Kos Sultan 1.3

Sudah direncanakan setiap malam mereka latihan, memprioritaskan pertandingan yang akan membawa nama mereka sekaligus negara di mata dunia.

Satsuki bekerja sama dengan Eto dan Seijuurou menyusun menu latihan yang sesuai di tengah kesibukan mereka. Bahkan Seijuurou merelakan pekerjaannya terbengkalai di atas ranjang.

Malam ini KiseDai melanjutkan latihan rutin mereka tepat pukul delapan malam.

Dalam pertandingan three-on-three ini diungguli oleh tim yang berisi Seijuurou, Taiga, dan Daiki.

“Dai-chin nggak boleh masukin bola,” larang Atsushi menggembungkan pipinya, ia mengangkat tangannya ke atas guna memblok tembakan Daiki.

Daiki berkelit dan mengoper bola ke Seijuurou. Men-dribble bola beberapa kali, Seijuurou melakukan tembakan tiga angka dan poin baru kembali tercetak. Berdecak, Atsushi menyuruh Ryouta supaya lebih fokus lagi.

“Hueee. Kok gue sih ssu?”

“Ryou-chin memang lemah,” kompor Atsushi mengambil sekepal keripik kentang dari plastik yang tersimpan di dalam saku celananya.

“Teganya, teganya, teganya dirimu.”

“Satsuki, pergantian pemain!” seru Seijuurou. Mungkin telinganya sudah gatal mendengar rengekan Ryouta.

“Oke, Mas Tetsu masuk aja ke lapangan," pinta Satsuki.

“Hueee. Nggak adil ssu, kami juga ingin Tetsuya-cchi di tim kami ssu. Kalian sudah terlalu kuat,” rengek Ryouta.

“Berisik, Ryouta. Mental lo harus lebih kuat nanodayo,” tegur Shintarou. Di dalam hati mengumpati dirinya yang belum bisa mengalahkan tim lawan.

Seijuurou dan Tetsuya bertos, pemuda baby blue itu memakai gelang kain yang biasa ia pakai setiap bertanding. Memasuki lapangan, Tetsuya beradu tinju kecil dengan Daiki dan Taiga.

Menggantikan posisi Seijuurou.

Gue nggak yakin tim kita bakal menang kalau ada Tetsuya, batin Taiga mengingat ia kalah saat bertanding bersama Tetsuya.

Isi batin Taiga terbukti, bola dengan mudahnya diambil alih oleh tim lawan. Di saat Ryouta mengoper bola ke Shintarou, tiba-tiba saja bola berbelok ke arah kanan dan ditangkap Daiki.

Tanpa basa-basi, Daiki berhasil melewati Atsushi dan memasukkan bola ke dalam ring.

“Nice pass, Tetsu!” puji Daiki berbalik ke ring-nya dan kembali beradu tinju dengan sohibnya.

Pass? Jadi Tetsuya yang bikin bolanya mengarah ke lo?”

“Yoi. Bukannya lo sempat setim sama Tetsuya?” balas Daiki men-dribble bola dan menyerang tanpa menunggu Taiga berkutik.

Berusaha memutar kembali ingatannya, Taiga teringat operan-operan berbelok tajam yang terjadi tiba-tiba saat pertandingan beberapa hari yang lalu. Operan tajam itu mampu menembus pertahanan tim Yosen dan ia sama sekali tidak menyadari orang yang melakukan operan itu.

Kini ia telah tahu kemampuan Tetsuya yang sebenarnya. Kemampuan sang rekan yang ia abaikan selama ini dan orang yang ia remehkan. Betapa malunya Taiga sempat meremehkan Tetsuya sebagai Sixth Phantom Man.

Gelar itu pantas diberikan untuk Tetsuya. Pemuda itu bergerak di balik bayang-bayang temannya sebagai pemain keenam di KiseDai.

“Tet, nanti pass juga ke gue ya,” pinta Taiga.

“Hm? Oke.” Sempat bingung, Tetsuya menerima permintaan Taiga dengan senyuman kecil. Apakah nanti Taiga akan menjadi cahaya keduanya?

Dengan operan yang dilakukan Tetsuya mereka bisa menembus pertahanan Atsushi yang semakin kuat dan Ryouta yang masuk zone meniru gerakan-gerakan Daiki. Seijuurou tersenyum lebar menyadari teman-temannya mulai berkembang selama enam hari latihan. Taiga sebagai anggota baru mereka sudah bisa beradaptasi dengan kemampuan Tetsuya.

