiseDai duduk di taksi yang telah ditentukan dan tidur selama perjalanan pulang karena lelah mendera tubuh. Kepulangan mereka disambut Shun yang membuka pintu.
“Wah, udah pulang,” sambut Shun menghampiri tiga taksi yang berhenti di depan kos.
“Guk!” Nigou berlari dari dalam kos dan melompat ke bahu Tetsuya, ia menjilat pipi pemiliknya. Mata Nigou berbinar menunjukkan kebahagiaan pemiliknya datang dalam keadaan sehat tanpa lecet.
Tersenyum, Tetsuya mengusap pelan kepala berbulu hitam Nigou. “Aku juga kangen kok,” ucapnya lembut.
“Tidur di sini aja, Om,” tawar Junpei.
“Nggak apa-apa. Om nggak enak harus numpang di rumah orang,” tolak Kagetora dan masuk ke dalam mobil bersama Riko.
Melambaikan tangan ke taksi bercat biru yang melaju keluar dari perumahan Beringin, pemuda berambut hitam itu menaikkan kacamata dan melangkah bersama KiseDai. Senyum kecil terlukis di wajahnya yang memerah.
Untung tidak ada yang menyadari pergerakan ekspresinya, ia bisa jadi bulan-bulanan teman-temannya yang lain. Seluruh KiseDai pulang dengan selamat kecuali Seijuurou, ia masih ada rapat besar besok pagi.
“Mari kita sambut mereka-mereka yang datang dari Bali! Cak cak cak cak!” pimpin Teppei menyambut KiseDai plus Junpei dengan gerakan dan suara-suara tari Kecak. Kedua tangannya digerakkan ke atas dan ke bawah.
“Heh, tari Kecak nggak kayak gitu.” Junpei mendengkus, menghentikan kelompok tari gadungan itu dan melewati mereka ke ruang keluarga.
“Terus? Kayakmana dong?” Teppei bertanya polos, berdiri dan ikut juga ke ruang keluarga.
“Liat aja di YouTube. Nih gue bagikan oleh-olehnya.”
“Yeay! Oleh-oleh gratis!”
Sekelompok pemuda dari lantai dua berebut turun, berdesak-desakan dan berlomba menuju ruang keluarga. Kos Sultan langsung heboh karena oleh-oleh yang dibawa Junpei dan KiseDai sangat banyak.
“Nih gue bawa oleh-oleh,” ujar Junpei menaruh tumpukam plastik kaus hitam bermotif beda-beda.
Koutarou bersemangat mengambil kaus bermotif kepala barong dan berlari ke kamarnya sembari bersorak, “Kaus glowing in the dark!”
Di dalam kamarnya segera Koutarou memakai kaus hitam itu dan mematikan lampu kamar, ia bersorak kecil ketika motif kepala barong di kaus hitamnya bersinar merah.
“Wih, udah lama gue pengen kaus ini,” ujar Shuuzou senang menempelkan kaus ke tubuhnya guna mengecek ukuran kaus itu cocok atau tidak.
Di kos depan, Eto mengeluarkan tumpukan kaus dari tas ranselnya dan langsung diserbu penghuni cowok. “Woh, kaus ini udah lama gue pengen! Cobain ah!” Hide berseru heboh dan berlari ke kamarnya.
Selain kaus, Eto juga membelikan ukiran-ukiran kayu berbentuk tokoh-tokoh wayang kulit dan tas anyaman bulat dari rotan bermotif bunga. Kurona dan Nashiro antusias memilih-milih tas yang mereka inginkan.
“Untuk kita semua aja gimana, To?” tanya kembar tertua, Kurona. Ia dan sang adik bingung memilih tas karena menurut mereka semua tas yang dibelikan Eto bagus.
“Yee ... mana bisa. Bagi-bagi lah,” cibir Eto dan merapatkan diri ke Rize yang antusias membolak-balikkan ukiran kayu yang dibawa Eto.