Berarti firasat gue bisa aja salah, batin Seijuurou. Ia sempat pesimis akan memenangkan pertandingan. Namun, perkembangan teman-temannya mampu mematahkan pikiran buruk Seijuurou.

Namanya manusia, Seijuurou diam-diam mengakui bisa saja pikirannya salah dan tidak akurat.

Tapi, ia akan berusaha terlihat selalu benar di depan semua orang, dirinya menganggap kekalahan dan kegagalan adalah sesuatu yang akan menjatuhkannya ke jurang kegelapan.

“Mas Sei, perkembangan mereka udah bagus 'kan?” tanya Satsuki ke sang kapten, gadis pink itu tersenyum sambil mencatat statistik peningkatan anggota timnya.

“Sudah. Gaya bermain mereka sudah bagus, tinggal latihan memperkuat fisik aja, apalagi Ryouta perlu menambah durasi perfect copy-nya,”, jelas Seijuurou.

Pertandingan diakhiri dengan skor 97 untuk tim Daiki bersama Taiga dan Tetsuya. Skor tim lawan mereka tidak berbeda jauh yaitu 95. Di saat terdesak oleh lawan, Taiga sempat melakukan meteor jump yang menggungguli timnya dari lawan sebanyak dua poin.

“Satsuki-cchi, gue pengen setim lagi sama Tetsuya-cchi ssu!

“Nggak boleh, lu terlalu lemah.”

“Gue sepakat sama Daiki.”

“Teganya dirimu, Daiki-cchi, Taiga-cchi.”

“Jangan panggil gue pakai embel-embel cchi!”

Dari pengamatannya selama enam hari latihan, Ryouta menghilangkan keraguannya menambahkan cchi di akhir Taiga. Kekuatan dan kecepatan Taiga yang bisa menyeimbangi KiseDai dalam waktu cepat, memberi rasa kagum pada hati Ryouta.

“Berisik, Ryou-chin.

“Kalian bersikap dewasalah nanodayo.”

Jarang sekali KiseDai selesai latihan tanpa keributan. Selalu saja ada ulah yang ditimbulkan Ryouta dan Daiki, kadang-kadang Atsushi turut sebagai kompor. Ditambah Taiga yang mendukung Daiki, tambah ricuhlah Ryouta.

Mereka semua baik-baik aja. Nggak ada yang harus gue takuti 'kan?

Sang kapten yang biasanya terlihat berwibawa dan berwajah tenang terlihat gelisah diliputi ketakutan. Eto walaupun bukan manajer tim, ia tetap mengkhawatirkan gelagat aneh Seijuurou.

Satsuki lebih khawatir lagi, menjadi tanggung jawabnya mengetahui masalah yang disimpan setiap pemain. Sangat tidak pernah kedua melihat Seijuurou ketakutan.

“Sei, kayaknya ada yang lo sembunyikan.”

***

“Eto, tumben lo mau bangun pagi hari Minggu begini.”

Adalah kalimat pertama yang diucapkan Rize pertama kali saat mempertunjukkan manik ungu tuanya. Meski tanpa kacamata, ia tahu sosok berambut hijau yang terlihat kabur di matanya adalah Eto, teman sekamarnya.

Si gadis masih saja sibuk mencari-cari barang di kamarnya yang baru dirapikan Rize tadi malam.

“KiseDai mau latihan fisik pagi ini, gue mau cari kunci motor lo,” tukas Eto masih disibukkan aktivitasnya.

“Motor untuk apa?” Rize memasang kacamata berbingkai merahnya yang memperjelas penglihatan.

“Gue sama Satsuki ngiringin mereka sambil naik motor.”

“Ya elah jangan manja amat jadi orang, Neng. Biar adil kalian berdua harus sama-sama lari dong.”

“Nggak enak kalau keringatan.”

“Motor gue diservis.”

Rize mengambil handuk yang tergantung di paku pintunya, sekaligus melangkah ke lemari mencari peralatan mandinya.

Enakan pakai sabun stroberi atau anggur ya? batin Rize dan pilihannya terjatuh pada sabun cair beraroma lemon. Rize memang punya beragam warna sabun dan sampo, juga skincare yang ia miliki lengkap. Tak heran Eto sering nebeng padanya.

“Lho? Kok bisa?” Eto bertanya gusar.

“Dipakai Kak Juuzou balapan sama anak SD.”

Balapan. Anak SD.

What?

Sejak kapan Rize mendadak absurd begini? Biasanya Rize berbicara dengan gaya tidak niatnya tapi apa yang ia katakan selalu masuk akal. Mencengkram bahu sang sahabat, Eto mengguncangkan tubuh tinggi semampai Rize.