“Rize, gue ada foto bule cakep. Mau lihat?” Eto mengulurkan ponsel, memperlihatkan foto-foto selfinya bersama bule-bule yang ia ajak berkenalan selama di Pantai Kuta.
“Gak. Gue udah punya Kang Daniel.”
“Kalau gitu lo pasti mau lihat ini.”
Eto mengeluarkan sebuah kertas cokelat terlipat dua dari tas ranselnya. “Resep ayam betutu.”
“LO BAWA RESEP ILEGAL YA? SEJAK KAPAN LO JADI MURID PLANKTON SUPAYA BISA NYURI RESEP RAHASIA? ATAU LO ANAKNYA? SAMA-SAMA IJO GITU.”
“Kalem, Riz.”
Sekalem-kalemnya Rize, ia langsung ambyar kalau melihat sahabatnya bertindak kriminal.
Bersambung...
Seriously, ngetik Kos Sultan bikin aku kangen hari-hari normal sebelum corona menyerang. Huft...
Funfact:
Kos Sultan mengambil latar setelah pandemi corona berakhir
Oh ya maaf sedikit telat, soalnya niatnya mau revisi eh jadinya searching dulu buat oleh-oleh dari Bali. Btw aku mau cerita agak banyak di chapter ini.
Pertama, aku suka banget parodi opening Gekkan Shoujo. Udahlah lagunya bagus, terus editannya mantap. Jadi pengen nonton Gekkan Shoujo, wkwkwk. Kalau ada yang udah nonton bolehkah aku minta review singkatnya?
Nah, ini versi KuroBas. Entah kenapa aku suka Takao di sini, kerennya lebih kelihatan. #plak #maafryouta
Kalau ini versi Nisekoi. Aku belum pernah nonton tapi editannya cocok. Kalau nggak dikasih tahu kalau itu parodi opening GS, bisa-bisa aku nyangka itu opening asli Nisekoi.
Bagi pecinta Haikyuu boleh lihat versi parodi di atas.
Kedua, siapa di sini yang udah lihat trailer SnK S4? Wow, aku pas liat opening-nya berasa nonton trailer film dokumenter perang. Wkwkwk. S4 jauh lebih berat dari season 1-3 soalnya lebih ke arah politik gitu sama perang antar bangsa yang ada di SnK. Aku tahu karena aku baca manga-nya :3.
Ini trailer official, soalnya di dalam video ada tulisan ponycanon terus senior anime new sama abdi kos juga bahas trailer ini. Kedua-duanya channel YouTube yang bahas teori snk
Ketiga, kalian wajib banget nonton video ini!!! Keren banget karya anak bangsa kita. Ini musik campuran DJ sama gamelan, bahasa lagunya campuran Inggris sama Jawa. Bagus banget deh pokoknya.
Apa yang aku tangkap pas terjemahan, lagunya tentang cinta, tapi masih ada kok pesan moral lainnya :3. Selain itu juga diperlihatkan potongan-potongan budaya Indonesia kayak kuda lumping sama wayang, dicampur sama modern dance. Bukannya aneh, jadi keren sih menurutku.
Bagian favoritku itu di reff bahasa Jawa-nya, yaitu 'kowe ro iso mlayu soko kesalahan, ajining diri ono ing lathi.'
Walaupun aku bukan orang Jawa, entah kenapa aku suka gamelan dan bahasa Jawa. Makanya aku suka banget kalau ketemu cerita wattpad terus ada bahasa Jawa-nya :3. Bahasa Sunda juga suka :3
Bagi yang mau cari, judulnya Lathi. Buatan Weird Genius, orang Indonesia kok.
Karena MV Lathi inilah aku tertarik memperkenalkan kebudayaan Indonesia lebih banyak di sini, salah satunya oleh-oleh khas Bali.
Sekian dulu, terima kasih sudah membaca + vomment. See you in the next chapter!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top