“Wahai setan yang merasuki sahabatku, tolong keluar.” Eto membaca mantra-mantra absurdnya, rambut Rize yang kacau badai bertambah kacau dan kacamatanya terjatuh menghantam lantai.

“Serius, Eto. Kemarin gue lupa naruh kunci di mana eh tiba-tiba motor gue pulang. Bonyok pula lagi.”

Mendengar penjelasan sahabatnya, Eto menghentikan guncangan dan menjauhkan tangan dari kedua bahu Rize. Memungut kacamatanya, Rize bersyukur benda kesayangannya masih dalam keadaan utuh.

“Bisa diperbaiki nggak tuh?” tanya Eto, membayangkan keadaan motor ninja kepunyaan Rize berada dalam keadaan hancur. Menurut cewek berambut hijau itu, Rize terlalu sabar. Motornya dirusak saja ia tidak marah.

Apa jangan-jangan Rize berniat membeli motor baru?

Oh. Sebenarnya Rize sempat mengamuk, tapi ia sudah disogok Juuzou yang akan membelikannya album terbaru BTS, entah itu album foto atau album lagu mereka. Sampai dibelikan tiket VIP konser Blackpink yang akan digelar sebulan atau dua bulan lagi.

K-popers mana sih yang bakal menolak ditawari begituan? Apalagi Juuzou mau kok membayar perbaikan motornya.

Justru Rize yang diuntungkan di sini.

“Bisa sih. Montir jaman now udah pinter-pinter,” jawab Rize santai membuka pintu kamar.

“Kok lo bisa lupa letak kunci motor sendiri? Tumben banget lo pikun.” Eto menyusul Rize dan menutup pintu kamarnya, berjaga-jaga ada maling yang akan mencuri barang-barangnya. Apalagi ia cemas action figure Ryuugazaki Rei kesayangannya akan dicuri makhluk jahat dari dunia luar.

“Ketularan pikun lo, Eto.”

Mendengkus membiarkan sahabatnya masuk ke kamar mandi, Eto turun ke lantai satu dan disambut Satsuki yang sudah berpakaian olahraga. Ia memakai kaus merah muda dan celana abu-abu, rambut merah mudanya yang biasa digerai kini diikat kuncir kuda.

“Kita ikut mereka aja latihan nggak apa-apa kok, Mbak. Selagi ada Mas Tetsu, aku tetap semangat!” Mengepalkan tangannya ke atas dengan semangat, manik merah mudanya tidak memberi petunjuk bahwa Satsuki keberatan tak menaiki motor.

“Ya udah deh, Tante Keyzi ke pasar ya?”

“Iya.”

Memakai kacamata bulatnya supaya terlihat cantik, Eto mengajak Satsuki supaya memulai latihan. Memang sih kacamatanya bukan untuk mata rabun, keinginan Eto saja yang ingin bergaya. Menurutnya ia lebih cantik memakai kacamata.

“Mas Tetsuuu!” Mendeteksi keberadaan Tetsuya yang menunggu teman-temannya di halaman, Satsuki menyebrang jalan dan memeluk pemuda berkulit pucat yang selalu saja tidak melawan jika dipeluk.

Keenakan kali ya?

“Jones mah bisa apa,” ratap Eto. Apalah daya kekasihnya berada di dimensi yang berbeda.

“Makanya Eto rajin-rajin mandi,” sahut Hide yang duduk di teras rumah bareng Ken, menikmati kopi dan pisang goreng khas Anteiku.

“Enak banget, ngomongnya! Udah mandi gue ya. Cewek cantik mau pergi dulu, jangan kangen.”

“Idih.” Ken dan Hide kompak bergidik ke Eto yang mengibaskan rambut hijau sebahunya. Penampilan Eto sih biasa-biasa saja, tidak semenarik Satsuki yang memakai pakaian apapun tetap jadi perhatian.

Eto mah cuma pakai kaus putih dan celana training hitam, rambut sebahunya digerai dan matanya dibingkai kacamata. Tubuhnya juga lebih pendek dari Satsuki membuatnya sulit terlihat.

“Yuk kita mulai latihannya.”

KiseDai memulai latihan fisik mereka dengan jogging berkeliling taman, dilanjutkan berlari ke tempat fitness. Di sanalah mereka melatih kekuatan otot tangan dan kaki. Tetsuya beberapa kali terkapar membuat teman-temannya panik.

Semoga Tetsuya tidak babak belur pulang dari latihan.

Bersambung...

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top